BALI TRIBUNE - Dalam sepekan terakhir, kawasan wisata Ubud hampir setiap sore dikepung banjir luapan irigasi dan got. Selain di wilayah Jalan Raya Andong dan Mas, di Desa Sayan kini menjadi titik banjir luapan akibat sumbatan sampah. Ketinggian air mencapai 30 cm. Tak pelak, karena kondisi tersebut membuat sejumlah pengendara motor harus berjalan kaki lantaran mogok.
Pantauan di lapangan, Rabu (22/11), setelah hujan mengguyur mulai siang hari, banjir luapan mulai menggenangi Jalan Raya Andong, Ubud. Para pemilik artshop pun sudah mengantisipasi lebih awal dengan memasukkan barang kerajinan dagangannya lebih awal ke dalam tokonya.
Amir Somad (30), salah seorang pemilik toko kerajinan mengatakan, banjir luapan memang kerap menggenangi sepanjang jalur setempat lantaran air got meluap. Tidak hanya saat hujan lebat, saat guyuran hujan sedangpun luapan air got kerap terjadi. “Air dan kiriman sampah dari arah Tegallalang membuat jalan di sepanjang kawasan Andong meluber ke jalanan,” imbuhnya.
Tidak hanya mempengaruhi aktivitas tokonya, keseharian keluarganya pun ikut terusik. Sebab, jika luapan air mencapai lebih dari 30 cm, dipastikan akan masuk ke dalam toko hingga kamar tidur di belakang. “Untuk menghibur anak-anak, terpaksa saya ajak maian pancing-pancingan di depan toko yang mirip sungai ini,” terangnya.
Pemandangan yang sama juga terlihat di Jalan Raya Sayan, tepatnya di Banjar Kutuh. Luapan air got menggenangi badan jalan serta sejumlah warung yang terasnya lebih rendah dari badan jalan. “Bila banjir seperti ini, saya wajib memindahkan barang dagangan. Karena luapan air hujan masuk ke dalam warung,” ungkap Ni Putu Utami Dewi.
Dewi sangat berharap pihak terkait menindak lanjuti permasalahan yang dialami warga setiap musim hujan. Menurut dia, solusi untuk mengatasi banjir ini, yakni merenovasi sejumlah drainase rusak serta dangkal akibat endapan lumpur dan tumpukan pasir.
“Sejak dua tahun ini pemerintah tidak ada perbaikan drainase. Padahal sudah terjadi pendangkalan dan banyak tumpukan sampah kiriman di jalur provinsi itu,” terangnya.
Selain membuat lalin macet, banjir yang menerjang jalur wisata itu sangat rentan menimbulkan kecelakaan. Sebab, luapan air got juga disertai dengan sejumlah batu kerikil kecil yang sangat rawan membuat pengendara motor tergelincir. Untuk mengantisipasi bencana selanjutnya, sejumlah warga di sekitar lokasi berharap agar pemerintah mengambil langkah antisipasi dengan membuatkan saluran pembuangan air sehingga jika turun hujan lagi, banjir bisa dihindari.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bali, I Nyoman Astawa Riadi tidak menampik kondisi tersebut. Kata dia, kondisi di jalan itu memang rawan banjir, mengingat gorong-gorong selalu dipenuhi material seperti pasir.
Sejatinya di setiap 10 kilometer jalan provinsi pihaknya sudah menugaskan seorang mandor dengan tiga orang buruhnya untuk melakukan perawatan terhadap drainase. Namun diduga saat ini mereka sedang kewalahan mengatasi kondisi seperti ini. Sebab, hampir di sepanjang jalani terjadi permasalahan yang sama.
“Setiap 10 km jalan provinsi sudah kami tugaskan satu orang mandor untuk mengatasi permasalahan. Kami harap masyarakat bersabar,” terangnya singkat.