BALI TRIBUNE - Status Gunung Agung telah ditetapkan dalam posisi awas pada 22 September 2017. Mulai saat itu pula, para warga di sekitar kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Agung mulai mengungsi di sejumlah daerah di Bali. Tak hanya di posko pengungsian yang disediakan pemerintah, namun ternyata para pengungsi juga diterima dengan lapang-dada di balai banjar, wantilan, hingga di rumah-rumah warga. Bahkan tak jarang, krama Bali juga dengan senang hati menyediakan rumah-rumah kost miliknya untuk dijadikan tempat berteduh sampai status Gunung Agung dinyatakan aman.
Selain menyediakan posko pengungsian untuk tempat tinggal sementara, para warga Bali juga dengan penuh semangat berduyun-duyun dan bahu membahu memberikan bantuan kepada warga Karangasem yang berada di pengungsian. Ada yang melakukan ngamen di jalan, ada juga yang memberikan donasi melalui banjar masing-masing dan banyak cara lainnya. Hal ini dilakukan oleh krama Bali demi membantu saudaranya yang sedang kesusahan. Hal ini juga sebagai bukti bahwa krama Bali memiliki semangat gotong royong dan rasa "manyama braya" yang masih sangat tinggi.
Masih tingginya semangat gotong-royong Krama Bali ini mendapat apresiasi positif dari Anggota DPD RI Daerah Pemilihan (Dapil) Bali, Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi. Ditemui dikediamannya, Minggu (5/11), Senator yang juga penglingsir Puri Satria Denpasar ini mengapresiasi semangat gotong-royong krama Bali yang dengan semangat membantu krama Bali yang sedang kesusahan. Bahkan hingga kini, disaat status Gunung Agung sudah diturunkan menjadi Siaga, krama Bali juga masih tetap memberikan bantuannya di dalam berbagai hal. "Semangat krama Bali membantu sesamanya ini sangat positif. Ini namanya semangat gotong-royong dan menyama braya, krama Bali kalau dalam hal gotong-royong tidak usah diragukan lagi," ujar mantan ketua DPRD Bali ini.
Meski demikian, Senator yang juga cicit dari Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Made Agung ini mengharapkan konsistensi sikap manyama-braya dan semangat gotong-royong ini perlu dijaga, mengingat menyikapi bencana Gunung Agung tidak hanya akan berlangsung selama satu atau dua hari. Melainkan akan berlangsung cukup lama, sehingga bantuan-bantuan perlu diatur ritmenya. "Karena hingga kini belum ada kepastian, tentu warga akan mengungsi lumayan lama. Kita anggap saja di pengungsian ada 3 bulan, jangan sampai saudara kita tidak mendapatkan makan. Semangat manyama-braya ini perlu konsisten," ujar pria yang akrab disapa Cok Rat ini.
Selain bantuan makanan, tempat tinggal, dan MCK, kata Cok Rat, faktor psikologis pengungsi juga sangat perlu diperhatikan. Mengingat berada di tempat pengungsian dalam waktu lama tentu akan berpengaruh pada psikologis para warga pengungsi. Terkait hal ini, pihaknya juga kembali mengapresiasi para warga Bali dan Pemerintah yang sudah sangat tanggap dengan memberikan berbagai kegiatan kepada pengungsi. Bahkan di beberapa tempat juga sudah memberikan pekerjaan kepada pengungsi untuk menghilangkan rasa jenuh di pengungsian. "Saudara kita jangan sampai dibiarkan streslah. Faktor psikologi harus tetap diperhatikan. Sangat bagus juga kalau saudara kita sudah diberikan pekerjaan, itu sangat membantu menghilangkan stres. Minimal ada aktifitas untuk menghilangkan rasa jenuhnya. Selain itu kalau terlalu lama berada di pengungsian, masalah kesehatan saudara kita juga perlu diperhatikan, " ujar politisi yang pernah menjabat sebagai Bupati Badung ini.
