balitribune.co.id | Negara - Dampak abrasi di pesisir selatan Jembrana kini kian mengganas. Wilayah daratan Jembrana kini semakin tergerus. Akibatnya tidak sedikit infrastruktur yang mengalami kerusakan termasuk sejumlah kawasan permukiman warga di pesisir. Penanganan berupa pengaman pantai kini diminta jadi prioritas.
Ombak di perairan selatan Jembrana kerap mengalami pasang yang tinggi. Kuatnya terjangan air laut semakin menggerus daratan di pesisir. Luasnya daratan yang tergerus menyebabkan permukiman warga kini berhadapan langsung dengan lautan. Bahkan tingginya ombak langsung menerjang rumah-rumah warga.
Dampak kerusakan infrastruktur pun semakin parah. Salah satu wilayah di Jembrana yang hingga kini mengalami dampak abrasi yang parah adalah kawasan pesisir Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara.
Kawasan yang sebelumnya menjadi setra kuliner seafood terbesar di Jembrana ini memang wilayah yang mengalami kerusakan yang cukup parah akibat terjangan ombak pasang. Kerusakan akibat dampak abrasi telah terjadi di wilayah ini sejak belasan tahun lalu. Kini puluhan rumah warga yang rusak bahkan hancur akibat dampak abrasi ini. Tidak sedikit bangunan yang masih berdiri kini terus diterjang ombak dan tergerus. Selain bangunan milik warga, abrasi di kawasan tanah negara ini telah menggerus dan memutus akses jalan desa.
Mengingat penanganan abrasi di wilayah pantai menjadi kewenangan pemerintah pusat, sebelumnya satu upaya yang dilakukan adalah mengusulkan anggaran ke pemerintah pusat melalui bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK). Bahkan kondisi abrasi ini menjadi perhatian serius hingga ke pusat. Bahkan kalangan legislative di DPR RI bersama jajaran Kementerian PUPR Jumat (8/9) sudah turun langsung ke Jembrana melaksanakan kunjungan kerja spesifik terkait infrastruktur salah satunya penanganan abrasi di Pantai Pebuahan.
Wakil Ketua Komisi V DPR RI Andi Iwan Darmawan Aras menyatakan anggaran pengamanan pantai tersebut menjadi anggaran prioritas dan harus dilaksanakan. Terlebih semua persyaratan teknis menurutnya sudah terpenuhi. Pihaknya menyatkan akan mengawal usulan pemerintah daerah tersebut, sehingga pengerjaan pengaman pantai sudah terlaksana pada tahun 2024 mendatang. "Kalau untuk abrasi pantai Pebuahan sudah dialokasikan anggarannya dan harapan kita selesai sebelum Oktober 2024,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Bina Teknik Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Muhammad Rizal mengakui pantai di Pulau Bali memiliki tingkat kerawanan abrasi. Sementara kondisi pantai di wilayah Kabupaten Jembrana dengan panjang pantai 87,173 kilometer sepanjang 21,86 kilometer abrasi dan garis pantai abrasi yang ditangani 8,93 kilometer. Sedangkan garis pantai yang belum ditangani 12,92 kilometer. “Kami amati di pantai Pebuahan terjadi perubahan garis pantai antara tahun 2010-2020, mundur sekitar 60-80 meter,” ungkapnya.
“Apabila tidak segera dilakukan penanganan maka abrasi akan semakin parah,” imbuhnya.. Ia menyebut Pembangunan pengaman pantai ruas Pangyangan-Pebuahan sepanjang 1,9 kilometer, 9,5 hektar menggunakan anggaran APBN. Sedangkan konstruksi pengaman pantai menurutnya dibangun menggunakan revetment batu armor dan bangunan penunjang walkway menggunakan paving block.
"Ini menjadi penekanan dan prioritas dalam proses penganggaran, penanganan abrasi Pantai Pebuahan sudah pasti tahun depan," ungkapnya
Sedangkan Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengatakan pemerintaha pusat telah memastikan realisasi atas proposal usulan Bupati Jembrana nomor 610/081/PUPRPKP/2022 pada 20 Januari 2022 terkait penanggulangan abrasi khususnya di Pantai Pebuahan Desa Banyubiru. Menurutnya pembangunan pengaman pantai di Banjar Pebuahan ini memang sudah ditunggu oleh masyarakat.
"Dari pusat dipastikan bisa berjalan tahun 2024. Astungkara ini kabar baik, karena usulan kita ternyata disetujui pemerintah pusat," tandasnya.