Seorang Anggota Polisi Gugur Setelah Jaga TPS di Singaraja | Bali Tribune
Diposting : 25 April 2019 21:46
Chairil Anwar - Bali Tribune
Bali Tribune/Suasana duka menyelimuti kediaman almarhum Ipda Ketut Artawan,di Dusun Gunung Ina,Desa Lokapksa.

balitribune.co.id | Singaraja  – Korban kelelahan menjaga TPS terus bertambah. Kali ini menimpa anggota polisi bernama Ipda Ketut Artawan, Ssos, yang meninggal setelah mengeluh sakit usai menjaga TPS Pemilu 7 April 2019 di wilayah Kecamatan Pekutatan, Jembarana, Rabu (7/4) silam. Ketut Artawan yang sehari-hari berdinas sebagi Panit I Lantas Polsek Pekutatan ini sempat mendapat perawatan medis dirumah sakit sebelum dinyatakan meninggal. Saat ini jenazah mendiang disemayamakan di rumah duka di Dusun Gunung Ina, Desa Lokpaksa, Kecamatan Seririt untuk diperabukan hari ini Jumat (26/4) di setra setempat.

Kabar meninggalnya Ketut Artawan sangat memukul istri almarhum, Anik Sulistiyani (45). Ia mengaku shock tidak menyangka suaminya tersebut secepat itu meninggalkannya. Menurut Anik Sulistiyani, sesaat sebelum almrahum berangkat untuk melakukan pengamanan TPS, sempat mengeluh kurang enak badan. Namun karena tidak mendapat izin, almarhum tetap menjalankan tugasnya menjaga TPS di wilayah Kecamatan Pekutatan yang berjarak cukup jauh dengan tempat tingalnya di Desa Gumrih, Kecamatan Jembrana.

”Sebelum berangkat Pam TPS suaminya mengeluh kurang enak badan. Sempat minta  izin namun ditolak,” tutur Anik Sulistiyani, Kamis (25/4).

Saat berada di tempat tugas, Anik mengaku sempat menghubungi suaminya via handphone dan mengabarkan kondisinya semakin tidak membaik. Namun demi tanggung jawab almrahum memaksakan diri untuk tetap berada ditempat TPS dia ditugaskan. ”Saat itu sore hari saya hubungi almarhum mengabarkan semakin kelelahan dan hanya bisa tergeletak tiduran ditempat pengamanan,” imbuhnya.

Karena sudah tidak kuat, akhirnya almarhum minta izin untuk pulang sekitar pukul 16.00 wita. Sesampai di rumah, menurut Anik, suaminya mengeluhkan kondisinya semakin parah dan sempat dibawa ke UGD Rumah Sakit Bali Med, Jembrana. ”Sesampai di rumah almarhum teriak-teriak mengaku lemas dan tidak kuat. Di rumah sakit sempat dirawat dan tensinya dinyatakan normal termasuk diambil darahnya dan disebutkan ada peningkatan infeksi,” sambungnya.

Menurut Anik, setelah dibawa pulang, almarhum masih belum membaik. Namun pagi harinya masih sempat minta dibuatkan bubur dan nasi Padang. Satu jam usai menyantap nasi Padang, kondisi almarhum makin memburuk, mengigau dan mengeluh kehilangan penglihatan. ”Sempat minta remote tv dan diambilkan Hp untuk memantau perkembangan yang menjadi tanggungnjawabnya, namun dilempar sambil mengeluh penglihatannya gelap,” tuturnya.

Karena semakin parah, keesokan harinya almrahum kemudian dibawa ke rumahnya di Desa Lokapaksa sebelum dirujuk ke RSUD Singaraja. Di rumah sakit milik Pemkab Buleleng itu, almrahum sempat dirawat dua hari sebelum dinyatakan meninggal. ”Di RSUD Singaraja, dua malam dirawat di ruang ICU dan setengah hari di UGD setelah koma dan dinyatakan meninggal pada pukul 15.45 wita,” ucapnya.  

Sementara, menurut Made Wijanarka, adiknya itu pernah memiliki riwayat sakit hepatitis sehingga sangat rentan kambuh saat yang bersangkutan dalam kondisi lelah.”Almarum dulu pernah mengidap hepatitis dan itu rawan kambuh jika kelelahan.Saya menduga hepatitis almarhum kambuh akibat terlalu capek,” ungkap mantan pejabat di Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan-Jateng ini.

Rencananya, jenazah alamrhum akan dilakukan prosesi ngaben hari ini,Jumat ( 26/4) di Setra Desa Pakrman Lokapaksa.”Menurut rencana Kapolres Buleleng bersama Kapolres Jembrana akan hadir pada prosesi ngaben besok (hari ini,red),” tandasnya.