balitribune.co.id | Malang - Kiprah Kasat Pol PP Provinsi Bali, Dewa Nyoman Rai Dharmadi, kian berkibar di tingkat nasional. Setelah dikenal tegas dalam menegakkan aturan, termasuk menertibkan 48 akomodasi wisata ilegal di kawasan Pantai Bingin, Badung, kali ini ia mendapat kehormatan menjadi dosen tamu di Universitas Brawijaya (UB) Malang.
Selama dua hari, 22–23 Oktober 2025, Dewa Dharmadi memenuhi undangan resmi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UB. Pada hari pertama, Rabu (22/10), ia tampil memberikan kuliah umum di Laboratorium Hubungan Internasional dengan tema “Peran Strategis Satpol PP dalam Pengawasan dan Penertiban Wisatawan Asing dan Warga Negara Asing di Bali.”
Materi yang dibawakan Dharmadi mendapat sambutan hangat dari mahasiswa. Ia berbagi pengalaman tentang strategi penegakan hukum di sektor pariwisata, termasuk terobosan “Satpol PP Pariwisata” yang kini menjadi model pengawasan berbasis edukasi dan budaya. “Satpol PP tidak hanya soal menindak, tapi juga mengedukasi. Kami ingin menata wisata agar tetap menghormati budaya dan kearifan lokal Bali,” ujarnya di hadapan mahasiswa yang antusias berdiskusi.
Keesokan harinya, Kamis (23/10), agenda dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama antara Satpol PP Bali dan Universitas Brawijaya. Dalam acara yang dihadiri Prof. Ali Maskur, Asisten Profesor Yustica Citra Mahendra, serta sejumlah dosen dan pejabat UB, Dharmadi kembali memaparkan program strategis instansinya.
Kerja sama ini membuka ruang kolaborasi dalam penelitian, pengembangan kebijakan publik, serta pelatihan pengawasan wisatawan asing. UB juga mengapresiasi langkah-langkah inovatif Satpol PP Bali yang dinilai mampu menjaga keseimbangan antara ketertiban, pariwisata, dan pelestarian budaya.
Dalam paparannya, Dharmadi menegaskan bahwa arah pembangunan pariwisata Bali kini bukan lagi mengejar jumlah wisatawan, melainkan meningkatkan kualitas kunjungan. “Jika hanya mengejar kuantitas, dampaknya akan kompleks. Tapi wisatawan berkualitas mampu memberi nilai tambah, menopang budaya, dan menjaga harmoni sosial,” tegasnya.
Ia juga menyinggung inovasi yang tengah dikembangkan, seperti pungutan wisatawan asing yang diarahkan untuk mendukung konservasi budaya dan pelestarian anjing Kintamani sebagai ikon lokal.
Menurutnya, wisata yang sehat harus menjadi ruang edukasi, bukan hanya hiburan. “Kami ingin wisatawan belajar menghormati adat, seni, dan nilai-nilai Bali,” tambahnya.
Program “Satpol PP Pariwisata” yang digagas Dewa Dharmadi kini telah mendapatkan pengakuan nasional, bahkan beberapa penghargaan di tingkat regional. Kolaborasi dengan Universitas Brawijaya menjadi langkah strategis untuk memperkuat landasan akademik sekaligus memperluas jejaring lintas daerah.
“Satpol PP Bali terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk akademisi. Sinergi ini penting untuk menciptakan tata kelola pariwisata yang berbudaya, tertib, dan berkelanjutan,” tutupnya.