Singaraja, Bali Tribune
Serangkaian dengan rahina Purnama Sadha yang jatuh pada Redita Kliwon wuku Dukut atau Minggu (19/6) kemarin. Ribuan umat Hindu tangkil ke Pura Jaya Prana Desa Sumberkelampok Kecamatan Gerokgak. Dikarenakan Ida Bhatara yang melinggih di pura ini sangatlah murah hati, tak ayal pura inipun menjadi salah satu tujuan wisata spiritual favorit bagi umat Hindu di Buleleng.
Dalam penjelasannya kepada Bali Tribune disela-sela pelaksanaan persembahyangan siang kemarin. Pemangku Pura Jaya Prana, Jro Mangku Subrata menyebutkan, umumnya pemedek yang tangkil adalah mereka yang sedang dirundung sebuah permasalahan.
“Di sini (Pura Jaya Prana,red) mereka memohon sekaligus mengikrarkan sebuah janji jika apa yang menjadi permasalahan mereka dapat diatasi,”katanya.
Sebagian besar dari pemedek yang memohon di pura ini ungkap Mangku Subrata terkabulkan oleh Ida Bhatara Sesuhunan di pura tersebut. Alhasil, merekapun kemudian kembali tangkil untuk membayar janji atau kaul yang sebelumnya telah mereka ikrarkan.
Hal ini dibenarkan oleh salah seorang warga asal Desa Bondalem Kecamatan Tejakula Buleleng, I Gusti Ketut Tinggar. Ia yang saat itu mengantarkan sepupunya tangkil ke pura itu untuk membayar kaul atas kesembuhan keponakannya.
“Keponakan tiang tidak jadi dioperasi padahal kata dokter penyakitnya sudah kronis dan harus dioperasi. Di pura ini kami memohon kesembuhan tanpa harus menjalani operasi dan doa kami terkabul sehingga sekarang ini kami kesini untuk membayar kaul kami,”terangnya.
Terkait dengan tingkat kunjungan ke pura itu, salah seorang Pecalang Desa Pakraman Sumberkelampok, Wayan Dharma menyebutkan, membludaknya pemedek ke pura ini utamanya pada hari raya tertentu yang jatuh bersamaan dengan hari libur.”Seperti hari ini, dari pagi tadi mungkin sudah mencapai seribu orang,”kata ayah empat anak ini.
Pura Jaya Prana terletak di kawasan Hutan Teluk Terima masuk wilayah Desa Pakraman Sumberklampok Kecamatan Gerokgak Buleleng. Sejatinya, pura ini merupakan kuburan Jaya Prana dan Layon Sari yakni sepasang suami-istri pada masa Kerajaan Wanekeling Kalianget puluhan tahun lalu.
Pada masa itu, kehidupan pasngan suami istri ini layaknya kisah percintaan Romeo- Juliet yang berkembang di eropa pada masa silam.
Konon, karena kecantikan Layon Sari, Raja Wanakeling pun kemudian jatuh cinta. Agar dapat mempersunting Layon Sari, raja mencoba berbagai tipu daya hanya untuk membunuh suami Layon Sari yakni, Jaya Prana.
Pada akhirnya, Jaya Prana dapat dibunuh dan karena rasa cinta keduanya yang tak terpisahkan, Layon Sari kemudian memilih untuk menyusul kematian sang suami dengan cara bunuh diri. Upaya ini dilakukannya untuk menghindari keinginan Raja Wanekeling yang hendak mempersuntingnya.