balitribune.co.id | Denpasar - Akademisi Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Bali menyambut baik sekaligus mengapresiasi kerja nyata Gubernur Wayan Koster atas disetujuinya Raperda Provinsi Bali tentang Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125 oleh Pimpinan dan seluruh Anggota DPRD Provinsi Bali untuk ditetapkan menjadi Perda pada rahina Purnama Kasa, Senin (Soma Kliwon, Wariga), 3 Juli 2023 di Ruang Sidang Utama DPRD Provinsi Bali sebagai wujud nyata untuk memuliakan unteng Alam, Manusia, dan Kebudayaan Bali yang didedikasikan untuk memuliakan generasi mendatang.
Dekan Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar, DR. Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa menegaskan Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125 adalah hasil pemikiran dan kebijakan yang sangat visioner, yang dikeluarkan Gubernur Bali, Wayan Koster.
Ini kebijakan yang bersejarah serta berdampak besar untuk kehidupan alam, manusia, dan kebudayaan Bali, hingga menjadikan Bali sebagai satu-satunya Provinsi di Indonesia yang memiliki pola pembangunan masa depan 100 tahun.
“Semua tantangan, kelemahan, kekuatan yang ada di Bali telah dipikirkan Gubernur Koster bersama DPRD Bali dan dituangkan kedalam Haluan Pembangunan Bali Masa Depan. Jadi ini sangat luar biasa untuk mewujudkan pembangunan Bali dengan prinsip 'one island one management',” ujar lulusan S3 Ilmu Hukum di Universitas Brawijaya Malang ini.
Lanang Perbawa berharap Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun ini dijalankan dengan serius oleh seluruh pemangku kepentingan pemerintahan kota/kabupaten dan provinsi, termasuk juga bupati/wali kota se-Bali, sampai desa, desa adat bersama masyarakatnya wajib memberikan dukungan supaya mampu menciptakan tatanan pembangunan yang terstruktur.
"Saya sangat apresiasi, dalam Perda Haluan Pembangunan Bali Masa Depan juga telah memperhatikan peninggalan-peninggalan yang bernilai warisan budaya dan sejarah dengan menguatkan keberadaan Puri, selain meguatkan desa adat di Bali melalui tradisi, seni budaya, dan kearifan lokal Bali," jelasnya.
Menurutnya, leluhur Bali sangatlah visioner dengan memberikan warisan luar biasa kepada generasi penerus, kemudian pemerintah sekarang melalui Gubernur Koster sebagai Murdaning Jagat Bali menyampaikannya kembali nilai-nilai warisan dari leluhur Bali tersebut secara kekinian untuk menjaga eksistensi Pulau Bali yang dituangkan ke dalam Perda Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125.
“Bung Karno kita kenal sebagai penyambung lidah rakyat untuk memerdekakan Bangsa Indonesia, kalau Bapak Wayan Koster Saya sebut sebagai penyambung leluhur Bali untuk menjaga Alam, Manusia, dan Kebudayaan Bali,” ujar mantan aktivis mahasiswa di Universitas Merdeka Malang tahun 1996 ini seraya berharap agar Perda ini mampu menyadarkan para investor untuk tidak mengeksploitasi tanah Bali hingga sempadan pantai, danau, dan sungai yang didukung pelestariannya oleh masing-masing Pemerintah Kota/Kabupaten beserta Desa Adat di Bali.
Budaya Bali
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum menyambut baik atas disetujuinya Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025- 2125 untuk menjadi Perda, karena isi haluan pembangunan ini sangat bagus sekaligus memperlihatkan wujud keseriusan Pemerintah Bali, khususnya Gubernur Bali, Wayan Koster di dalam menjaga eksistensi budaya Bali.
“Budaya Bali sangat penting untuk dilestarikan, karena budaya Bali erat kaitannya dengan karakteristik manusia dan situasi alam Bali. Misalnya kesenian Bali akan tetap hidup jika tetap dilaksanakan oleh masyarakat Bali itu sendiri, seperti tarian dan mekidung dalam upacara keagamaan. Identitas manusia Bali juga terlihat dari kemampuannya dalam melaksanakan berbagai hal yang berkaitan dengan budaya Bali.
