balitribune.co.id | Negara - Penampilan Gong Kebyar Anak-anak duta Kabupaten Jembrana pada Pesta Kesenian Bali (PKB) 2024 memukau penonton. Gong kebyar anak-anak dari Komunitas Seni Cakra Birama Jembrana ini mendapat apresiasi positif. Penampilan para seniman cilik Jembrana ini juga sukses mengundang gelak tawa ratusan penonton yang memadati Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Art Center Denpasar, Selasa (25/6).
Sekha gong kebyar ini membawakan tiga penampilan diantaranya tabuh kreasi kekebyaran berjudul Sa-Angkep, tari Jalak Putih serta tari Dolanan Metajoga. Dari tiga kreasi tari dan tabuh tersebut, tari Dolanan Metajoga, sukses menarik perhatian penonyon dan undangan yang hadir. Ide dan gagasan karya ini diambil dari permainan tradisional yaitu metajoga.atau engrang. Permainan ini melatih keseimbangan dan koordinasi tubuh.
Pemain tajog harus berjalan atau berlari dengan memakai bambu yang dirakit sebagai alas kaki. Permainan ini bisa meningkatkan postur tubuh, fleksibilitas dan refleks. Makna dan filosofimya ketika manusia berada di atas jangan pernah menyombongkan diri tetaplah untuk melihat ke bawah. Begitupula pemimpin pada saat berkuasa agar melihat ke bawah. Jangan sampai jeritan rakyat menjadi tawa dipikiran para pemimpin.
Sedangkan tabuh kreasi kekebyaran Sa-Angkep tercipta dari sebuah imajinasi dan naluri composer. Imanjinasi tentang gambaran kehidupan manusia yang dituangkan ke dalam sebuah gending tabuh kreasi kekebyaran. Karya ini menjadi cerminan perbedaan sifat, karakter dan pola pikir antara sesama manusia. Perbedaan setiap individu tersebut terkadang menimbulkan sebuah perbedaan persepsi atau pendapat.
Apabila dimaknai secara positif, perbedaan tersebut adalah sebuah keunikan yang dimiliki setiap orang. Sehingga adanya perbedaan pada setiap orang akan membentuk sebuah keragaman yang kompleks dalam kehidupan. Untuk bisa mencapai tujuan Bersama, juga diperlukan sebuah penyelarasan persepsi demi terciptanya keharmonisan dalam hidup. Harmoni inilah yang harus tetap dijaga dalam kehidupan bermasyarakat.
Begitupula tari Jalak Putih menggambarkan tentang keharmonisan alam. Tari ini menceritakan tentang kesedihan burung jalak yang sedang diburu oleh pemburu, karena keindahan dan kelincahannya. Tarian ini diciptakan tahun 1984 oleh Gusti Bagus Arsaja. Karya-karya yang ditampilkan anak-anak tersebut mengingatkan pada pedoman untuk menguatkan nilai-nilai luhur dan adiluhung yang diwariskan turun temurun.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Jembrana, Anak Agung Komang Sapta Negara mengungkapkan Gong Kebyar Anak-anak dari Komunitas Seni Cakra Birama telah dipersiapkan secara maksimal untuk bisa mempersembahkan karya seni yang menghibur penonton yang hadir di PKB tahun ini.
Sebelumnya Kabupaten Jembrana juga telah menampilkan gong kebyar wanita dari Sanggar Kumara Widya Swara dan baleganjur dari Sanggar Seni Arsa Wijaya Desa Nusasari yang berhasil memukau ribuan penonton dengan penampilan karya berjudul Raja Buduh yang unik dan menghibur bahkan hingga viral di media sosial.