Hektaran Lahan Cabai Layu Akibat Cuaca Panas, Harga Cabai Rawit di Pasaran Makin Pedas | Bali Tribune
Bali Tribune, Sabtu 30 November 2024
Diposting : 3 November 2023 08:22
AGS - Bali Tribune
Bali Tribune/ PANEN CABAI - Petani cabai saat memanen cabai mereka ditengahancaman gagal panen akibat cabai mereka layu karena cuaca panas.

balitribune.co.id | Amlapura -  Sejak sepekan terakhir ini harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Karangasem, terus merangkak naik. Di Pasar Amlapura Timur, hanya selang satu hari harga cabai rawit kembali naik dari sebelumnya Rp. 70.000 perkilo menjadi Rp. 75.000 perkilo.

Sejumlah pedagang di pasar mengaku, selain mahal para pedagang juga agak kesulitan mendapatkan pasokan cabai rawit dari petani lokal, menyusul gagal panen dan penurunan hasil panen yang dialami petani akibat dampak kemarau panjang yang terjadi saat ini.

Selain cabai rawit, jenis cabai lainnya seperti cabai merah keriting atau cabai Ampenan juga terus mengalami kenaikkan. Dari sebelumnya Rp. 55.000 perkilo, sekarang naik menjadi Rp. 65.000 perkilo. “Naik terus pak, kalau cabai rawitnya modalnya Rp. 75.000 kalau cabai Ampenannya itu Rp. 65.000 perkilonya. Kalau pasokan masih ada, cuman agak sedikit. Kalau cabai merah keriting atau cabai Ampenan itu datangnya dari Lombok,” ungkap Ni Nyoman Karmini, salah seorang pedagang bumbu di Pasar Amlapura Timur, Kamis (2/11/2023).  

Sejumlah pedagang juga mengakui, sejak naiknya harga cabai rawit, kini banyak pembeli yang beralih ke jenis cabai merah keriting atau cabai Ampenan serta cabai hijau, karena harganya yang lebih murah.

 Semenyara itu, dampak kemarau panjang dan cuaca panas membuat hektaran lahan cabai rawit petani di beberapa wilayah di Kabupaten Karangasem, layu dan buahnya berguguran. Seperti yang dialami puluhan petani cabai di Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Hektaran lahan cabai mereka layu dan buahnya berguguran akibat dampak cuaca panas. Padahal harga cabai di pasaran saat ini sedang melonjak tinggi.

Untuk mengurangi kerugian, sebagian besar petani memilih untuk mempercepat masa panen cabai mereka. Ni Nengah Kertiani, salah satu petani cabai di desa ini menyebutkan,  selain karena cuaca panas, rusaknya lahan cabai petani di desanya itu juga karena kekurangan air, dimana sejak musim kemarau melanda, debit air irigasi mengecil, sehingga lahan cabai petani tidak teraliri air dengan baik. “Karena musim panasnya ini pak terlalu keras, pohon cabainya jadinya layu dan airnya juga menyebabkan, musim kemarau seperti sekarang ini lahan cabainya kekurangan air,” keluhhnya.

Kondisi ini membuat hasil panen cabai petani di desa ini menurun drastis. Jika biasanya pada kondisi normal, petani bisa memanen hingga 100 kilogram cabai, namun saat ini hanya bisa memperoleh hasil panen kurang dari 40 kilogram.