Diposting : 27 June 2018 11:40
Agung Samudra - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Banjir bandang menyapu bendungan (DAM) Tamansari di Lingkungan Sidembunut, Kelurahan Cempaga Bangli, Senin (25/6) lalu. Air berwarna cokelat membawa batangan kayu menyapu bantaran daerah aliran Sungai Melangit.
Ketinggian air hingga delapan meter dari dasar aliran sungai menghancurkan rumah pintu air DAM Tamansari dan material yang dibawa air mengakibatkan terowongan yang dilalui air irigasi bagi subak tersumbat. Akibatnya ratusan hektare lahan persawahan kini tidak mendapat air. Selain itu banjir bandang juga menghancurkan jaringan pipa PDAM.
Informasi yang berhasil dihimpun, Selasa (26/6), banjir bandang terjadi sekitar pukul 23.00 Wita. Suara dari air bah yang datang secara tiba- tiba mengagetkan warga yang tinggal di dekat sungai. “Suaranya sangat keras, tapi kami tidak berani keluar karena tengah malam,“ ujar warga setempat, I Nengah Lamud, Selasa (26/6).
Menurut dia, kejadian ini merupakan kali pertama. Biasanya walau turun hujan lebat berhari-hari, ketinggian air tidak sampai setinggi kemarin. “Ketinggian air melebihi bendungan dan membawa material kayu dan bongkahan batu,” ungkapnya seraya menunjuk rumah pintu air yang berdiri di atas bendungan hancur disapu bah. Air yang membawa batang kayu, sampah dan batu menyumbat terowongan air yang difungsikan krama subak. Tidak itu saja, banjir bandang juga menyapu lahan perkebunan warga di bibir sungai.
Lamud mengatakan, banjir bandang dipicu oleh air di hulu sungai tepatnya di Dusun Cingang, Desa Kayubihi tidak bisa mengalir secara normal karena tertimbun material tebing longsor. Karena tertahan volume air di hulu terus meninggi.
“Di lokasi longsor air menggenang ibarat danau, karena material longsor tidak kuat lagi menahan tekanan air akhirnya amblas. Air yang debitnya besar tersebut lantas mengalir dan menghantam benda yang ada di jalur tersebut,” jelasnya.
Kelian Subak Sidembunut, Ketut Mangku secara terpisah mengatakan pendistribusian air di DAM Sidembunut dibagi dua alur. Untuk terowongan bagian timur airnya dimanfaatkan oleh krama subak Batuaji Jehem. Sedangkan terowongan sebelah barat dimanfaatkan Subak Sidembunut, Kelurahan Cempaga Tanpe Dehe, Kelurahan Bebalang.
“Terowongan air di barat yang kini tertutup material berupa kayu dan batu, sehingga kini air tidak lagi bisa mengaliri lahan persawahan,“ ujarnya seraya menambahkan total luas lahan persawahan yang tidak mendapatkan air hampir 350 hektare.
Ketut Mangku berharap instasi terkait bisa segera mengatasi masalah ini, apalagi saat ini petani sedang membutuhkan air karena ada sebagian areal memasuki musim tanam.
Sementara Kepala PDAM Unit Tambahan, Ida Bagus Prenawa mengatakan banjir bandang mengakibatkan hancurnya jaringan pipa untuk pendistribusian air bagi lima dusun yakni Dusun Tamahanan Bakas, Tengah, Kelod, Pembungan dan Pasekan dengan total 331 pelanggan.
Untuk proses perbaikan masih menunggu cuaca dan juga ketersedian alat. Dari hasil pengecekan sepanjang 650 meter pipa besi yang terpasang sebelumnya hancur.
Di tempat terpisah Kepala Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Bangli, Agus Yudi Sweta Ambara saat dikonfirmasi mengaku telah turun ke lokasi. Menurutnya banjir bandang terjadi akibat akumulasi di hulu yang sebelumnya tertahan oleh material tebing longsor terjadi lima hari yang lalu.
“Ketinggian air mencapai sekitar delapan meter atau melebihi ketinggian DAM. Tidak ada bagian struktur dari banguan DAM yang rusak, hanya rumah pintu air saja hancur,” ungkapnya.
Disinggung upaya normalisasi terowongan yang tersumbat material yang dibawa air, Agus Yudi mengaku telah menurunkan beberapa petugas mandor untuk mengevakuasi material berupa batang katu yang menutup terowongan air.
”Kami juga berharap partisipasi krama subak untuk ikut membantu kami mengevakusi material yang menyumbat terowongan, kalau hanya mengandalkan dari kami dengan jumlah mandor yang sedikit, tentu prosesnya akan lama,” harap Agus Yudi.