BALI TRIBUNE - Molornya pengiriman logistik untuk virus rabies ke Buleleng, mengancam gagalnya penanganan rabies di daerah ini. Logsitik yang disipakan Pemprov Bali terlambat datang sehingga program yang telah dicanangkan dalam menangani rabies oleh Dinas Pertanian Buleleng terancam gagal.
“Logistik masih belum siap, semua dana, kan dari provinsi. Kalau kami hanya menyiapkan operasional baik itu dari SDM ataupun dari dana opersional. Jadi, kami masih menunggu logistik, baik vaksin, kalung, dan spanduk,” ujar Kadis Pertanian Buleleng, Swatantra, Kamis (27/4).
Sambil menunggu pengiriman logistik itu, Swatntra mengaku terus melakukan pembentukan kader vaksinatur rabies di sembilan kecamatan di Buleleng, hingga 5 Mei 2017. Kader vaksinatur ini diambil dari setiap desa sebanyak masing-masing dua orang, dan akan melaksanakan tugas melakukan vaksinasi terhadap populasi anjing yang sudah terdata di Dinas Pertanian Buleleng.
“Kami berencana melakukan launching penanganan rabies dari jadwal Jumat (28/4) kini terancam gagal. Untuk sementara Dinas Pertanian Buleleng memilih fokus pembentukan kader vaksinatur rabies di Sembilan kecamatan sampai tanggal 5 Mei mendatang,” imbuhnya.
Menurutnya Swatantra, data yang dimiliki Dinas Pertanian Buleleng, tercatat 91 ribu populasi anjing yang tersebar di Kabupaten Buleleng. Dan anjing tersebut terdiri dari barbagai ras termasuk anjing liar, anjing piaraan ataupun anjing ras.”Populasinya hampir mencapai 100 ribu ekor. Dan ini akan menjadi sasaran Dinas Pertanian untuk diberikan vaksin. Target perencanaan kami ini sampai vaksin habis, tidak ada batas waktu. Dari total 91 ribu itu kami target 70 persen tuntas,” ungkapnya.
Hanya saja, melihat pengalaman sebelumnya, pihaknya akan fokus terlebih dahulu pada wilayah kecamatan yang masuk dalam zona merah rabies. Di antaranya, Kecamatan Banjar, Kecamatan Busungbiu, dan Kecamatan Sawan.” Tiga kecamatan itu merupakan kawasan zona merah.Di zona itu satu rumah bisa ada tiga ekor anjing,” pungkasnya.