Banyak yang Gunakan Bahan Jadi dan Stereo Foam, Panitia Lomba Penjor Diprotes Peserta | Bali Tribune
Diposting : 16 August 2019 21:13
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
Bali Tribune/ PENJOR - Peserta Lomba Penjor dari Desa Nusari, Melaya yang mengaku kecewa tampak menurunkan penjornya usai pengumuman juara.
balitribune.co.id | Negara - Kendati diikuti oleh semua desa/kelurahan di Jembrana, namun lomba penjor serangkaian Jembrana Festival HUT ke-124 Kota Negara, Kamis (15/8), diwarnai aksi protes. Selain banyak peserta dari sejumlah desa/kelurahan membawa dan menggunakan hiasan penjor yang sudah jadi, juga panitia dinilai tidak tegas terhadap ketetentuan. Bahkan peserta dari salah satu desa sempat merobohkan penjor yang sudah dipasang di Taman Pecangakan.
 
Berdasarkan pantauan, lomba penjor serangkaian Jembrana Festival HUT ke-124 Kota Negara Kamis kemarin meningkat dibandingkan tahun lalu. Event yang dilaksanakan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Jembrana ini diikuti oleh 51 desa/kelurahan di Jembrana. Lokasi lomba dipusatkan di Taman Pecangakan Depan Kantor Bupati Jembrana. Seluruh peserta sejak pagi sudah antusias mengikuti perlombaan. Masing-masing regu yang beranggotakan lima orang berpacu dengan waktu hanya beberapa jam untuk membuat penjor setinggi 10 meter.
 
Sejumlah regu mulai pakrimik (ngedumel) ketika memulai tahap penilain proses pengerjaan. Sebab tidak sedikit regu yang membawa payasan (hiasan) penjor yang sudah jadi sehingga tidak membuat dari awal dilokasi lomba. Peserta yang membawa payasan penjor yang diduga membeli ini hanya merangkai saja sehingga bisa selesai lebih awal dibandingkan peserta yang membawa bahan mentah. Bahkan beberapa peserta tampak terlambat untuk menyelesaikan penjornya lantaran harus merangkai bahan-bahan dari awal sesuai kreteria penilaian. Protes kembali muncul ketika waktu penilaian dimajukan.
 
Dari awalnya penilaian lomba yang dimuai pukul 08.00 Wita itu berakhir pukul 15.00 Wita, namun dimajukan lebih awal menjadi pukul 14.00 Wita. Bahkan Desa Banyubiru, Kecamatan Negara baru memasang penjornya menjelang pukul 15.00 Wita. Salah satu warga Banyubiru yang mendampingi Sekha Truna setempat yang berlomba mengaku kecewa dengan pelaksanaan lomba kali ini. Selain banyak peserta dibiarkan mengikuti lomba menggunakan payasan yang dibawa sudah jadi, juga panitia dinilai tidak tegas terhadap kreteria perlombaan dan penilaian yang telah melalui rapat teknis.
 
“Tadi banyak peserta yang pakai payasan dapat beli, mereka di sini tinggal merakit saja. Kalau kami memang bahan mentah yang kami bawa dan payasan semua kami buat disini. Panitia juga tidak tegas. Waktunya tahu-tahu berubah dimajukan sehingga di luar perencanaan kami. Kami selesaikan sesuai kreteria,” ujar warga yang enggan disebutkan namanya ini. 
 
Bahkan salah satu peserta, Desa Nusasari sempat protes penilaian juri. Mereka sempat merobohkan penjornya dan mengambil sejumlah payasan yang dipasang. “Masa yang kurang dari 10 meter bisa juara, bisa dilihat penjor kami,” ujar Wayan Siman.
 
Namun pihak dewan juri kukuh dengan penilaiannya. Kordinator Tim Juri Lomba Penjor, Ida Bagus Sulinggih mengaku penilaian telah dilakukan dari awal proses. Pihaknya mengakui memang banyak peserta menggunakan bahan yang sudah jadi. “Kami sesuai kreteria. Sejak awal sudah dinilai, yang bawa bahan jadi sudah tidak dapat nilai proses, Yang pakai stereo foam juga. Sehingga yang dinilai yang membuat dari awal dan waktu juga sudah sesuai kesepakatan,” ujarnya.
 
Lomba Penjor kali ini dimenangkan oleh Kelurahan Dauhwaru sebagai juara I serta Mendoyo Dauh Tukad sebagai Juara II dan Kaliakah juara III. (u)