Diposting : 4 December 2018 22:27
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Sejak dilanda cuaca ektrem pergantian musim (pancaroba) beberapa bulan lalu hingga berlanjut musim penghujan, petani di Jembrana tanamannya mati diserang hama penyakit. Seperti yang dialami petani kakao di kawasan subak Gelar Sari, Banjar Palungan Batu, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana. Mereka kewalahan mengatasi serangan hama, terpaksa menebang tanaman kakau yang selama ini menjadi andalan hasil kebun mereka.
Serangan penyakit busuk batang menyerang tanaman kakao di kawasan subak Gelar Sari, Banjar Palungan Batu, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana. Akibat serangan hama ini, tanaman kakau yang telah menghasilakan komoditas buah kakau kualitas ekspor kini kondisinya meranggas dan mati. Bahkan saking parahnya serangan hama penyakit ini, membuat petani kewalahan mengatasinya. Tidak sedikit petani yang sudah kewalahan mengatasi serangan penyakit ini memilih menebang pohon kakao yang telah meranggas dikebun mereka. Tanaman kakau yang selama ini menjadi sumber penghasilan para petani kini sudah banyak yang digantikan tanaman lain.
Salah seorang petani kakau di Subak Gelar Sari Banjar Palungan Batu, Ida Bagus Alus dikonfirmasi, Senin (3/12), mengungkapkan sekitar 50 are tanaman kakaonya telah diserang hama penyakit ini. Menurutnya, serangan mati pucuk sebenarnya sudah berlangsung sejak lama. Bahkan sebelum musim penghujan penyakit ini dikauinya sudah menyerang banyak tanaman kakao di subak Gelar Sari. Ciri serangan penyakit ini dikatakannya ditandai dengan layunya setiap pucuk daun tanaman yang telah diserang hama, secara perlahan kemudian menyerang seluruh batang, setelah itu dipastikan pohon atau pokok batang yang mengalami serangan akan busuk dan mati.
Selain itu, yang lebih parah saat hama langsung menyerang di bagian pokok batang tanaman kakau hingga ke cab0angnya. “Kalau yang seperti malah lebih cepat membuat pohon mati, hingga terlihat pohon mati berdiri,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, hampir semua petani di kawasan subak Gelar Sari kini mengalami serangan hama penyakit ini, namun intensitasnya berbeda-beda disetiap kebun. “Ada yang parah, sedang, serta ringan,” ujarnya. Lantaran di kebunnya seluas 50 are yang berisi tanaman kakau, seluruhnya terserang hama. Ia terpaksa menebang pohon kakao yang meranggas danmati, sembari dia beralih. “Saya dan petani lainnya mengganti dengan tanaman cengkeh,” tuturnya.
Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, Komang Ariada mengakui adanya serangan hama busuk batang ini dimusim penghujan seperti saat ini. “Hama ini terjadi secara alami dimusim hujan,” ujarnya.
Namun kondisi ini menurutnya sudah berusaha diatasi melalui sosialisasi dengan cara sanitasi serta pemangkasan pada pahon yang diserang sehingga tidak meluas. Petani juga dikatakannya sudah mendapatkan bekal dari para penyuluh pertanian lapangan, agar pada sistuasi seperti saar ini membiarkan populasi musuh alami hama penyakit ini berupa semut hitam sebagai predator. “Karena ini hama penyakit alami ya harus ditanggulangi dengan musuh alami,” jelasnya.
Terkait adanya petani kako yang kini mengganti tanaman kakao dengan tanaman lain di Subak Gelarsari menurutnya wilayah itu bukan zonasi kakao. “Kita tidak pernah memaksakan untuk menaman kakau, soal petani beralih ke tanaman cengkeh. Memang di sana letaknya di ketingian 1500 meter di atas permukaan laut, dan bukan zonasinya kakao,” paparnya.
Walaupun subak itu termasuk subak yang tergabung dalam kelompok subak Kerta Samaya Samania, namun dengan serangan penyakit tidak berpengaruh terhadap produk kakao fermetasi. “Kakau sudah ditopang dari subak subak lainnya seperti persubakan diwilayah Kecamatan Melaya serta Mendoyo,” tandasnya.