balitribune.co.id | Gianyar - Dr. Mr. Ide Anak Agung Gde Agung adalah putra Gianyar. Gelar kepahlawanannya sempat menuai pro dan kontra. Namun suasana kontradiktif itupun menyurut seiring pemahaman tentang tindak tanduk sang pahlawan yang memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan RI. Karena memang pada zaman itu, langkah diplomasi masih awam terdifinisi.
Dalam gelaran saresehan bertajuk mengenang Pahlawan Nasional Dr. Mr. Ide Anak Agung Gde Agung, di Puri Agung Gianyar, Minggu (20/11), jejak sang pahlawan pun terguratkan kembali. Bertepatan dengan peringatan Puputan Margarana, saresehan tersebut menghadirkan dua pemateri yakni, pemateri pertama Prof. Dr. Anak Agung Gde Agung merupakan penglingsiri puri Agung Gianyar yang juga merupakan putra sang pahlawan nasional melalui virtual dan pemateri kedua Anak Agung Gede Mayun, SH Ketua Pasemetonan Manggis Kuning.
Dari penyampaian materi terungkap, Dr. Mr. Anak Agung Gede Agung memiliki nilai perjuangan patriotik melalui jalur diplomasi. Memang diakui selama ini banyak yang salah kaprah, menganggap sang pahlawan adalah pro Belanda. Namun padahal apa yang dilakukan merupakan jalur diplomasi yang juga sangat merugikan Belanda. Sama halnya seperti perjuangan fisik.
“Saat ini warga condongnya hanya melihat perjuangan fisik, padahal antara fisik dan diplomasi sama pentingnya,” ujar Prof. Dr. Anak Agung Gde Agung didampingi Anak Agung Gede Mayun, SH.
Lebih lanjut, disampaiakan perjuangan ada dua, yakni fisik dan diplomasi. Perjuangan diplomasi seperti Ir. Soekarno, Sutan Sjahrir. Salah satunya diantara mereka adalah Dr. Mr. Anak Agung Gde Agung.
Beliau ini dipercaya oleh tokoh-tokoh nasional untuk membantu dalam diplomasi. Dengan Jabatannya sebagai Perdana Menteri negara Indonesia Timur (NIT) kala itu, langkah-langkah beliau dipercaya untuk mendekati pihak Belanda terutama Van Mook (Hubertus Johannes van Mook) Gubernur Jendral Hindia Belanda terakhir setelah Jepang menduduki Indonesia.
Van Mook yang ditugaskan langsung oleh ratu Belanda untuk memimpin Hindia Belanda, memiliki peran sentral yang penting. Sampai akhirnya diplomasi yang dilakukan Dr. Mr. Anak Agung Gde Agung membuat ia dipercaya untuk melakukan langkah-langkah yang mungkin menguntungkan pihak Belanda. “Namun Van Mook ini tidak tahu bahwa Dr. Mr. Anak Agung Gde Agung memiliki visi yang sama dengan Ir. Soekarno, Hatta, dan kawan-kawan,” ungkap pemateri.
Melalui kepercayaan ini, Dr. Mr. Anak Agung Gde Agung membentuk BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg) perkumpulan negara ciptaan Belanda. Karena Belanda menciptakan negara federal, disini kecerdikan Dr. Mr. Anak Agung Gde Agung. Agar bisa sering bertemu dengan pemimpin negara federal, maka dibentuklah BFO, hingga sampai terselenggaranya konfrensi antar Indonesia.
Munculnya Konfrensi Antar Indonesia ini diluar skrenario Van Mook. Hal ini membuat Van Mook merasa dilampaui. Ketika dilakukan Konferensi antar Indonesia di Bandung, baru Van Mook sadar, bahwa Dr. Mr. Anak Agung Gde Agung ini satu visi dengan Ir. Soekarno, Hatta, Sutan Sjahrir, Sultan Hamangkubowono IX dan kawan-kawannya. “Makanya menurut informasi dari Kraton Jogja Sri Sultan sangat menaruh kepercayaan kepada Anak Agung Gde Agung,” ungkap pemateri.
Dengan begitu ratu Belanda menjadi tidak percaya dengan Van Mook, karena sudah dilampaui oleh tokoh-tokoh nasioanal, Van Mook akhirnya dipecat. Semenjak itulah Dr. Mr. Anak Agung Gde Agung bersama kawan-kawan membentuk panitia untuk melaksanakan Konfrensi Meja Bundar (KMB), karena semenjak 1945 kedaulatan belum diterima, makanya melalui KMB kedaulatan baru diterima, tahun 1949, diserahkan oleh ratu Belanda. “Ini Jasa-Jasa beliau, ini diplomasi, kita tidak mengecilkan perjuangan fisik, kita sama-sama memaknai pendahulu kita dalam berjuang baik fisik mau pun diplomasi,” terangnya.
Diakui kesalah kaprahan selama ini dimana Dr. Mr. Anak Agung Gde Agung dikatakan condong ke Belanda, karena informasi diplomasi ini belum sampai sepenuhnya. “Informasinya belum nyambung, kita akui beberapa pihak memang belum memahami, kita tetap berikan pemahaman, karena ini sudah diakui secara nasional,” ujarnya.
Pengakuan perjuangan beliau pertama, dianugerahi presidan Soharto tahun 1995 Bintang Maha Putra Adi Pradana. Karena verifikasi tahun 80 dibuka dari dokumen Belanda memang menyatakan semua itu. Bahwa perannya luar biasa. Dari nota dari catatan notulen rapat semua itu bahwa Dr. Mr. Anak Agung Gde Agung menjelang akhir tahun 1948 sampai bisa melepaskan Ir. Soekarno dan kawan-kawan saat agresi militer Belanda, dimana para tokoh menjadi tahanan. “Menjadi pertanyaan sejarahwan Belanda, tokoh-tokohnya di tahan kok perjuangan masih bisa berjalan, ternyata pahlawan nasional inilah yang menjalankan di balik itu,” ujarnya. Sampai akhirnya diangkat sebagai Pahlawan Nasional zaman presiden SBY.
Sementara Spirit yang perlu teladani, beliau itu selalu mengajurkan memajukan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia memiliki nalar. Budaya Puri Agung Gianyar selalu memajukan pendidikan, sampai putri zaman kerajaan, yang dulu tidak boleh keluar puri, raja menyekolahkan sampai ke Amerika, yakni Anak Agung Istri Muter, sampai mendapat gelar Phd.
Selain itu penanaman disiplin dan konsisten. “Sebelum menyampaikan pernyataan harus dipikir dulu, apakah ini baik apakah nanti akan ada perubahan, harus dikaji terlebih dahulu. Sehingga konsistensi itu penting. Tanaman nilai inilah yang perlu kita lanjutkan dan warisi,” pungkas Anak Agung Gde Mayun. SH dari puri Sronggo Gianyar ini.
Sementara untuk menghormati beliau dan agar selalu memberi inspirasi kepada masyarakat. Pasemeton Manggis Kuning yang terbentuk April 2022, akan mencoba kosolidasi dengan pihak pemerintah agar nama beliau diabadikan sebagai nama jalan dan pendirian monumen.