Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Bangsa Tanpa Rasa Percaya Diri

Bali Tribune

Oleh: Hans Itta

BALI TRIBUNE - BANGKIT dari keterpurukan dan masa lalu yang suram untuk menatap masa depan gemilang merupakan ciri hakiki manusia. Tidak ada manusia yang ingin dirinya kembali terpuruk, terjebak ke dalam dosa-dosa masa lampau tanpa pengampunan. Manusia ingin dirinya kembali bersih, meskipun pada akhirnya harus kotor kembali. Dengan demikian, patutlah dipertanyakan ulah kita yang sering menodai diri sendiri, dan menghalang-halangi proses untuk meraih kemajuan menatap masa depan yang cerah. Mengapa ini terjadi?

Apa persamaan kita dengan bangsa China? Yang pertama, adalah sama-sama merupakan bangsa Asia, dan dikategorikan literatur Barat sebagai bangsa peradaban Timur. Yang ke dua adalah, sama-sama bangsa besar dengan jumlah penduduk nomor atas, bahkan di seluruh dunia. Selanjutnya, mungkin sopan santun, tingkah laku, kepribadian dan seterusnya tidak ada perbedaan yang signifikan. Terutama antara kita dan mereka pernah menjadi bangsa yang terpuruk, jika kita pernah dijajah ratusan tahun oleh penjajah, mereka pernah terjebak pada kristalisasi dan regiditas idiologi sosialis yang sangat membelenggu kebebasannya.

Namun demikian, dari berbagai persamaan itu, apa yang membedakan kita dengan bangsa Cina dalam hal kebangkitan dari keterpurukan? Adalah satu hal yang merangkum berbagai hal yang membedakannya, yakni kepercayaan diri. Sebagai sebuah bangsa berdaulat, kita relatif tidak memiliki rasa percaya diri yang optimal.

Sementara bangsa Cina dengan segenap kekurangannya sebagai sebuah entitas, memandang keterpurukan masa lalu sebagai cermin refleksi paling dalam bahwa ketidakmandirian pikiran adalah penyebab stagnasi penyebab utama. Dengan pikiran yang tidak mandiri dan tidak percaya diri, mereka melihat selamanya mereka akan terjajah oleh dirinya sendiri. Bukan itu saja, mereka juga akan dihadapi rasa malu yang sangat mengecewakan sebagai bangsa, jika mereka terus bergantung pada orang lain. Maka menghadapi era pasar bebas ini mereka tidak ribut berdebat apakah pasar bebas globalisasi ini halal atau haram. Tidakkah mereka konkrit, yakni menghadapi segalanya dengan kemandirian dengan apapun potensi yang dimilikinya.

Bagaimana dengan kita? Apa kabar Indonesia? Seharusnya kita merasa malu dengan semangat bangsa Cina yang luar biasa besar dan bisa melepaskan diri dari masa ketakutan berlebihan menghadapi globalisasi. Bagaimana pun juga, lepas dari pro kontra bahwa globalisme adalah ketentuan zaman atau bahwa kapitalisme global hanya bisa dihadapi dengan kemandirian.

Nah, di era Presiden Jokowi yang mengusung konsep besar Nawacita untuk memajukan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian seharusnya sudah menjadi kewajiban elit politik untuk ikut mencerahkan kembali masyarakat agar paham mengenai pola kerja Presiden kita yang diwujudkan dalam percepatan pembangunan.

Percepatan pembangunan dilakukan secara bertahap saat ini, dan hasilnya dapat kita lihat sekarang. Jadi bukan sebuah konsep di atas kertas yang tidak terlihat implementasinya dan tidak bisa dirasakan fungsi pembangunan tersebut.

Peran dan tugas para elit partai politik menjadi sesuatu yang penting untuk terus dijalankan, amanat dan tanggungjawab pada porsi dan kedudukan masing-masing menjadi hal yang juga penting untuk dijaga dan ditunaikan. Memastikan arus perubahan tetap bergerak dan kita semua ada dalam alurnya wajib kita tekadkan, sehingga budaya politik bisa secara signifikan berubah dalam perjalanan ruang dan waktu yang kita ada di dalamnya.