Dengan diaktifkannya kembali fungsi Puri sebagai lembaga untuk melestarikan adat, tradisi, seni budaya dan kearifan lokal Bali adalah upaya yang perlu Kita dukung bersama. Karena Puri masih teguh di dalam melestarikan adat dan tradisi masyarakat Bali. Memang benar dengan budaya global dan alkulturasi budaya menyebabkan ada pergeseran perilaku budaya masyarakat Bali, namun Puri bisa dijadikan contoh di dalam menjaga keajegan adat, tradisi, seni budaya, dan kearifan lokal Bali.
Selanjutnya dengan adanya pengaturan Pelindungan Hukum Karya Cipta Seni Budaya Bali dengan Kekayaan Intelektual di dalam Haluan Pembangunan Bali Masa Depan adalah langkah maju. Mengingat penjiplakan hasil karya seni dan budaya masih terjadi saat ini, serta tidak menggenal waktu. Sehingga perlindungan hukum sebuah karya seni harus diatur, kalau bisa pemberlakuan sanksi perlu diterapkan bagi pelaku usaha atau perajin yang melakukan penjiplakan.
Terkait Sistem Usadha Bali yang juga dimasukkan ke dalam Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, kata Dr. Made Sri Satyawati merupakan salah satu upaya pelestarian budaya yang sedang dibangkitkan di era kepemimpinan Gubernur Bali, Wayan Koster dengan melihat bahwa Bali telah diwarisi kekuatan pengetahuan pengobatan tradisional oleh leluhurnya yang tertulis di lontar.
Namun demikian, pelestarian Usadha Bali harus dibangun secara serius, mengingat perubahan lingkungan Bali telah mengakibatkan banyak tanaman, khusus tanaman obat secara perlahan mulai mengalami kepunahan atau sulit ditemukan.
“Karena itu Pemerintah perlu memperkenalkan dan mengembangan tanaman obat dan juga melestarikan ilmu Usadha Bali yang ada di dalam lontar,” kata Dekan yang bertugas di kampus yang menjadi kebanggaan Pulau Bali ini.
Pendekatan Kebudayaan
Koordinator Pansus Raperda tentang Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125, A.A. Ngurah Adhi Ardhana menegaskan muatan substansi pada Raperda tentang Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125 sangat mengedepankan pendekatan kebudayaan, serta telah disepakati dengan menata Tiga Unsur Utama Daerah (gumi) Bali yaitu Budaya Bali, Manusia Bali dan Alam Bali.
Yang menarik dalam Haluan Pembangunan Masa Depan Bali juga terdapat mengaktifkan kembali fungsi Puri sebagai lembaga untuk melestarikan adat, tradisi, seni-budaya, dan kearifan lokal Bali. Bagi Kami, kebudayaan Bali yang adiluhung ini telah mencakup tiga aspek, yakni spirit, praktik/perilaku, dan artefak/material, dapat dikuatkan dan dimajukan salah satunya melalui upaya ini.
“Karena itu, telah disepakati bahwa penambahan Puri ini mesti dalam konteks pelestarian nilai-nilai kebudayaan, dilakukan secara selektif dan memenuhi kriteria tertentu, misalnya menyangkut warisan budaya, kepemilikan dan lain-lainnya,” tegas Anak Agung Ngurah Adhi Ardhana.
Lebih lanjut, putra almarhum Prof. dr. IGNG Ngoerah ini (Anak Agung Ngurah Adhi Ardhana, red) menyampaikan, bahwa dalam Haluan Pembangunan Masa Depan Bali juga memasukan aspek kesehatan yang berupa sistem kesehatan tradisional Bali (Usadha). Karena Usadha ini merupakan warisan adiluhung leluhur dan guru-guru suci Bali yang telah lama diabaikan sebagai bagian sistem kesehatan masyarakat Bali. Jadi Usadha Bali yang mencakup ajaran, ilmu pengetahuan, teknologi, dan etika dalam pencegahan dan pengobatan, serta menjaga kesehatan masyarakat Bali Niskala-Sakala saat ini sedang Kami perhatikan agar pemajuan Usadha Bali bisa dilaksanakan dari hulu ke hilir.