Diposting : 5 May 2022 07:42
M2 - Bali Tribune
balitribune.co.id | Denpasar - Pelaku industri kecantikan di Denpasar tetap eksis dan tinggi peminat masa pandemi. Permintaan pasar pada jasa tata rias tak kedalursa, make up dianggap menyokong rasa percaya diri wanita.
Pandemi Covid-19 yang sedang menerpa selama hampir tiga tahun ini punya imbas yang beragam bagi penggerak usaha di berbagai industri. Ada yang terpaksa harus gulung tikar, ada yang makin bersinar diserbu kemajuan sosial media. Bagi para pelaku industri kecantikan misalnya, punya kasus yang cukup berbeda. Sempat meredup pada awal pandemi, nyatanya mereka punya pertahanan baja dalam menghadapi segala situasi.
Ditemui oleh wartawan Bali Tribune, dua wanita kreatif yang bergerak dibidang jasa industri kecantikan membocorkan sepak terjang mereka.
Riyah (21), pemilik usaha minibeautystudio, memusatkan bisnisnya pada jasa pemasangan atau penyambungan alis mata palsu dan menghias cat kuku. Gadis muda asal Lumajang, Jawa Timur, ini telah menekuni kariernya selama empat tahun. Berawal pada ketertarikan yang dimilikinya di dunia kecantikan, Riyah berkomitmen untuk mengikuti kelas kecantikan dan membuka bisnisnya sendiri.
Ia menerangkan bahwa untuk tetap bisa bertahan dimasa pandemi tentunya bukanlah hal yang mudah. Riyah harus mengalami fase jatuh bangun terlebih dahulu.
"Awal pandemi usaha saya sempat mengalami perununan, cukup drastis. Apalagi saat jaman lockdown sama sekali tidak beroperasi. Memang tidak lama, karena perlahan sudah berangsur bangkit kembali seperti dulu," akunya.
Lebih jelas ia memaparkan, bahwa di tengah situasi yang sulit sekalipun, usahanya tetap ramai peminat. Ini disebabkan oleh tingginya permintaan wanita dalam mempercantik, menjaga dan merawat diri mereka. Ia beranggapan bahwa sebagian besar kaum perempuan menganggap penampilan sebagai sebuah kepentingan.
Uniknya di masa pandemi ini, kewajiban untuk mematuhi salah satu protokol kesehatan yakni menggunakan masker, menjadi faktor pendorong dalam kemajuan usahanya.
"Di masa pandemi, sewaktu kita berinteraksi dan berkomunikasi hal yang pertama diperhatikan oleh lawan bicara adalah mata kita. Ini yang menyebabkan orang-orang cenderung mempercantik mata mereka dengan memasang bulu mata palsu," tuturnya.
Kiat-kiat yang dilakukan untuk menjaga eksistensi usaha rumahannya adalah dengan memberikan pelayanan yang ramah bagi pelanggan, menggunakan bahan-bahan berkualitas premium dan harga yang terjangkau. Hal ini karena kebanyakan kliennya berasal dari kalangan pelajar.
Sementara itu, penghasilan yang diraupnya sebulan tembus pada angka Rp5 juta. Pada hari raya besar seperti Idul Fitri dan Galungan, omzetnya membengkak hingga Rp7 juta. Bisnis ini tentu sangat menguntungkan baginya diera pandemi.
Indah Yuliarsini (23), asal Singaraja adalah seorang penata rias atau lebih luasnya dikenal sebagai MUA (make up artist). Ia sudah mendalami dunia tata rias sekitar dua tahun lamanya.
Ia membocorkan tentang tingginya minat masyarakat pada jasa riasnya. Menurutnya, menyewa jasa MUA terbukti lebih praktis dan hemat waktu, ini juga diimbangi oleh fakta di lapangan bahwa tidak semua orang terutama wanita mahir menggunakan make up. Sehingga mereka memilih untuk menyewa jasa seseorang yang profesional untuk mempercantik diri.
"Contohnya riasan make up untuk menikah. Itu kan tidak semua orang menguasainya, oleh karenanya mereka memilih memakai jasa MUA."
Di tengah pandemi dia tidak pasrah pada keadaan, upanya untuk tetap eksis di tahun-tahun yang sulit ini adalah dengan gencar melakukan promosi sosial media. Ia membeberkan bahwa hal tersebut efektif dalam mengenalkan jasanya pada masyarakat luas. Hasilnya, usahanya kini bergerak stabil dibantu dengan kondisi pandemi yang semakin menemukan titik terang.
Ia membagi tips dalam mengencangkan sabuk melawan pesaing yang menjamur.
"Gunakan produk yang berkualitas. Karena semakin bagus produk, hasil riasan semakin baik di wajah klien. Jangan lupa, membangun relasi dan menjaga hubungan baik dengan klien itu sangat penting," katanya.