Namun, kita justru masih berpikir secara terkotak menurut kepentingan dan kebutuhan kelompok sesaat untuk memuaskan ambisi dan hawa nafsu tanpa menggunakan etika dan moral sebagai bangsa yang beradab. Kita sebagai bangsa masih jauh dari upaya untuk memandirikan. Ada segelintir elit politik masih berpikir seperti era zaman batu dengan menerapkan konsep berpikir hukum rimba. Demokrasi tidak berarti harus memaksakan kehendak satu terhadap yang lainnya. Tidak dengan menyebar fitnah dan kebencian kepada pemimpinnya yang sedang berkeringat hingga ke sudut-sudut pedalaman negeri ini untuk menyapa rakyatnya dalam mencapai tujuan pembangunan.

Berbeda dengan Cina. Dengan kepercayaan diri yang luar biasa, mereka bangkit di negeri sendiri dan mulai melakukan ekspansi ke luar. Tak jarang mulai dari barang elektronik, kendaraan bermotor, peralatan rumah tangga dan sebagainya. Singkatnya mulai dari peniti sampai televisi. Memang kualitas barang mereka tentu tidak bisa dibandingkan dengan kualitas produk AS dan Jerman, atau bangsa Eropa lainnya.

Akan tetapi Cina justru memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi, dan dengan itu mereka merasa bisa menghadapi era pasar global ini dengan segenap potensi yang dimilikinya. Mereka optimis bahwa hari depan bisa dengan gemilang berbekal kepercayaan diri yang terwujudkan dalam semangat kerja. Itu sebab, beberapa ramalan mengemukakan bahwa bangkitnya bangsa Asia, justru dimulai dari Cina, Korea Selatan dan Jepang - bukan Indonesia.

wartawan
Redaksi
Category

Kampung Gelgel Ikuti Lomba Kampung Pancasila Tingkat Nasional

balitribune.co.id | Semarapura - Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung, terpilih mewakili Provinsi Bali dalam Penilaian Kampung Pancasila tahun 2025. Kampung Islam pertama di Bali ini ditunjuk dalam penilaian Kampung Pancasilia tingkat nasional dan berhasil lolos dan menjadi yang terbaik dalam lomba video dokumenter Kampung Pancasila. 

Baca Selengkapnya icon click

Walikota Jaya Negara Hadiri Abulan Pitung Dina Karya Padudusan di Pemerajan Agung Sakti, Padangsambian

balitribune.co.id | Denpasar - Suasana penuh sradha bhakti mewarnai rangkaian Abulan Pitung Dina Karya Mamungkah, Ngenteg Linggih, Padudusan Agung Menawa Ratna, Tawur Walik Sumpah Utama, Melaspas, dan Mupuk Pedaging di Pemerajan Agung Sakti, Desa Adat Padangsambian, Senin (17/11). 

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Tabanan Tertawa dan Bali Berdoa Warnai HUT Kota Singasana ke-532

balitribune.co.id | Tabanan - Suasana penuh keceriaan menyelimuti Taman Bung Karno saat kegiatan Tabanan Tertawa dan Bali Berdoa yang digelar bersama komunitas Bali Happy Movement sebagai bagian dari rangkaian perayaan HUT ke-532 Kota Singasana Tabanan pada Sabtu (15/11) dibuka oleh Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, didampingi Wakil Bupati Tabanan I Made Dirga, Sekda.

Baca Selengkapnya icon click

Tekankan Disiplin dan Integritas, Sekda Sedana Merta Sidak Ke PUPR-Kim dan Disdikpora Karangasem

balitribune.co.id | Amlapura - Sekretaris Daerah Kabupaten Karangasem, I Ketut Sedana Merta, melaksanakan inspeksi mendadak (sidak) ke dua perangkat daerah, yakni Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPRKim) serta Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Karangasem, Kamis (13/11).

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Ucapkan Selamat Hari Raya Suci Galungan dan Kuningan, Bupati Gus Par-Wabup Guru Pandu Ajak Warga Perkuat Nilai Dharma

balitribune.co.id | ​Amlapura - ​Pemerintah Kabupaten Karangasem melalui Bupati I Gusti Putu Parwata (Gus Par) dan Wakil Bupati Pandu Prapanca Lagosa (Guru Pandu), mengajak seluruh masyarakat memaknai Hari Raya Galungan dan Kuningan Tahun 2025 sebagai momentum kemenangan Dharma yang wajib diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.