BALI TRIBUNE - KONI Bali diminta oleh Percasi Bali mencabut 17 KONI Card pecatur yang pernah memperkuat kabupaten/kota di Bali dalam ajang Porprov Bali 2015 lalu, lantaran mereka tidak berdomisili di Bali.
Surat Keputusan (SK) KONI Bali itu dinilai sangat penting untuk menindaklanjuti komitmen lisan dari Ketua Umum KONI Bali Ketut Suwandi bersama dengan Pengkab/Pengkot Percasi pada Rapat Kerja Provinsi (Rakerprov) di Jembrana tahun 2016. Inti dari komitmen tersebut adalah mulai Porprov Bali XIII/2017 di Gianyar tidak lagi memanfaatkan jasa atlet yang berdomisili luar Bali.
Ketua Umum Percasi Bali, Sang Putu Subaya, Senin (29/5) mengaku khawatir jika tidak mencabut KONI Card, posisi Percasi Bali lemah dari segi yuridis. Karena itu KONI Card sebagai syarat utama atlet yang bisa tampil pada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali, harus dicabut oleh KONI Bali. Jika tidak, diyakini akan menjadi bumerang bagi Percasi Bali.
“Awalnya hanya lisan, tapi sekarang wajib ditindaklanjuti secara tertulis, karena ada indikasi salah satu peserta siap-siap mendaftarkan atletnya yang mengantongi KONI Card. Jika itu terjadi tim keabsahan akan meloloskan atlet bersangkutan tampil pada Porprov, mengingat secara normatif atlet yang mengantongi KONI Card dibenarkan oleh aturan Porprov,” kata Ketum Percasi yang akrab disapa Sangtu.
Masih versi Sangtu, dari data Porprov Bali XII/2015 di Buleleng, terdapat 17 atlet yang tidak berdomisili di Bali diusulkan untuk dicabut KONI Card, yakni dari Badung 6 atlet, Klungkung 3 pecatur, kemudian Tabanan, Karangasem, Gianyar dan Denpasar masing-masing 2 atlet.
Sementara itu menanggapi desakan Pengprov Percasi Bali, Ketua Umum KONI Bali Ketut Suwandi secepatnya akan menindaklanjuti dalam bentuk surat keputusan. Selaku petinggi KONI Bali, Suwandi telah merasakan dampak dari atlet yang tinggal di luar Bali, dan datang ketika bermain. Contoh konkret, kata Suwandi, ketika berlangsungnya TC Sentralisasi PON, para pecatur luar Bali nyaris tidak bisa mengikuti program tersebut.
Di samping itu, kehadiran mereka sebagai atlet musiman tidak memberi kontribusi apa-apa terhadap pembinaan pecatur Bali, karena tidak pernah tinggal di Bali. “Mereka datang ketika ada event, setelahnya meninggalkan Bali, sehingga ilmu yang dimiliki tidak bisa ditularkan kepada atlet pelapis di Bali. Akibatnya kehadiran mereka menutup berkembangnya atlet yang selama ini dibina oleh Pengkab/Pengkot Percasi,” tegas Suwandi, yang memperjelas SK besok (hari ini,red) diproses.