Hari Kedua TLF 2019 Digelar Lomba Dayung Singa Ambara Raja | Bali Tribune
Diposting : 5 July 2019 22:44
Khairil Anwar - Bali Tribune
Bali Tribune/ DAYUNG – Peserta lomba dayung pedau Singa Ambra Raja dalam rangka TLF, kemarin.
balitribune.co.id | Buleleng - Hari kedua pelaksanaan Twin Lake Festival (TLF) tahun 2019 di Danau Buyan dan Tamblingan menampilkan dua atraksi menarik,yakni Lomba Dayung Pedau Singa Ambara Raja dan Gangsing.Dua atraksi itu dikemas dengan pilosofi pelesatarian sumber daya alam maupun budaya di seputaran kedua danau tersebut.
 
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan,kelestarian alam di Danau Buyan dan Tamblingan perlu terus dijaga dan pesan tersebut secara berkesinambungan akan disampaikan melalui lomba pedau pada setiap event TLF.
 
Kata Agus,melalui lomba dayung Pedau Singa Ambara Raja,diharapkan mampu menjadi inspirasi  untuk para pemuda agar lebih menghargai lingkungannya.
 
Hanya saja menurut politisi PDI Perjuangan ini,Danau Buyan tidak bisa digunakan untuk olahraga seperti dayung ini secara terus menerus mengingat ketinggian air mengalami pasang surut atau fluktuatif.”Yang bisa dilakukan hanya sebatas restocking ikan dan juga menikmati alamnya,” ujar Agus Suradnyana,Kamis (4/7).
 
Untuk menjaga keindahan alam kawasan Danau Buyan Tamblingan tetap terjaga,Agus Suradnyana mengaku sudah melakukan lobi-lobi cukup intens dengan pemerintah pusat agar dua danau tersebut menjadi Danau Prioritas yang ditata oleh pemerintah pusat.”Selain ditata oleh pemerintah, masyarakat juga wajib untuk menjaga kelestariannya,”imbuhnya.
 
Di hari yang sama,permainan tradisonal Megangsing juga digelar di Danau Tamblingan.Yang menggembirakan,peserta kali ini lebih banyak dari event yang sama tahun lalu. Dalam atraksi yang dilaksanakan di areal Danau Tamblingan, Desa Munduk,Suksada ini, regu dari Desa Pedawa dan Desa Kayuputih masing-masing dari Kecamatan Banjar, menjadi pendatang baru. Awalnya,permainan Gangsing  lahir di desa Munduk. Dalam perkembangannya, beberapa desa di sekitar desa Munduk mulai mengikuti permainan ini, hingga saat ini.
 
Kepala Seksi  Wisata Minat Khusus Dinas Pariwisata Nengah Nadra,mengatakan, Dinas Pariwisata terus berupaya mengembangkan dan mempromosikan permainan Gangsing ini. Upaya itu antara lain melalui parade atraksi Megangsingan yang rutin digelar dua tahun sekali, masing-masing dalam rangkaian kegiatan Twin Lake Festival dan Lovina Festival.”Tujuan dari kegiatan ini (parade Gangsing) adalah untuk melestarikan seni budaya. Karena permainan Gangsing ini merupakan salah satu permainan tradisional asli Buleleng,”terang Nadra.
 
Harapannya,kata Nadra,permainan tersebut akan lebih dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat khusunya masyarakat Buleleng.”Bila perlu semua masyarakat di Bali mengetahui bahwa di Buleleng ada budaya magangsing,”tandasnya.
 
Soal permainan gangsing ini menerapkan teknik 'Pemelek' dan 'Pemukul' dengan masing-masing regu terdiri dari 10 orang,4 orang pemain inti dan sisanya pendamping.