BALI TRIBUNE - Menjadi seorang Bendesa Adat sekaligus calon Bupati Gianyar, dalam massa kampanye yang padat kegiatan adat, bagi Tjokorda Raka Kerthyasa bukanlah persoalan. Baginya, semua orang memiliki peran di berbagai ruang yang harus dilakoni pada waktu yang sama. Namun, ketika dilakoni dengan baik, semau peran itu akan berjalan dengan baik pula.
Tjokorda Raka Kerthyasa menyampaikan itu, usai melaksanakan persembahyangan di Sekretariat DPD Partai Golkar Gianyar, Rabu (21/3). Disebutkan, semua orang memiliki perannya masing-masing dengan semua tanggung jawabnya. Mulai dari kepala keluarga hingga posisi jabatan sosial lainnya. Namun, untuk melakoni membutuhkan sebuah sistem pendelegasian dalam kontek tidak ada pendustaan. Maksudnya, kehadiran tidak serta merta harus dijadikan nilai ukur. “Pendelegasian tidak akan mengurangi pemaknaan, asal ada kejujuran,” ungkapnya.
Cok Ibah menyebutkan, Manajemen Delegasi ini didapatkanya saat mengikuti sebuah seminar di India dan sudah dipraktekkannya dalam beberapa tahun terakhir. Di bagian awalnya, diakuinya menemui sedikit kendala, karena membutuhkan pengertian masyarakat ataupun orang lain. Syukurnya, seiring waktu berjalan ada pemahaman bersama karena ada kepercayaan. Namun demikian, kehadiran harus tetap diutamakan meski manajemen itu diterapkan. Kalaupun tidak sempet pada waktu yang diharapkan, kedatangan menyusul justru akan sangat dihargai darai pada tidak sama sekali.
Demikian pula di kepemimpinan pemerintahan, manajemen delegasi ini seyogyanya diterapkan dengan jujur untuk membangun kepercayaan masyarakat. Karena posisi seorang pimpinan daerah tidak akan selalu memenuhi keinginan masyarakat. Karena itu, saat pendelegasian, harus dijelaskan posisi dan kondisi pimpinan saat itu tanpa rekayasa. Jika memungkinan, kehadiran yang menyusul tentuantya kan lebih dihargai. Dan yang terpenting, bagi Cok Iba adalah sebuah kesunguhan dan ketulusan sorang pemimpin untuk membangun daerahnya tanpa membeda-bedakan kelompok masyarakat.