
balitribune.co.id | Denpasar - Sampah yang belum dikelola dengan maksimal masih menjadi permasalahan bagi pariwisata di Pulau Dewata. Mengatasi masalah sampah diperlukan campur tangan berbagai pihak bahkan pelaku pariwisata. Hal itu yang mendorong Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) Bali bergerak melakukan kegiatan bersih-bersih pantai dari sampah plastik maupun organik yang jika dibiarkan tentunya merusak nama baik pariwisata Bali dikancah internasional.
Waka Lingkungan Sosial Budaya Asita Bali, Ketut Sedia Yasa mengatakan, asosiasi yang terdiri dari ratusan usaha biro perjalanan wisata ini berkolaborasi dengan berbagai pihak melakukan aksi bersih-bersih di Pantai Sanur, Denpasar, Sabtu (15/2) pagi. "Kami mengajak semua Anggota Asita di Bali, berjumlah ratusan orang berpartisipasi membersihkan pantai. Meskipun Pantai Sanur tampak bersih, namun dari aksi bersih-bersih ini sekitar satu mobil pickup sampah didapat ditumpukan-tumpukan pasir," jelasnya.
Kata dia, aksi bersih-bersih pantai yang melibatkan pelaku pariwisata tersebut merupakan bagian dari kepedulian untuk menjaga lingkungan supaya bebas dari sampah plastik. Selain bersih-bersih pantai, Asita Bali melakukan donor darah dengan target 50 kantong darah yang merupakan bagian dari Rapat Kerja Daerah Asita Bali pada 27 Februari 2025 mendatang.
Berdasarkan data dari DLHK Provinsi Bali pada tahun 2022, jumlah timbulan sampah di Provinsi Bali mencapai 1.046.616,04 ton dengan mayoritas berasal dari aktivitas rumahtangga sebesar 53,04%, diikuti dengan aktivitas pasar sebesar 16,29%, dan lainnya sebesar 11,26% termasuk sampah dari aktivitas perjalanan dan berwisata.
Dilansir dari Satu Data Provinsi Bali, tahun 2023 porsi terbanyak komposisi sampah Bali adalah sampah kayu atau ranting. Tepatnya 49,1% dari keseluruhan sampah Bali, sampah sisa makanan berada di urutan kedua dengan proporsi sebesar 23,47%, sampah plastik di urutan ketiga dengan besaran 11,82%. Sebanyak 15,61% komposisi sampah lainnya diisi sampah kertas karton (3,79%), logam (2,21%), karet/kulit (1,93%), kaca (1,75%), kain (0,97%), dan lainnya (4,96%). Sedang sampah sisa makanan tidak melebihi angka 30%, sampah plastik tidak mencapai angka 20%. Terdata 900 ribu ton sampah di Bali yang berhasil dikelola, 200 ribu ton lain tidak dikelola.
Dari pengamatan Asita Bali dalam sehari 180 truk pergerakan angkutan sampah milik Pemprov Bali di TPA Suwung dan 150 truk angkutan sampah swakelola dari wilayah Kodya Denpasar dan PemKab Badung. Truk angkutan sampah swakelola beroperasi dari pukul 03.00 sampai dengan pukul 14.00 WITA, melibatkan 2 hingga 3 orang pekerja (diluar tenaga pengemudi) per truk. Sementara jam kerja angkutan sampah provinsi berlaku sampai pukul 18.00 WITA.
"Mendukung upaya mengendalikan kehilangan keragaman hayati terkait pengelolaan sampah, DPD Asita Bali melaksanakan program berbagi dengan 300 orang para pekerja angkutan sampah di TPA Suwung. Berbagi dilaksanakan bertepatan dengan Hari Kasih-sayang (Valentine) 14 Februari," imbuhnya.