BALI TRIBUNE - Penyakit deman berdarah dengue (DBD) kembali mengganas di Kecamatan Abiansemal. Dalam beberapa minggu terakhir enam warga Banjar Aseman, Abiansemal terkapar akibat terjangkit gigitan “nyamuk poleng”.
“Iya, DB kembali mengganas. Sejumlah warga kami bahkan sampai opname,” ungkap Perbekel Abiansemal, Ida Bagus Bhisma Wiratma, Jumat (9/6).
Atas merebaknya penyakit ini, pihaknya pun mengaku sudah melapor ke Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Badung. Wiratma berharap secepatnya ada upaya penanggulangan baik fogging maupun pemberian bubuk abate. “Kami sudah laporkan ke Dinas Kesehatan dan mohon difogging lengkap dengan obat dan alatnya,” ujarnya.
Sejauh ini ia mengaku lingkungan Abiansemal cukup bersih. Akan tetapi, warganya tetap saja terjangkit virus yang ditularkan oleh nyamuk ini. “Kalau kondisi lingkungan, disini cukup bersih kok. Tapi, entah kenapa banyak yang kena DB. Apa karena dia kena di tempat lain ya,” tanya dia.
Untuk upaya penanggulangan, dalam waktu dekat, pihaknya akan melakukan evaluasi kinerja dari petugas Juru Pemantau Jentik (Jumantik). “Jumantik kita akan kerahkan terus untuk penanggulangan,” tegas Wiratma.
Dibagian lain, Kepala Diskes Badung, dr. Gede Putra Suteja menyebut wilayah Abiansemal termasuk daerah endemik penyebaran virus DBD. “Disana masuk daerah endemik. Sedangkan Petang termasuk daerah sporadis. Kalau endemik, kasusnya selalu ada. Tapi kalau sporadis, kadang muncul, kadang hilang,” katanya.
Suteja menduga munculnya DBD lantaran cuaca sedang tidak menentu. Sehingga berpengaruh pada perkembangbiakan nyamuk, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai penyebar virus demam berdarah.
“Kami harap semua Camat dan Perbekel serta masyarakat ikut proaktif dalam menangkal dan menanggulangi kasus ini. Apalagi kini sudah ada Jumantik, ini harus diberdayakan di masing-masing banjar,” kata Suteja.
Selain itu pejabat asal Mengwitani ini juga mengimbau masyarakat senantiasa menjaga kebersihan lingkungan serta secara kontinyu melaksanakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), seperti fogging dan penaburan bubuk abate.
“Jumantik cukup berperan menekan kasus DBD,” terangnya.
Berdasarkan data, tahun 2016 ada 3.000 kasus DBD yang menyebabkan korban meninggal hingga 10 orang. Sedangkan memasuki pertengahan tahun 2017 ini kasus menurun drastis, yakni sekitar 500 orang dan meninggal satu orang.