Diposting : 26 September 2018 23:16
Arief Wibisono - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali telah bergerak dalam pembinaan sejumlah klaster UMKM baik di sektor pertanian maupun kerajinan yang selama ini menjadi penggerak ekonomi (Local Economic Development) sekaligus juga sebagai sarana pengendalian inflasi.
Beberapa klaster ketahanan pangan dan LED binaan bergerak pada budidaya padi, cabai, bawang merah, bawang putih, daging sapi, kopi, dan kakao. Sedangkan di sektor kerajinan, Bank Indonesia telah membina beberapa pengrajin kain dan tenun warisan budaya Bali.
Bank Indonesia berfokus terhadap upaya ketahanan pangan dan pengendalian inflasi pada komoditas bawang putih, yaitu di Kelompok Tani Manik Pertiwi, di Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng begitu diungkapkan Kepala KPw BI Bali, Causa Iman Karana disela panen raya bawang putih di Buleleng, Selasa (25/9). Hadir dalam kesempatan ini Yunita Sari, Direktur Eksekutif Direktorat Pengembangan UMKM Bank Indonesia, Sekretaris daerah Kabupaten Buleleng, Pimpinan SKPD Kabupaten Buleleng, Camat Sukasada, Kepala Desa Wanagiri, serta para petani. "Apa yang dilakukan BI guna memberikan gambaran kinerja terhadap latar belakang dan perhatian pada komoditas bawang putih yang merupakan komoditas penting dalam upaya pengendalian inflasi baik di Provinsi Bali maupun nasional," sebut Causa.
Namun demikian seiring dengan membanjirnya bawang putih impor, terjadi penurunan produktivitas tanam yang signifikan. Lamanya waktu budidaya yang memakan waktu hingga 120 hari untuk pembenihan, serta murahnya harga bawang putih impor di pasaran menyebabkan para petani hanya melakukan budidaya bawang putih untuk konsumsi sendiri. "Penurunan ini juga telah menjadi perhatian Pemkab Buleleng yang kemudian menindaklanjutinya dengan berbagai inisiatif pengembangan di antaranya seperti pengembangan kawasan lahan bawang putih, hingga Gerakan pengendali organisme pengganggu tanaman di berbagai subak," ujarnya.
Kini dengan banyaknya potensi yang tersebar di hampir semua kecamatan dengan dan topografi dataran tinggi di atas 800 m dpl, wilayah Buleleng dapat menjadi sentra pengembangan bawang putih, salah satunya di Desa Wanagiri Kecamatan Sukasada ini. Hal inilah yang menjadi perhatian dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali untuk pengembangan bawang putih, selain sebagai upaya mendukung Pemerintah dalam mengurangi ketergantungan impor yang dapat menggerus cadangan devisa kita. "Sebagai salah satu program klaster ketahanan pangan Bank Indonesia, Klaster baru komoditas bawang putih di Kelompok Manik Pertiwi di Desa Wanagiri ini telah dimulai di lahan 2 ha dengan potensi pengembangan hingga 50 ha. Dengan dukungan penuh yang tertuang dalam dokumen Kesepakatan Bersama antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali dan Bupati Buleleng tanggal 13 Maret 2018, Bank Indonesia mencoba mengembangkan bawang putih di kelompok tersebut," jelasnya lagi.
Dukungan pun diberikan melalui Program Sosial Bank Indonesia, di mana sampai dengan saat ini telah diserahkan bibit sebanyak 2,4 ton, dan pada hari ini akan diserahkan alsintan berupa cultivator, traktor tangan, mesin pemotong rumput, dan kereta dorong. "Berbekal keuletan, kerja keras dan keseriusan dari Kelompok Tani Manik Pertiwi untuk menjalankan program pengembangan klaster ketahanan pangan Bank Indonesia, kini kelompok telah dapat melaksanakan panen perdana pada lahan awal 2 ha ini. Sesuai perhitungan kelompok, melalui pengubinan awal telah diperoleh hasil 7,48 ton per ha. Kita harapkan bersama pengubinan yang akan dilaksanakan oleh BPS kali ini akan memberikan hasil yang baik pula," imbuh Causa.
Ke depan, pengembangan bawang putih di Bali masih membutuhkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Dengan kondisi topografi lahan, ketersediaan air yang langka, pasokan bibit yang minim, infrastruktur yang masih dapat ditingkatkan, keberadaan bantuan baik dari Pemerintah Daerah maupun dana Corporate Social Responsibility (CSR) akan menjadi penyokong penting bagi keberlangsungan program. Hal ini tentu saja akan dapat mendukung upaya Pemerintah dalam menanggulangi ketergantungan impor serta mengembalikan kejayaan Buleleng sebagai salah satu sentra penting pengembangan bawang putih di Indonesia.
Seperti diketahui Kabupaten Buleleng memiliki luas wilayah sebesar 1.365,8 km2 atau sekitar 24,25% dari luas Pulau Bali dengan topografi berupa daratan rendah (pesisir) hingga pegunungan. Secara historis, kabupaten ini pernah menjadi salah satu sentral penghasil bawang putih di Provinsi Bali dengan 3 daerah penghasil di antaranya Kecamatan Banjar, Busungbiu, dan Kubutambahan.