Banjir Luapan Kepung Kawasan Wisata Ubud | Bali Tribune
Diposting : 23 November 2017 19:39
Redaksi - Bali Tribune
BANJIR
Banjir Luapan di Jalan Raya Andong, Ubud, dijadikan tempat main pancing-pancingan.

BALI TRIBUNE - Dalam sepekan terakhir, kawasan wisata Ubud hampir setiap sore dikepung banjir luapan irigasi dan got. Selain di wilayah Jalan  Raya Andong dan Mas,  di Desa Sayan kini menjadi titik banjir luapan akibat sumbatan sampah. Ketinggian air mencapai 30 cm. Tak pelak, karena kondisi tersebut membuat sejumlah pengendara  motor harus berjalan kaki lantaran mogok.

Pantauan di lapangan, Rabu (22/11),  setelah  hujan mengguyur mulai siang hari, banjir luapan mulai menggenangi  Jalan Raya Andong, Ubud.  Para pemilik artshop pun sudah mengantisipasi lebih awal dengan memasukkan barang kerajinan dagangannya lebih awal ke dalam tokonya.

Amir Somad (30), salah seorang pemilik toko kerajinan  mengatakan, banjir luapan  memang kerap menggenangi  sepanjang jalur setempat lantaran  air got meluap.  Tidak hanya saat hujan lebat,  saat guyuran hujan sedangpun luapan air got kerap terjadi. “Air dan kiriman sampah dari arah  Tegallalang membuat jalan di sepanjang kawasan Andong meluber ke jalanan,” imbuhnya.

Tidak hanya mempengaruhi aktivitas tokonya, keseharian keluarganya pun ikut terusik.   Sebab, jika luapan air  mencapai lebih dari 30 cm, dipastikan akan masuk ke dalam toko hingga  kamar tidur di belakang. “Untuk menghibur anak-anak, terpaksa saya ajak maian pancing-pancingan di depan toko yang  mirip sungai  ini,” terangnya.

 Pemandangan yang sama juga terlihat di  Jalan Raya Sayan, tepatnya di Banjar Kutuh. Luapan air got menggenangi badan jalan serta sejumlah warung yang terasnya lebih rendah dari badan jalan. “Bila banjir  seperti ini, saya  wajib memindahkan barang dagangan.  Karena luapan  air hujan masuk ke dalam warung,” ungkap Ni Putu Utami Dewi.

Dewi sangat berharap pihak terkait menindak lanjuti permasalahan yang dialami warga setiap musim hujan. Menurut dia, solusi untuk mengatasi banjir ini, yakni merenovasi sejumlah drainase rusak serta dangkal akibat endapan lumpur dan tumpukan pasir. 

“Sejak dua tahun ini pemerintah tidak ada perbaikan drainase. Padahal sudah terjadi pendangkalan dan banyak tumpukan sampah kiriman di jalur provinsi itu,” terangnya.

Selain membuat lalin macet, banjir yang menerjang jalur wisata itu sangat rentan menimbulkan kecelakaan. Sebab, luapan air got juga disertai dengan sejumlah batu kerikil kecil yang sangat rawan membuat pengendara motor tergelincir. Untuk mengantisipasi bencana selanjutnya, sejumlah warga di sekitar lokasi berharap agar pemerintah mengambil langkah antisipasi dengan membuatkan saluran pembuangan air sehingga jika turun hujan lagi, banjir bisa dihindari.

Secara terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bali, I Nyoman Astawa Riadi tidak menampik kondisi tersebut. Kata dia, kondisi di jalan itu memang rawan banjir, mengingat gorong-gorong selalu dipenuhi material seperti pasir.

Sejatinya  di setiap 10 kilometer jalan provinsi pihaknya sudah menugaskan seorang mandor dengan tiga orang buruhnya untuk melakukan perawatan terhadap drainase.  Namun diduga saat ini mereka sedang kewalahan mengatasi kondisi seperti ini. Sebab, hampir di sepanjang jalani terjadi permasalahan yang sama.

“Setiap 10 km jalan provinsi sudah kami tugaskan satu orang mandor untuk mengatasi permasalahan. Kami harap masyarakat bersabar,” terangnya singkat.