balitribune.co.id | Amlapura - Ribuan anak di Kabupaten Karangasem dibayangi ancaman stunting, berdasarkan data dari Dinas Sosial Karangasem, dalam tiga bulan terakhir ini jumlah kasus anak yang mengalami stunting di Karangasem mencapai 911 orang anak. Kendati demikian dibandingkan dengan kasus stunting beberapa tahun sebelumnya, upaya pencegahan dan penanganan stunting yang dilakukan oleh Pemkab Karangasem tergolong efektif dan cukup berhasil dalam menurunkan kasus stunting di Bumi Lahar Karangasem.
Berdasarkan data prevalensi Stunting 3 tahun terakhir, pada tahuan 2018 jumlah kasus stunting di Karangasem mencapai 26.3 persen dari jumlah balita yang ditimbang. Kemudian pada tahun 2021, jumlah kasus stunting di Karangasem kembali menurun menjadi 22.9 persen, kemudian turun lagi menjadi 9.2 persen di Tahun 2022, dan berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh Bupati Karangasem, kasus stunting di Karangasem di Tahun 2023 kembali turun pada angka 6.4 persen dari jumlah balita yang ditimbang.
Kabid Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Dinas Sosial Karangasem, I Wayan Arsiawan, kepada Bali Tribune, Selasa (6/8) menyampaikan, prevalensi stunting di Karangasem jauh lebih rendah dari prevalensi stunting di Bali.
“Kabupaten Karangasem mendapatkan penghargaan sebagai Kabupaten dengan kasus stunting terendah nomor 11 di Indonesia,” ucap Arsiawan.
Bahkan tahun 2022 lalu, Kabupaten Karangasem juga mendapatkan penghargaan dari Gubernur Bali sebagai kabupaten inspiratif dengan penurunan kasus stunting terbanyak yaitu 13.7 persen dari stunting tertinggi di Bali 22.9 persen.
Dari pantauan Bali Tribune, dalam upaya penurunan kasus stunting di Karangasem, selain Dinas Sosial, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Karangasem menjadi OPD paling aktif dalam upaya penurunan stunting. Dimana data penurunan dan pemantauan tumbuh kembang anak, tercatat dengan baik yang dibarengi dengan program kegiatran rumah pangan B2SA (Beragam Bergizi Seimbang dan Aman) yakni dengan peemberian makanan tambahan kepada balita dengan kasus stunting.
“Jadi perkembangan balita yang mengalami stunting itu kita pantau terus. Data per-balita kita punya, jadi setiap bulan balita itu kita timbang apakah berat badannya naik, apakah tingginya naik dan kita ukur lingkar kepalanya. Dan ternyata program ini cukup berhasil dimana anak stunting itu berat badan dan tinggi badannya bertambah setiap bulannya,” tegas Catur Bagio, JF Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Karangasem, saat melakukan kegiatan timbang dan ukur tinggi badan anak stunting dan pemberian makanan tambahan B2SA kepada balita stunting di Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem.
Di Desa Ababi sendiri lanjut Catur Bagio, jumlah anak yang mengalami Stunting sebanyak 45 orang, dimana satu diantaranya meninggal dunia. Sementara itu, selain kasus stunting, berdasarkan data dari Dinas Sosial Karangasem, jumlah kasus Gizi Buruk di Karangasem relatif rendah yakni sebanyak 16 kasus, sementara kasus Gizi Kurang tercatat sebanyak 305 kasus. Sedangkan anak dengan risiko gizi lebih berjumlah 2.658 orang, dimana 227 dianataranya menderita obesitas.