BALI TRIBUNE - Sebagai antisipasi dan reaksi terhadap aksi terorisme yang terjadi disejumlah wilayah di tanah air, disikapi dengan deklarasi pernyataan sikap perangi aksi terorisme. Deklarasi penyataan sikap yang berlangsung di Lapangan Kapten Mudita ini dipimpin Bupati Banglinagli I Made Gianyar SH, Kamis (17/5).
Hadir Wakil Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta, SE, Ketua DPRD Bangli Ngakan Made Kutha Parwata, Kapolres Bangli AKBP Agus Tri Waluyo, Dandim 1626 Bangli Letkol. Cpn. Andy Pranoto, Kajari Bangli Ida Ayu Retna Sari Kusuma Dewi, SH.,MH, Sekda Bangli I.B. Gde Giri Putra, MM, serta seluruh komponen masyarakat Bangli. Acara deklarasi diisi dengan doa bersama, untuk para korban kebrutalan teroris di Mako Brimob, Surabaya dan Riau.
Dalam orasinya, Bupati Made Gianyar menyampaikan, bangsa Indonesia dilahirkan oleh sejarah panjang. Bangsa ini pernah dijajah 350 tahun lamanya oleh Belanda dan 3,5 tahun oleh Jepang. Sampai akhirnya, Indonesia berdiri melalui proklamasi kemerdekaan, tanggal 17 Agustus 1945. Menurut Bupati Made Gianyar, setelah merdeka pun, bangsa ini masih mengalami tantangan. Tahun 1965, bangsa kita pernah mengalami cobaan yang luar biasa, melalui gerakan 30 September atau yang lebih dikenal dengan sebutan G-30 S PKI.
Sekarang, di era reformasi, kita kembali mengalami cobaan. Sekarang bangsa Indonesia mengalami tantangan dan ancaman dari terorisme. Untuk mengantisipasi ancaman tersebut, di Kabupaten Bangli, hari ini kita telah sampaikan deklarasi pernyataan sikap perangi aksi terorisme. Dan deklarasi tersebut harus disampaikan kepada keluarga, sahabat dan seluruh lapisan masyarakat, agar selalu waspada terhadap lingkungan sekitar. Apabila ada yang mencurigakan, segera hubungi pihak berwajib. “Kita minta masyarakat selalu peduli dan waspada lingkungan sekitar. Kalau ada yang mencurigakan, segera lapor ke pihak berwajib,” harap Made Gianyar.
Kapolres AKBP Agus Tri Waluyo dalam orasinya kembali mengingatkan, bahwa secara nasional bangsa kita pernah mengalami tragedi bom. Dan yang masih terngiang di ingatan, tentu bom Bali I yang terjadi tahun 2002. Efek dari teror bom ini memberi dampak buruk bagi perekonomian, khususnya pariwisata Bali. Untuk memulihkan kondisi tersebut, memerlukan waktu hingga dua hingga tiga tahun. Ini Berarti efeknya sangat luar biasa.
Oleh karenannya, ia mengajak seluruh masyarakat untuk mendukung program deradikaliasi pemerintah untuk melawan paham radikalisme. Program deradikalisasi ada dua jenis, yakni soft power dan hard power. Apabila sudah berdampak signifikan terhadap keamanan negara, maka aparat pemerintah dibantu TNI dan Polri bisa melakukan tindakan hard power. Sedangkan kegiatan yang dilakukan hari ini merupakan bagian dari deradikalisasi soft power. “Dalam soft power ini, kita sama-sama menyatakan sikap menolak paham radikal dan terorisme,” jelasnya. Ia juga meminta masyarakat, agar tidak mengeneralisasi, bahwa teroris adalah agam tertentu.
Dandim 1626 Bangli Letkol. Cpn. Andy Pranoto dalam orasinya sangat mengutuk seluruh aksi terorisme. Karena hal itu sangat membahayakan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. “Saya mengajak semua pihak, baik tokoh adat, tokoh agama dan seluruh lapisan masyarakat, bahwa aksi terorisme ini harus kita hadapi bersama. Mari tingkatkan soliditas diantara kita, tingkatkan kewaspadaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Jelas dia, untuk memerangi radikalisme, cegah dini dan deteksi dini, adalah kunci yang paling ampuh. Sehingga tidak ada satupun titik di wilayah Kabupaten Bangli yang disusupi oleh paham radikalisme,” jelasnya.