balitribune.co.id | Badung - Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menekankan tentang transformasi kesehatan Indonesia termasuk di dalamnya transformasi yang hubungannya dengan tenaga kesehatan, big data atau penyamaan data serta paling penting adalah hubungan dengan aturan-aturan yang bisa mempercepat transformasi tersebut memperkuat kekuatan Indonesia dalam melayani seluruh rakyat Indonesia. Tiga hal itu yang ditekankan Menteri Kesehatan saat membuka Konferensi Internasional ke-15 tentang Regulasi Kedokteran diselenggarakan oleh Dewan Kedokteran Indonesia atas nama International Association of Medical Regulatory Authorities (IAMRA) atau Asosiasi Otoritas Regulasi Kedokteran Internasional di Nusa Dua, Badung, Selasa (7/11).
Pada kesempatan tersebut, Ketua Komite Organisasi Konferensi dan Ketua Dewan Kedokteran Indonesia, Prof. Taruna Ikrar mengatakan, apa yang ditekankan Menteri Kesehatan Republik Indonesia akan ditindaklanjuti agar menjadi pikiran-pikiran yang global. "Sehingga menjadi keputusan secara internasional juga," cetusnya.
Menurut dia, adalah suatu kehormatan dan keistimewaan menyambut rekan-rekan kedokteran dari seluruh dunia ke Pulau Bali untuk mengikuti konferensi tersebut. "Saya berharap selama tiga hari ini kita dapat melakukan diskusi, pembelajaran, dan menjalin hubungan dalam lingkungan yang indah dan santai," ujarnya.
Lebih lanjut Prof. Taruna mengatakan, dokter antar negara, karena Indonesia dengan Omnibus Law Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 telah memberikan ruang bagi dokter diaspora termasuk dokter asing untuk berpraktik di fasilitas-fasilitas khusus tentunya dengan aturan-aturan khusus. "Itu dampak baru dan dokter Indonesia bisa praktik di berbagai negara seperti Amerika dan lainnya. Makanya itu kita buat aturan-aturan di sini supaya kita sepakati bersama," imbuhnya.
Konferensi yang dihadiri 11 negara dengan 304 peserta atau delegasi mulai dari Benua Amerika, Eropa, Afrika, Asia dan Australia untuk mengatur membicarakan perubahan aturan-aturan yang berhubungan dengan pelayanan kedokteran, pendidikan kedokteran, termasuk antar negara dan pengembangan teknologi di masa depan. "Indonesia membicarakan tentang perubahan Omnibus Law Kesehatan untuk mengetahui bagaimana dampak secara global," beber Prof. Taruna
Ketua IAMRA, Heidi Oetter mengaku sangat antusias dengan tema konferensi tahun ini "Regulasi di Dunia yang Terganggu: Tantangan dan Peluang". Ini juga merupakan kesempatan yang sangat penting, karena pertama kalinya komunitas IAMRA berkumpul secara fisik selama lebih dari lima tahun setelah gangguan-gangguan baru-baru ini akibat pandemi.
Para delegasi akan membahas isu-isu kunci dalam regulasi kesehatan dan kedokteran di seluruh dunia. Ini termasuk bagaimana regulasi merespons dampak teknologi yang sedang berkembang seperti kecerdasan buatan dan gangguan pasar lainnya, peluang dan tantangan dalam berinteraksi dengan masalah-masalah sistem seperti mendukung akses tenaga kerja medis, peran otoritas regulasi dalam mengatasi rasisme dan dampak perubahan iklim, serta bagaimana mendukung kesejahteraan maupun kesehatan praktisi dengan baik.
Para delegasi juga akan menghadiri dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sebagai bagian dari program konferensi yang menyoroti warisan budaya yang kaya dan keindahan alam Bali. IAMRA berharap dapat membangun kesuksesan konferensi ini dengan berbagai layanan berkelanjutan untuk mendukung anggotanya dan mitra-mitra, termasuk melanjutkan program webinar, dan berbagi informasi secara rutin mengenai isu-isu praktik terbaik dan teknik dalam regulasi tenaga kesehatan, serta perencanaan untuk konferensi berikutnya pada tahun 2025.