Sementara itu disisi lain, pihaknya juga mengajak krama Bali untuk mengambil hikmah dan introspeksi diri dari adanya kondisi bencana Gunung Agung ini. Pihaknya mengajak krama Bali untuk introspeksi diri dengan tidak memanfaatkan atau mengeksploitasi alam secara sembarangan. Mengingat, pihaknya percaya dan meyakini, ketika keberadaan alam tidak seimbang maka goncangan-goncangan alam pasti akan terjadi. "Kita harus jujur, kita menggunakan energi-energi secara sembarangan. Mari kita manfaatkan alam dengan baik. Jangan sampai minyaknya disedot sampai habis, dan lain sebagainya. Mari kita gunakan pasir, batu dan energi alam dengan bijaksana. Sebab kalau kita merusak tatanan bumi, ini akan menimbulkan kegoncangan -kegoncangan di bumi. Istilahnya jangan sampai membuat 'Betarane Memedih' karena alam dieksploitasi secara sembarangan," ujar suami dari Ida Ayu Manik ini.
Selain itu Cok Rat mengharapkan dengan adanya penurunan status Gunung Agung dari Awas menjadi Siaga, krama Bali terutama yang berada di zona rawan bencana Gunung Agung untuk tetap waspada. Selain itu dalam momentum Hari Suci Galungan dan Kuningan, pihaknya juga mengajak krama Bali untuk senantiasa berdoa agar kondisi Bali tetap aman dan dihindarkan dari bencana. "Kita sebagai orang Bali percaya, dengan doa kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar diberikan keselamatan," ujar pria yang juga menjabat Ketua Umum Federasi Olahraga Rekreasi Indonesia (FORMI) Provinsi Bali ini.
Terkait Gunung Agung pihaknya mengaku sudah melakukan persembahyangan di Pura Khayangan Jagat Pura Luhur Batu Panes Jajar Kemiri Luhur Batukaru, Tabanan beberapa waktu lalu bertepatan dengan dilaksanakan Pujawali di Pura setempat. Selain melaksanakan persembahyangan bersama, kehadiran Cok Rat di Pura yang terletak di tengah tengah pulau Bali tepatnya Desa Pakraman Belulang, Desa Dinas Mengesta, Kecamatan Penebel, Tabanan ini juga sekaligus mendoakan keselamatan bersama atas kemungkinan terjadinya erupsi Gunung Agung. Kehadiran Cok Rat, diterima langsung oleh Ketua Prajuru Pura I Nyoman Arnawa, S.Sos yang juga Ketua Fraksi PDIP DPRD Kabupaten Tabanan.
Sebagai penglingsir Puri, Cok Rat berdoa mohon agar Gunung Agung yang tengah bergejolak saat ini selalu memberikan anugerah serta keselamatan bagi masyarakat yang berada di Kabupaten Karangasem dan sekitarnya termasuk masyarakat Bali pada umumnya. Permohonan tersebut dilakukan karena adanya keyakinan bahwa yang berstana di Kahyangan Jagat Pura Luhur Batu Panes adalah Putra dari Ida Bhatara Gunung Agung yang dibuktikan dengan adanya lingga bersegi delapan. Ini diyakini sebagai media bhakti kehadapan Ida Bethara yang Maperagan Siwa sehingga yang berstana di Pura ini adalah Siwa Pasupati.
Selain itu, Khayangan Jagad Pura Luhur Batu Panes merupakan jajaran Pura yang mempunyai hubungan erat dengan Khayangan Jagad Pura Luhur Batukaru. Kahyangan Jagat Pura Luhur Batu Panes memiliki konsep Padma Catur Dala (Catur Lawa). Selain itu pada pagar yang mengelilingi pura tidak berupa batu tetapi berupa kolam. Tidak jauh dari pura ini juga terdapat permandian air panas.
"Saya ke Pura Batu Panes karena menurut Legenda adapun yang berstana di Kahyangan Jagat Pura Luhur Batu Panes adalah Putra dari Ida Bhatara Gunung Agung. Konon saat Gunung Batu Karu akan meletus pada tahun 1933, Putra dari Ida Bhatara Gunung Agung ditugaskan menghentikan agar gunung itu tidak meletus. Lalu Beliau mengeluarkan lahar dari perut Gunung Batu Karu yang sampai saat ini menjadi cikal bakal adanya air panas di Pura Batu Panes. Air Panas tersebut diyakini pula menjadi tempat permandian (Beji) Beliau. Penjelasan tersebut juga diamini oleh Arnawa. Nah selaku orang Bali saya percaya dan saya memohon ke sana, supaya Gunung Agung tidak jadi meletus," tandas senator yang berhasil mengantongi perolehan suara sah sebesar 150.288 suara di pemilu legislatif tahun 2014 ini.