BALI TRIBUNE - Penderitaan maha berat harus dijalani balita asal Banjar Cepunggung, Desa Bangbang,Tembuku, Ni Kadek Nata Nia Putri (4). Sejak lahir hingga usianya mau menginjak lima tahun, anak kedua pasutri Ni Komang Ayu Diarasita (31) dan Komang Begbeg Arsana (41), harus tergolek lemas diranjang tempat tidur karena menderita kelainan otak.
Berbagai upaya telah dilakukan kedua orangtuanya untuk kesembuhan putrinya itu. Karena terbentur biaya, untuk pengobatan tidak bisa rutin dilakukan.
Ditemui di rumahnya, Ni Komang Ayu Diarasita mengatakan, untuk penyakit yang diderita putrinya itu memang sudah terlihat sejak baru dilahirkan. Sambil menggendong Kadek Nata, Ni Komang Ayu Diarasita menceritakan kalau pada masa kehamilannya ia rajin melakukan kontrol ke bidan.
”Setiap bulan saya rutin kontrol kandungan ke bidan, waktu itu dikatakan kalau kondisi kandungan normal,” sebutnya.
Di usia kandungan menginjak enam bulan, kata Diarasita, dirinya sempat jatuh saat mengendarai sepeda motor. Karena takut akan terjadi masalah dengan kandungannya, ia langsung datang ke bidan langganannya. ”Kata bidan kondisi kandungan tidak apa-apa atau normal-normal saja,”ujar Ayu Diarasita.
Sambil memperbaiki posisi putrinya yang digendong, ia mengatakan tiga bulan setelah kecelakaan atau usia kandungan menginjak sembilan bulan , ia merasakan rasa sakit di bagian perut dan selanjutnya diantar suami ke RSUD Bangli. Ternyata dari hasil pemeriksaan medis, air ketubannya sudah pecah.
Karena tidak ingin terjadi hal-hal tidak diinginkan, tim medis langsung mengambil tindakan yakni melakukan operasi Caesar. “Waktu diangkat dari kandungan anak saya tidak menangis dan kejang-kejang,“ sebutnya.
Melihat kondisi anaknya, selanjutnya tim medis merujuk ke RSUP Sanglah Denpasar. ”Di Sanglah saya satu bulan penuh,15 hari anak saya dirawat di Ruang ICU, kemudian baru dipindah ke Ruang Cempaka” kata Ayu Diarasita di dampingi Kadus Cepunggung, Ketut Adnyana.
Setelah kondisi anaknya dinyatakan membaik, akhirnya diperbolehkan pulang dengan syarat harus rutin menjalani kontrol. Dari hasil diagnosa dokter yang menangani, dikatakan kalau anaknya menderita kelainan otak yang berimbas tidak bisa bergerak, melihat dan mendengar secara normal. “Untuk kontrol langsung datang ke tempat praktik dokter spesialis anak di Denpasar,” imbuhnya.
Ia mengaku merasa sedih, karena saat diantar kontrol, acap kali putrinya menangis histeris di tengah jalan. “Jarak dari dusun kami ke Denpasar hampir 70 kilometer, itupun ke Denpasar dengan naik sepeda motor, mungkin merasa lelah, anak saya sering menangis histeris,“ duganya.
Untuk biaya sekali kontrol Diarasita mengaku harus merogoh kantongnya Rp 800 ribu dengan rician Rp 100 ribu biaya konsultasi dan Rp 700 ribu untuk obat. Memang, kata dia, ada kartu Indonesia Sehat (KIS) tapi untuk kontrol ke dokter swasta tidak berlaku makanya kadang kalau uang pas-pasan, beli obatnya hanya separuh resep.
Selain biaya per bulan untuk kontrol, ia juga harus menanggung pembelian popok dan susu. Untuk popok 1 bal isi 22 lembar habis dalam hitungan seminggu, karena dalam sehari membutuhkan 3 lembar. Sedangkan untuk susu berat 750 gram habis dalam waktu enam hari.
Disinggung untuk makanan yang dikonsumsi putrinya sehari-hari, wanita berbadan tambun ini mengungkapkan untuk makan hanya bubur dan itupun harus diblender terlebih dahulu. ”Untuk berat badan anak saya memang kurang, di usianya menginjak lima tahun hanya 10 kilogram," sebutnya.
Kalau mengandalkan penghasilan suaminya sebagai pekerja swasta dan dari hasilnya membuka usaha kue kecil- kecilan ,ia mengaku kelabakan mempersiapkan biaya untuk kontrol dan membeli susu dan pempers. Ia berharap bantuan pemerintah atau para dermawan untuk bisa meringankan beban hidupnya.
Kadus Cepunggung, Ketut Adnyana berharap banyak agar ada uluran tangan baik itu dari pemerintah, swata atau yayasan untuk bisa membantu meringankan kebutuhan keseharian dari Kadek Nata Nia Putri. Ia menambahkan dari total jumlah penduduk Dusun Cepunggung sebanyak 143 KK, sebanyak 11 KK masuk kategori keluarga miskin.