BALI TRIBUNE - Sekaa Teruna (ST) Dharmaning Yowana, Banjar Wangaya Kaja, Denpasar Utara, bersinergi dengan Pemerintah Kota Denpasar menggelar Festival Nyastra (Nyurat Aksara Bali), Sabtu (8/7) di Wantilan Pura Agung Lokanatha Lumintang. Kegiatan untuk menanamkan kecintaan terhadap warisan para leluhur dan meningkatkan semangat mencintai Aksara Bali ini diikuti 150 peserta anak-anak sekolah dasar se-Denpasar.
Kegiatan Nyastra ini dihadiri dan dibuka Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra ditandai dengan penandatanganan sertifikat dan pemukulan kemplung (gong kecil). Tampak hadir dalam kesempatan ini, Ketua Komisi I DPRD Kota Denpasar, Ketut Suteja Kumara, dan Camat Denpasar Utara, Nyoman Lodra.
Ketua ST. Dharmaning Yowana, I Putu Gede Arya Arnawan mengatakan, kegiatan festival nyastra aksara Bali ini diadakan untuk pertama kalinya oleh para muda-mudi ST. Dharmaning Yowana, Br. Wangaya Kaja, yang awalnya terinspirasi dari kegiatan mengisi libur sekolah yang diadakan oleh Pemerintah Kota Denpasar.
“Saya lihat kegiatan mengisi libur sekolah itu banyak sekali kegiatan-kegiatan positif dan bermanfaat yang dilakukan anak-anak terutama mengenai kecintaan terhadap seni dan budaya Bali serta edukasi terhadap lingkungan sekitar, dari sanalah ide mengadakan festival nyastra Bali ini muncul, selain kegiatan ini juga dirangkaikan dengan rentetan dari HUT ST. Dharmaning Yowana yang ke-18,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan, adapun peserta yang mengikuti festival nyastra Bali ini dari seluruh SD se-Kota Denpasar dari anak-anak kelas 4 sampai kelas 6 SD, kurang lebih sebanyak 150 peserta. Diharapkan dengan kegiatan nyastra Bali ini, anak-anak lebih mencintai aksara Bali, serta agar aksara Bali ini tidak hilang dan tergerus oleh zaman ke depannya.
Sementara Walikota Rai Mantra mengatakan, kegiatan festival nyastra Bali merupakan sebagai dasar kecintaan anak-anak dengan warisan budaya. Sehingga Pemkot Denpasar sangat mendukung kegiatan-kegiatan seni budaya seperti ini, sebab melalui festival bahasa Bali dapat memberikan wahana yang tepat sebagai ajang menguji kemampuan menulis dan berbahasa Bali masyarakat dan generasi muda khususnya anak-anak, agar dapat mengekspresikan diri dalam mengasah kemampuannya, serta dapat menambah wawasan di bidang bahasa, aksara dan sastra Bali.
Salah satu orang tua peserta Ketut Made Arjana asal Wangaya, yang anaknya mengikuti festival nyastra Bali mengatakan, sangat senang dengan diadakannya festival nyurat aksara Bali ini. Dikarenakan ini merupakan salah satu ajang pelestarian warisan budaya yang harus dipertahankan, dimana anak-anak harus memang dikenalkan sejak dini mengenai aksara Bali.
“Saya di rumah sudah mengenalkan anak-anak saya dari kecil tentang bahasa dan aksara Bali, agar anak saya mengetahui bahasa Ibu (asli) leluhur, dan sekarang dengan mengikuti festival ini agar menjadi ajang mengasah kemampuannya dalam menulis aksara Bali lewat nyurat aksara,” ungkap Arjana.