Krama Banda Gelar Upacara Nyenukan | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 November 2024
Diposting : 4 March 2024 06:46
at - Bali Tribune
Bali Tribune/ NYENUKAN - Prosesi Nyenukan simbol dewata turun ke dunia membawa persembahan dalam upacara Ngenteg Linggih di Desa Adat Banda.

Balitribune.co.id | Gianyar - Krama Desa Adat Banda, Saba, Blahbatuh, Gianyar menggelar upacara Nyenukan, Minggu (3/2/2024). Upacara ini cukup langka sebab hanya dilangsungkan bila ada upacara yang sekala besar atau tingkat utama.

Bendesa Adat Banda I Wayan Balik mengatakan, upacara nyenukan ini merupakan rangkaian karya Ngenteg Linggih, Pedudusan, Tawur Balik Sumpah, di Pura Penataran Banda. Upacara ini pernah diadakan sekitar kurang lebih 25 tahun silam. "Tahun ini karena sejumlah bangunan telah sudah rampung diperbaiki, dan pretima Ida, dalam wujud ratu ayu dan ratu gede barong juga selesai di perbaiki atau ngodakan," ujarnya di sela-sela upacara berlangsung.

Rakaian upacara telah berlangsung sejak bulan Februari, dimulai dengan upacara tawur balik sumpah, pada Jumat 23 Februari 2024. Dilanjutkan dengan Melasti pada Penampahan Galungan Selasa 27 Februari 2024, dan puncak karya pada Kamis, 29 Februruari 2024. "Mejenukan menjadi rangkaian akhir karya ageng ini bersama nanti ada upacara nyegara gunung, dan ngelungkar setra," jelas Wayan Balik.

Sementara, dalam upacara mejenukan ini, anak-anak desa setempat berhiasa dengan payas bali madya, mereka mepeed menuju Pura Dalem setempat yang jarakanya kurang lebih 200 meter dengan berjalan kaki. Untuk para remaja secara berkelompok mengenakan pakaian adat serba merah, putih, Kuning, hitam dan poleng, sembari membawa tegen-tegenan berisikan aneka buah, umbi-umbian, tebu dan lainnya. Ibu-ibu PPK membawa jauman yang isinya semua jajan basah, "Ini sebagai upacapan syukur karena upacara telah berlangsung dengan lancar," ujarnya.

Yang menjadi ciri khas dalam upacara ini adalah, adanya dialog antara sang yajmana (pimpinan upacara) dengan mereka yang membawa tegen-tegennan dengan pakaian serba merah, Putih, Kuning, hitam, dan poleng sebagai simbol Dewata penguasa arah mata angin, Timur, Selatan, Barat, Utara dan Tengah yang membawa persembahan tulus iklas untuk kelancaran upacara yadnya. "Dialognya menggunakan bahasa kawi, sehingga upacara juga cukup sakral," jelas.

Terkahir Bendesa mengucapkan terimakasih dan permakluman terhadap para pengguna lalulitas, karena telah ikut mendukung kelancaran upacara dimana memasuki Jalan pantai Saba, wilayah desa adat Banda, selama upacara mengalami pengalihan lalulitas. "Kami mohon permakluman karena harus melakukan pengalihan lalulintas untuk kelancaran upacara," jelasnya.ata