Diposting : 2 October 2023 18:10
CHA - Bali Tribune
balitribune.co.id | Singaraja - Akibat jasa pelayanan (Jaspel) tidak dibayar sejumlah tenaga medis di RSUD Tangguwisia melakukan mogok kerja. Para tenaga medis itu merasa kecewa karena sejak 6 bulan belakangan jaspel mereka tidak terbayarkan. Bahkan belum ada kepastian kapan jasa layanan medis itu akan mereka terima. Informasi yang diterima, mereka melakukan mogok sejak jam layanan dibuka, Senin (2/10). Sejumlah masyarakat yang hendak memeriksakan kesehatan terutama di bagian poliklinik terpaksa gigit jari karena layanan tutup. Warga mengeluhkan kondisi itu namun rela menunggu hingga kondisi normal kembali.
“Saya datang ke rumah sakit sejak pagi. Namun bagian pelayanan tidak buka sampai jam yang tidak ditentukan. Setelah mencari tahu ternyata petugas rumah sakit sedang mogok,” kata salah satu warga yang sedang berobat di RSUD Tangguwisia.
Sementara sejumlah staf rumah sakit yang ditemui usai aksi mogok terlihat ketakutan dan enggan memberikan pernyataan. Dikonfirmasi atas aksi mogok karyawan rumah sakit itu, Dirut RSUD Tangguwisia dr. Putu Karniasih berdalih bukan mogok melainkan ada beberapa layanan ditutup karena beberapa sebab. Namun dr Karniasih membenarkan beberapa layanan di poliklinik ditutup.
“Kalau dikatakan semua bagian polikilinik mogok itu tidak benar karena ada beberapa bagian yang masih menerima layanan. Ada beberapa dokter yang sedang cuti, sementara poli mata dokternya baru resign karena dapat beasiswa sekolah lagi,” terang dr Karniasih didampingi Kepala Seksi Medis dr Pratita.
Ia juga menyebut beberapa poli layanan memang sedang tutup namun kata dr Karniasih kondisi itu ia ketahui saat tiba di rumah sakit. Karena itu katanya, untuk menghindarkan adanya mispersepsi ia mengaku segera meluruskan kondisi itu kepada para tenaga medis setempat.
“Karena poli tidak memberikan pelayanan saya panggil semua tenaga medis terutama yang bukan kerja dibidang pelayanan termasuk para dokter. Saya jelaskan, hasil audiensi dengan Pemkab Buleleng terkait keterlambatan pembayaran jaspel,” terangnya.
Menurutnya, jumlah jaspel yang masih nyangkut dan belum terbayarkan sebanyak Rp 2 miliar lebih dan itu, katanya, meliputi semua karyawan rumah sakit sebanyak 195 orang. Keterlambatan pembayaran tersebut terhitung piutang rumah sakit yang permohonan pembayarannya menyesuaikan. Hanya saja kali ini terlambat padahal sudah diusulkan melalui anggaran perubahan APBD.
“Sudah saya usulkan diperubahan semua kekurangan termasuk piutang melalui Dinas Kesehatan lanjut ke TAPD. Sebelumnya lancar saja dan saya tidak harus sampai audiensi ke Pj bupati. Dan kenapa kali ini terhambat yang bisa menjelaskan ini ya TAPD terlebih saya hanya bawahan Dinas Kesehatan,” imbuhnya.
Tidak hanya jaspel menurut dr.Karniasih ia juga mengusulkan beban lain yakni pengadaan obat, bahan habis pakai dan lainnya dengan total senilai Rp 7,1 miliar. Anggaran sebesar itu sangat diperlukan rumah sakit bertype D tersebut untuk biaya opersional.
“Karena proses anggaran APBD Perubahan sudah ketok palu dan saat ini kami diberikan inforamsi sedang dimeja gubernur untuk tahap evaluasi kami berharap usulan itu diakomodasi agar pelayanan dirumah sakit stabil kembali,” tandasnya.
Kepala Dinas Kesehatan dr.Sucipto mengatakan, pihaknya langsung turun ke RSUD Tangguwisia begitu menerima ada kondisi tidak bisa dalam pelayanan dirumah sakit tersebut. Ia menyebut, problem tersebut terjadi akibat adanya miskomunikasi akibat keterlambatan pembayaran jaspel.
“Sebelumnya sudah diberikan penjelasan seluruh tahapan penganggaran sedang berlangsung termasuk usulan dari pihak Rumah Sakit Tangguwisia. Karena tidak diberikan penjelasan akhirnya terjadi miskomunikasi,” tandas dr.Sucipto.