Kera Gunung Agung Eksodus ke Permukiman Warga | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 9 January 2018 19:48
Redaksi - Bali Tribune
MAKAN – Tampak pasebayan sedang memberi makan kera yang eksodus menyerang dan menjarah di permukiman warga.

BALI TRIBUNE - Populasi kera ekor panjang atau Macaca Fasicularis yang hidup di lereng Gunung Agung dipastikan terus berkurang menyusul banyaknya kera yang ditemukan mati akibat keracunan belerang erupsi Gunung Agung, maupun akibat kelaparan sehingga satu sama lain dari kelompok mereka saling serang dan memangsa kelompoknya sendiri. Namun demikian, sampai saat ini belum diketahui secara pasti berapa populasi kera ekor panjang yang hidup di gunung berketinggian 3.142 mpdl tersebut yang tersisa.

Ketua Pasebaya Agung, 28 desa terdampak di lingkar Gunung Agung, I Gede Pawana, kepada koran ini, Senin (8/1) menjelaskan, selain populasinya diperkirakan sangat jauh berkurang, dari awalnya ratusan ekor sekarang yang terlihat hanya belasan ekor. Saat ini sebagian besar kera yang tersisa sudah mulai turun ke rumah penduduk yang berada jauh di bawah lereng Gunung Agung, menjarah tanaman dan makanan yang ada di rumah atau perkampungan penduduk tersebut.

“Dari pengamatan yang kami lakukan bersama relawan saat naik memberi makan kera itu, yang di sebelah Timur Pura Pasar Agung jumlahnya sudah terus berkurang dan di sebelah barat pura yang tersisa sekarang hanya beberapa ekor saja, termasuk yang di atas pura dekat lereng atas hanya satu dua ekor saja yang terlihat,” ungkap I Gede Pawana yang juga Perbekel Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangasem.

Untuk kera yang turun menjarah makanan dan tanaman di rumah penduduk, itu menurutnya ditemukan di Dusun Kesimpar, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem. Pihaknya saat ini masih mencari tahu asal kera yang menjarah di permukiman penduduk tersebut, apakah kera yang turun dari lereng atas Gunung Agung wilayah Besakih, atau kera dari lereng di atas Pura Pasar Agung.

“Nah ini yang kami masih cari tahu, darimana asal kera-kera yang turun menjarah makanan ke perkampungan penduduk di Dusun Kesimpar. Karena kan hidup kera itu berkelompok, artinya jika bertemu dengan kelompok lain maka mereka akan berkelahi, jadi kemungkinan kawanan kera itu yang dari Pura Pasar Agung sangat kecil,” jelasnya.

Melihat fenomena kera turun ke perkampungan untuk menjarah makanan dan tanaman warga itu mencirikan betapa kera-kera tersebut begitu kelaparan.

“Nah untuk yang di Pasar Agung kalau kami hitung setiap memberikan makan, jumlah totalnya hanya 14 ekor. Padahal dulunya sebelum Gunung Agung aktif jumlahnya sampai ratusan,” ucapnya, sembari menegaskan jika sejauh ini selain kera pihaknya belum menemukan langsung adanya jenis hewan lain penghuni hutan lindung Gunung Agung yang mati akibat erupsi. Kendati memang pihaknya ada menerima laporan terkait adanya rusa atau menjangan yang mati dari sejumlah warga.

Untuk menyelamatkan populasi kera ekor panjang ini, pihaknya mengajak para donatur dan masyarakat untuk menyumbangkan berbagai jenis buah atau umbi-umbian untuk dikumpulkan guna selanjutnya dibawa naik ke lereng Gunung Agung untuk pakan kawanan kera tersebut.