Denpasar, Bali Tribune
Dari 25 cabang seni yang wajib diikuti seluruh kabupaten/kota di Bali pada ajang PKB XXXIIX tahun 2016 ini, Kodya Denpasar menyertakan 27 Duta Seni mereka. Uniknya, persiapan untuk tampil pada ajang tahunan itu dilakukan jauh-jauh hari. Alhasil, tingginya partisipasi dimaksud menuai apresiasi oleh tim pembina provinsi Bali.
Seperti terungkap dalam pembinaan yang dilakukan Tim Pembina PKB Provinsi Bali ke Pura Dalem Suwung Batan Kendal Denpasar Selatan belum lama ini.
Dimotori Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali,Dewa Beratha, kedatangan tim didampingi Sekkot Denpasar, A.A. Rai Iswara, Plt. Kadisbud Nyoman Sujati, Camat Densel, Gung Risnawan serta sejumlah pejabat setempat.
Menurut Dewa Beratha, tak dipungkiri memang disetiap hajatan PKB, Kota Denpasar selalu lebih awal menyiapkan para dutanya. “Oleh sebab itu, kami salut dan mengapresiasi kesungguhan serta komitmen yang ditunjukkan Pemerintah Kota Denpasar,”ucapnya.
Ini dibuktikan dengan kesiapan duta Denpasar menerima Pembina Propinsi lebih awal dari jadwal yang ditentukan terhadap seluruh cabang yang akan dipentaskan baik yang berupa lomba maupun parade. Bahkan untuk PKB kali ini Denpasar kembali mengirim 27 cabang seni dari 25 cabang yang wajib diikuti seluruh Kabupaten/Kota.
Dikatakan Dewa Beratha, Pesta Kesenian Bali (PKB) kini memasuki usia ke-38. Even tahunan ini merupakan ajang kreatifitas seniman di Bali. “Termasuk para seniman yang ada di Kota Denpasar,”terangnya.
Menambahkan keterangan Dewa Beratha, perwakilan Tim Pembina PKB, Ketut Suandita,S.Sn menyebutkan, selain menampilkan garapan (karya) seni, duta seni Kota Denpasar diketahui sering menghadirkan seniman-seniman muda berbakat.
Ia menilai, hal ini tak lepas dari upaya pembinaan yang diterapkan Pemkot Denpasar begitu terstruktur dan berjenjang mulai dari tingkat banjar hingga tingkat kecamatan. “Meregenerasi seniman jauh lebih penting ketimbang mencari juara,”ungkapnya.
Menurutnya, tantangan kedepan pertumbuhan seni di Bali adalah, bagaimana upaya kita meregenerasi seniman guna pelestarian seni dan budaya Bali.”Sebab tantangan yang paling nyata yang kita hadapi sekarang adalah kuatnya gempuran modernisasi. Modernisasi mampu merubah prilaku atau mainset seseorang menjadi malas, apreori, instan dan sebagainya jika kita tak cerdas mengantisipasinya,”ucap Suandita.
Dia mengatakan, modernisasi juga terbukti mampu menjauhkan orang dari akar budayanya atau apreriori terhadap budayanya sendiri. Bukti yang paling nyata dibeberapa daerah sekarang ini masih kesulitan meregenerasi para senimannya. Khususnya kesenian klasik seperti; arja, drama, topeng, bondres, wayang dan lain sebagainya.
“Gederasi muda kita cenderung senang dengan hal yang berbau hura-hura dan cenderung sulit diatur. Lihat saja kemarin anak-anak yang ikut Porsenijar apakah itu atlet atau suporternya, kesana-kemari meraung-raungkan kendaraan. Apakah ini budaya kita,”kilahnya.
Suandita berharap, kedepannya hal ini menjadi perhatian semua pihak sehingga seni dan budaya Bali tetap lestari dan diwariskan ke generasi yang akan datang.“Dengan berkesenian, prilaku generasi muda diharapkan lebih terkendali, berprilaku sopan dan memiliki komitmen yang kuat terhadap upaya menjaga dan melestarikan seni dan budaya yang dimiliki,”pungkasnya.