Diposting : 5 August 2019 14:04
Redaksi - Bali Tribune
Oleh : Putu Suasta
balitribune.co.id - Dunia kini dikepung oleh modernitas. Hingga saat ini, kemajuan merambah hampir ke seluruh sendi kehidupan umat manusia. Kepungan modernitas, dalam beberapa hal, bukan tanpa risiko. Banyak hal yang tergantikan, dan banyak hal yang ‘mati’. Di antaranya yang paling vital ialah aspek bahasa. Kemajuan menenggelamkan bahasa-bahasa daerah di dunia. Banyak bahasa daerah yang telah mati dan sekarat karena pelan-pelan mulai ditinggalkan pendukungnya.
Bukan tak mungkin pula bahasa Bali, satu dari bahasa daerah yang ada di dunia, bisa mengalami nasib serupa. Kelalain orangtua, dunia pendidikan dan kurangnya perhatian pemerintah bisa mempercepat kematian bahasa Bali. Gejala ini sempat terjadi di sekitar dasawarsa 80-an dan 90-an. Keluarga-keluarga Bali banyak yang berlaih ke bahasa Indonesia dalam komunikasi mereka sehari-hari. Bahkan gejala itu pun sebetulnya masih terjadi saat ini.
Namun lambat-laun kecenderungan berubah. Hal ini sedikit banyaknya terpengaruh oleh perubahan situasi politik. Eforia keterbukaan sejak 1998 membuat orang-orang memiliki banyak pilihan dan kebebasan dalam menentukan sikap, pendirian dan pilihan-pilihan budaya kreatif. Sejumlah orang dan institusi mulai memikirkan nasib bahasa Bali. Pergerakan mereka pada awalnya didorong oleh kecemasan global tentang betapa banyaknya bahasa-bahasa daerah di dunia yang punah.
Pada akhirnya, suatu momentum politis menentukan pergerakan revitalisasi bahasa Bali ketika naiknya I Wayan Koster sebagai Gubernur Bali sejak 5 September 2018. Iamenyadari betapa pentingnya bahasa Bali sebagai entitas orang Bali dan kedalaman filosofi yang terkandung di dalamnya. Maka, untuk merevitalisasi dan melestarikan bahasa Bali, Gubernur Koster menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) No. 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.
Peresmian Pergub No. 80 tahun 2018 itu diresmikan pada 5 Oktober 2018 dalam wujud serentak menggunakan aksara Bali. Sesuai Pergub, papan nama kantor dan fasilitas publik di Bali menggunakan aksara Bali di atas huruf latin. Beberapa lokasi kantor dan fasilitas publik di tingkat provinsi hingga tingkat desa sudah ditentukan sebagai tempat peresmian. Untuk tingkat provinsi dipusatkan di Bandara I Gusti Ngurah Rai dan Kantor Gubernur Bali.
Implementasi Pergub penggunaan bahasa dan aksara Bali, meski baru diwajibkan sebatas pada instansi pemerintah, namun sambutan dari sebagian masyarakat Bali begitu antusias. Hal ini dapat dilihat dari media-media sosial seperti facebook dan generasi muda di banjar-banjar dan sekolah menengah di Bali. Dari media sosial, misalnya, segala kegiatan dan kreativitas penciptaan yang menggunakan bahasa Bali, mereka kabarkan lewat postingan media sosial. Dan nampak pula mulai beberapa cerita berbahasa dan tulisan aksara Bali ddiposting ke media sosial.
Kebijakan pemprov Bali dengan menerbitkan Perpu penggunaan bahasa dan akasara Bali itu sangat berpengaruh besar terutama dalam wilayah kerja kreatif. Terlebih Pemprov Bali menyertakan bahasa Bali dalam berbagai kegiatan budaya dalam wilayah kewenangan pemerintahannya. Pada Pesta Kesenian Bali 2019 ini, misalnya, aktivitas bahasa Bali, seperti lomba penulisan kreatif, menulis dan membaca lontar, menjadi ajang penting dalam misi merevitalisasi bahasa Bali. Di luar kepemerintahan, pemda di Bali juga sering menyokong segala kegiatan yang dilakukan per orangan maupun lembaga-lembaga budaya berkaitan dengan bahasa Bali.
Ada satu institusi di luar pemerintahan yang begitu peduli dengan keberadan bahasaBali. Yang dimaksud adalah BASAbali dengan situs resminya basabali.org. Institusi ini bergerak bukan karena keputusan Pemprov Bali dengan Pergub No. 80 tahun 2018 itu, melainkan jauh sebelumnya lembaga ini telah bergerak di tengah masyarakat Bali yang tak begitu peduli dengan bahasanya. Terpanggil oleh niat yang serius agar bahasa Bali tetap terjaga, lembaga ini bergerak diam-diam dalam keterbatasannya.
Mereka terus menghimpun bahasa Bali dalam situs web mereka, menghubungkan banyak orang yang sekiranya paham mengenai bahsa Bali, mencari pendanaan sendiri yang sering kali tak seberapa itu, namun niat yang besar dan serius untuk menjaga bahasa Bali tak menghentikan kiprah mereka, berjuang menjaga sebisa mungkin keberadaan bahasa Bali. Usaha mereka akhirnya lambat-laun mendapat perhatian dari masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan, sampai kemudian mendapatkan penghargaan internasional dari Linguapax, sebuah lembaga bentukan UNESCO yang berpusat di Spanyol. Penyerahan itu sendiri diserahkan langsung oleh Presiden Dewan Linguapax pada, Sabtu, 1 Desember 2018 di ARMA, Ubud, Gianyar.
