Diposting : 28 May 2020 00:13
Komang Arta Jingga - Bali Tribune
Balitribune.co.id | Gianyar - Hingga enam jam pencarian di Areal Loloan (Muara) sungai Sangsang Pantai Siyut, Gianyar, Putu Anggara Wisar Gawan (20), akhirnya ditemukan Tim Gabungan Satpol Air Polres Gianyar, Balawista Gianyar, Basarnas Provinsi Bali, TNI AL, Rabu (27/5) sore. Namun, nyawa pemuda Banjar Pande Kaja, Tulikup, itu tidak terselamatkan. Korban tenggelam di Loloan, Rabu pagi saat mendi di bibir pantai dan muara bersama tuju temannya hingga dihantam ombak besar dan terseret hingga tenggelam di Loloan.
Tangis histeris keluarga dan teman-temannya menyambut setelah korban ditemukan petugas di areal Lolaon Tukad Sangsang di Pantai Siyut, sekitar pukul 14.30 Wita, Rabu sore. Saat ditemukan tubuh korban sudah tidak bernyawa lantaran lebih dari enam jam tenggelam di dasar loloan. Oleh petugas, tubuh korban ditemukan nyangkut di akar rumpun bambu. Atas permintaan keluarga, korban langsung dibawa ke rumah duka.
Pagi harinya sekitar pukul 07.15 Wita, korban Putu Angga bersama tujuh temannya pergi ke Pantai Siyut sekitar pukul 07.15. Tepat di perbatasan Pantai Siyut dengan Pantai Lebih, di loloan atau hilir Sungai Sangsang mereka bermaksud untuk mandi. Saat berada di pantai tiba-tiba ombak besar menerjang korban dan teman-temannya. Bahkan temannya itu terdapat satu orang perempuan yang berasal dari Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Namun ketujuh temannya berhasil menyelamatkan diri, sementara korban langsung menghilang saat terseret ke arah Loloan.
Kapolsek Kota Gianyar Kompol I Ketut Suastika yang memimpin pencarian mengungkapkan, dalam pencarian korban tenggelam pihaknya melibatkan beberapa unsur instansi terkait. Mulai dari Satpol Air Polres Gianyar, Balawista Gianyar, Basarnas Provinsi Bali, TNI AL hingga masyarakat setempat. Disebutkan, proses pencarian dilakukan dengan cara menyelam di muara Sungai Sangsang. “Semua pihak sudah berupaya maksimal untuk menemukan korban secepatnya dengan pencarian menyelam,” terangnya.
Pande Suartini, salah satu keuarga korban sangat menyesali peristiwa ini. Terlebih korban Putu Angga merupakan anak tunggal yang satu-satunya jadi harapan keluarganya. Sebelum pergi ke pantai, sebut Suartini, korban sudah diingatkan agar tidak pergi ke pantai sementara waktu. Mengingat cuaca yang tidak mendukung dan ombak yang besar. “Putu adalah kepokana saya, saat ke pantai anak saya juga ikut mandi. Sudah diingatkan, kenapa mereka tetap mandi ke pantai,” sesalnya.
Sedangkan Bendesa Adat Tulikup Kelod I Nyoman Sukara menjelaskan, loloan yang memilikikedalam yang cukup inggi ini memang kerap memakan korban. Bahkan musibah orang tenggelam di kawasan tersebut sudah ada sebanyak 10 kali. “Sedikitnya sedah ada 10 orang yang tenggelam di areal Loloan ini,” imbuhnya.