balitribune.co.id | Denpasar - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali mengajak awak media dari Bali yang tergabung dalam kelompok Sobat Media BI Bali untuk mengunjungi Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) di Karawang, Provinsi Jawa Barat, dengan tujuan untuk memahami secara langsung proses pencetakan uang rupiah. Kegiatan ini merupakan bagian dari "Capacity Building Media Tahun 2023" yang diselenggarakan oleh KPw BI Bali mulai tanggal 23 hingga 25 Juli 2023.
Andy Setyo Biwado, Deputi Direktur KPw BI Provinsi Bali yang juga selaku pemimpin rombongan, menyatakan bahwa kunjungan ini bertujuan agar para jurnalis atau awak media dapat memahami serta memberikan penjelasan yang lebih jelas kepada masyarakat mengenai proses pencetakan uang rupiah.
"Sebab, hingga saat ini, banyak masyarakat yang kurang mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Kami juga memberikan apresiasi kepada Perum Peruri atas sambutan hangatnya terhadap kedatangan rombongan kami," ungkap Andy Setyo Biwado saat kunjungan ke Perum Peruri di Karawang, Senin (24/7).
Selama kunjungan, tim Sobat Media BI Bali diberikan penjelasan mendalam oleh Kepala Strategic Business Unit (SBU) Uang Republik Indonesia Perum Peruri, Fadel. Fadel menjelaskan bahwa selain mencetak uang Rupiah, Peruri juga bertanggung jawab untuk mencetak sejumlah dokumen penting negara lain, termasuk paspor, pita cukai, dan dokumen pertanahan, mengacu pada Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2019. Proses pencetakan uang dilakukan sesuai dengan pesanan yang diterima dari Bank Indonesia, baik dari segi jumlah, jenis pecahan, maupun jadwal produksi.
Sementara itu, materi tentang Cinta, Bangga, dan Paham (CBP) Rupiah disampaikan oleh Analis Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia, Reinaldy Akbar.
"Kami selalu berupaya untuk menyosialisasikan dan mengajak masyarakat untuk mencintai, bangga, dan memahami arti penting mata uang Rupiah, karena Rupiah memiliki peran yang sangat krusial dalam menjaga kedaulatan negara," jelas Reinaldy Akbar.
Dihari berikutnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mengundang sobat media Bali untuk mengunjungi Museum Bank Indonesia yang merupakan salah satu destinasi wisata yang berlokasi di kawasan Kota Tua, Taman Sari, Jakarta Barat. Museum ini memiliki status cagar budaya yang ditetapkan oleh pemerintah karena berisi tentang sejarah perbankan di Indonesia dan ditetapkan sebagai tempat wisata edukatif bagi pelajar dan masyarakat umum.
Menurut Febi dan Krisno Winarno, Edukator Museum Bank Indonesia, menjelaskan, Museum Bank Indonesia dulunya merupakan gedung Bank Indonesia Kota yang merupakan peninggalan dari De Javasche Bank.
Gedung De Javasche Bank didirikan pada tahun 1828 di tempat tersebut dengan arsitektur bergaya neo-klasik dengan sentuhan lokal oleh Ed. Cuypers. Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung tersebut kemudian dijadikan Bank Indonesia Kota pada tahun 1953. Sebelum diubah menjadi museum, gedung ini mendapatkan status cagar budaya berdasarkan SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 475 tahun 1993 karena memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Pada tanggal 15 Desember 2006, Museum Bank Indonesia dibuka untuk umum oleh Gubernur Bank Indonesia saat itu, Burhanuddin Abdullah, dan diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 21 Juli 2009.
"Museum ini memiliki koleksi beragam mata uang, mulai dari uang kerajaan di Nusantara hingga masa kemerdekaan Indonesia," jelasnya.
Pelestarian gedung BI Kota sejalan dengan kebijakan Pemerintah DKI Jakarta yang menjadikan Kota Tua sebagai salah satu daerah bersejarah di Jakarta. Bank Indonesia sebagai pelopor revitalisasi gedung-gedung bersejarah di Kota Tua berusaha menyajikan pengetahuan tentang peran BI dalam perjalanan sejarah bangsa, termasuk mengenai latar belakang kebijakan BI dari masa ke masa.