Misi BASAbali ini sangat sederhana, yakni menjaga dan melestarikan budaya Bali dengan menjaga bahasa Bali yang relevan di era digital. Mereka yang menggerakan misi ini tidak bekerja sendirian. Mereka berupaya melibatkan masyarakat dalam menggunakan bahasa Bali di media sosial, di sekolah, di rumah, ruang-ruang publik di Bali serta berkontribusi pada pengembangan sumber daya bebas biaya. Dengan demikian, sumber daya ini adalah “kendaraan” untuk membuat orang terlibat dan ini juga berfungsi menyediakan materi bahasa dan budaya Bali.
Para penggiat BASAbali tahu, zaman tak lagi sama dengan yang dulu. Ada perubahan-perubahan yang sangat signifikan telah terjadi saat ini. Karena itu, kekayaan-kekayaan masa lalu, di antaranya yang paling penting, urgen dan sangat bernilai adalah bahasa yang dalam hal ini adalah bahasa Bali. bagi mereka, penggiat BASAbali, terdapat kebutuhan mendesak untuk mengubah cara bahasa daerah dihargai dan digunakan saat ini, sedangkan masih ada basis para penutur bahasa yang kuat. Karena bagi ‘sang penjaga bahasa Bali’ ini, dunia berkembang takterhenti dan selalu harus dicari cara yang berkembang pula untuk membawa kekayaan masa lalu hadir hari ini.
Karena mereka bekerja begitu lama, terdorong oleh panggilan budaya dan konsisten dengan integritas mereka dalam menjaga dan mengembangkan bahasa Bali, tak heran kemudian banyak yang tergerak memberi sokongan moral, intelektual dan pendanaan. Yang menakjubkan ialah bahwa banyak yang menjadi relawan bertahun-tahun untuk misi menjaga, merawat dan melestarikan bahasa Bali ini. Ratusan relawan itu bekerja juga karena panggilan budaya, suatu kesadaran moral dan intelektual tentang misi yang sangat berarti ini.
Kini, dalam keberadaan mereka yang lebih baik, mereka para ‘sang penjaga bahasa Bali’ ini lebih rinci menentukan programnya, lebih terukur dalam skala waktu dan lebih melebar jangkauan target dalam melestarikan dan mengembangkan bahasa Bali. di tahun-tahun mendatang, selain pekerjaan rutin mereka yang lebih banyak orang di wiki, mereka memulai tiga program dalam jangka waktu lima tahun. Tiga program yang dimaksud adalah:
Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Balidi Bali dengan mengembangkan pahlawan super Bali bersama masyarakat dan mengembangkan buku serta materi digital lainnya yang menampilkan pahlawan super saat dia menghadapi dilema sosial dan meminta saran dari masyarakat;
Untuk mengembangkan sejarah orang-orang Bali dalam bahasa Bali yang melibatkan siswa di seluruh Bali untuk merekam cerita secara visual dari tetua dan diri mereka sendiriyang berbicara tentang peristiwa penting seperti seni, obat-obatan dan aspek unik lainnya dari masyarakat mereka. Video-video tersebut akan dipublikasikan dan disimpan di wiki dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan Inggris serta terhubung dalam bagian lain dari wiki;
Untuk mendorong industri pariwisata agar merangkul Bali dengan menggunakan bahasa Bali di perusahaan-perusahaan pariwisata.
Seriusnya BASAbali Wiki menjaga, mengembangkan dan melestarikan bahasa Bali pada akhirnya mau tak mau membutuhkan dana yang tak lagi sedikit. Menurut catatan prospektus wiki pada tahun ini, mereka membutuhkan dana sebesar $150.000 per tahun untuk mempekerjakan tiga staf tetap (direktur eksekutif, asisten dan direktur media sosial; menggaji tim yang berisi para ahali bahasa senior dan junior, penyunting, ahali media sosial dan penerjemah (sekitar 30 konsultan), menggaji akuntan, pemrogram, server dan lain-lain.
Selain pendanaan internal pergerakan institusi mereka, penggiat diwiki juga membutuhkan pendanaan khusus proyek untuk membantu proyek literasi, sejarah dan pariwisata. Untuk maksud itu, pihak wiki juga memiliki rinciannya yang termaktubdalam web mereka. Karena itu, dalam memenuhi pendanaan yang mereka inginkan, wiki berikhtiar mencari 15 partner pendiri yang dapat berkomitmen $10.000 per tahun yang masing-masing dijaminkan lima tahun ke depan untuk mencapai tujuan program mereka dalam menjaga, melestarikan dan mengembangkan bahasa Bali.
Mau tak mau, management dibutuhkan dalam pengembangan hal-hal besar, sebagaimana juga dalam pekerjaan menjaga bahasa Bali agar tetap hidup, terjaga dan dinamis dalam era digital ini. Pihak wiki, dengan prospektus yang dipublikasi ke publik, memperlihatkan kesungguhan kerja mereka secara managerial, terstruktur dan terukur. Lagipula tanggung jawab kepadapublik tetap dilakukan secara terbuka.
Bagaimana pun, kecepatan dan tekanan sosio-ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, intesifnya kepungan nilai-nilai baru, meningkatnya dominasi sejumlah bahasa internaional, membuat keberadaan bahasa-bahasa daerah di dunia, termasuk juga bahasa Bali, menjadi begitu rentan keberadaannya. Tanpa upaya kesadaran kultural yang serius dan masif, maka segera dapat dibayangkan apa yang bisa terjadi. Oleh karena itu, pergerakan pihak wiki untuk memosisikan mereka sebagai penggiat yang serius dalam menjaga, melestarikan dan mengembangkan bahasa Bali sangat patut diapresiasi secara serius pula. Selain kesadaran masyarakat penuturnya yang dalam hal ini adalah orang-orang Bali, pihak wiki bersama masyarakat Bali, adalah sejatinya ‘sang penjaga bahasa Bali’. (u)