Kukuhkan Pengurus PATA Bali Nusra, Wagub Cok Ace Ajak Menata Pariwisata dengan Menjaga Tiga Modal Utama | Bali Tribune
Diposting : 26 September 2022 04:58
YUE - Bali Tribune
Bali Tribune / PENGURUS - Wagub Cok Ace saat mengukuhkan Pengurus Pacific Asia Travel Association (PATA) Bali dan Nusra Chapter Periode 2022-2027

balitribune.co.id | DenpasarWakil Gubernur Bali Prof. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) menegaskan, pengembangan pariwisata yang berpotensi merusak alam, budaya dan manusia Bali sudah saatnya dievaluasi dan dihentikan. Pariwisata yang dikembangkan kedepan harus berpihak pada pelestarian alam, penguatan budaya dan peningkatan kualitas manusia Bali. Hal itu disampaikannya saat membuka rapat tahunan yang dirangkai dengan Pengukuhan Pengurus Pacific Asia Travel Association (PATA) Bali dan Nusra Chapter Periode 2022-2027 di Art Gallery Griya Santrian Sanur, Kamis (22/9).

Sebagai bahan evaluasi, pihaknya mengajak para peserta yang hadir untuk menyegarkan kembali ingatan tentang cikal bakal pengembangan sektor pariwisata melalui sejarah sangat panjang, melewati beberapa fase. Merujuk catatan sejarah, tiga kawasan yang menjadi cikal bakal pariwisata Bali adalah Sanur yang mewakili kawasan pantai, Ubud mewakili pedesaan dan Sidemen mewakili kawasan pegunungan. Mencermati hal itu, Wagub Cok Ace menyebut pengembangan pariwisata sebelum kemerdekaan sebagai fase satu.

Kemudian, pesona Bali makin dikenal saat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika tahun 1960. Dimana Presiden RI Soekarno saat itu mengundang tokoh dunia datang ke Bali dan banyak ditulis oleh media asing. Menangkap fenomena itu, Presiden Soekarno kemudian berhasil menaikkan status Bandara Ngurah Rai sebagai bandara internasional.  

Fase berikutnya adalah periode 1960 hingga 1980, ditandai dengan pembangunan Hotel Bali Beach di Sanur dan kawasan khusus Nusa Dua. “Kenapa dikembangkan Nusa Dua sebagai kawasan khusus, karena saat itu mulai timbul kekhawatiran terjadinya kehancuran alam dan budaya jika pengembangan pariwisata tidak diatur. Dilokalisir di Nusa Dua, dengan harapan tak merusak tatanan budaya Bali. Ini bisa dikatakan fase mencari bentuk,” urainya. 

Selanjutnya pada periode 1980 hingga 2000, Wagub yang juga menjabat sebagai Ketua BPD PHRI Bali mengatakan pariwisata ada di persimpangan. Hal ini disebabkan pesatnya perkembangan sektor pariwisata yang mulai memicu masifnya alih fungsi lahan. “Kita ada dalam persimpangan, mau bertahan dengan pertanian atau pariwisata,” imbuhnya.

Setelah tahun 2000 hingga menjelang hantaman pandemi Covid-19, secara kuantitatif jumlah kunjungan wisatawan ke Bali memang cenderung bertambah. Namun di balik semua itu, sesungguhnya pariwisata Bali menuju redup. “Kita bangga jumlah kunjungan menyentuh angka 6,5 juta. Namun sejatinya jumlah kunjungan wisatawan tak bisa dijadikan satu-satunya ukuran kemajuan Bali. Karena buktinya, pertumbuhan ekonomi Bali yang disupport sektor pariwisata tak dibarengi dengan peningkatan signifikan pada indeks pembangunan manusia,” bebernya. 

Ia mengajak semua komponen membuka mata tentang apa yang sesungguhnya terjadi dalam masyarakat Bali. Menurutnya, kesenjangan pertumbuhan ekonomi adalah persoalan serius, jika dibiarkan lambat laun akan semakin meminggirkan posisi manusia Bali. Sejatinya daerah Bali telah beberapa kali diingatkan tentang rapuhnya sektor pariwisata. Ada kejadian Bom Bali 1 dan 2, dimana kala itu pariwisata pulih dalam waktu relatif cepat. Lalu, pandemi Covid-19 yang disebutnya sebagai proses penyadaran terakhir untuk melakukan introspeksi diri. “Mari kita lakukan evaluasi secara menyeluruh, arah pengembangan pariwisata Bali kedepan. Apakah yang dikembangkan selama ini sudah dalam track yang benar,” tanyanya. 

Dalam penataan pariwisata Bali kedepan, Guru Besar ISI Denpasar ini mengajak seluruh komponen untuk berpedoman pada komitmen menjaga tiga modal utama yaitu alam, budaya dan manusia Bali. “Selamatkan alam, budaya dan manusianya, karena hanya itu kekayaan yang kita punya. Kalau kita sadar kalau pengembangan pariwisata merusak tiga hal itu, sebaiknya segera hentikan,” tegas Cok Ace. 

Ia mencontohkan sejumlah kejadian miris yang sudah tidak bisa ditolerir seperti adanya turis asing yang tawuran di Bali. “Kalau berpotensi merusak Bali, memang harus dipulangkan. Kalau merusak, jangan dibiarkan,” tambahnya. 

Terkait dengan rapat tahunan dan pengukuhan pengurus yang dilaksanakan PATA Bali dan Nusa Tenggara Chapter, ia menyampaikan apresiasi dan berharap organisasi ini mendukung pemerintah dalam mengimplementasikan sejumlah regulasi yang telah dirancang, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata kedepan. Wagub Cok Ace menyampaikan terima kasih kepada pelaku pariwisata yang telah bersabar menghadapi situasi ketidakpastian karena dampak pandemi Covid-19. Sekalipun belum pulih seratus persen, namun menurutnya pariwisata Bali saat ini telah mengalami peningkatan cukup signifikan. "Kita tengah menuju pintu gerbang kemerdekaan pariwisata pascapandemi,” ungkapnya. 

Cok Ace juga menyambut baik pengukuhan pengurus PATA Bali dan Nusa Tenggara Chapter. Ketua PATA Bali dan Nusa Tenggara Chapter, IB Gede Sidharta Putra menyampaikan akan berkomitmen memberi kontribusi nyata bagi langkah pengembangan pariwisata Bali kedepan. Kegiatan pengukuhan pengurus diisi dengan talkshow dengan menghadirkan beberapa narasumber yaitu Ketua BTB/GIPI Bali IB Agung Partha Adnyana, Tokoh Pariwisata IB Ngurah Wijaya dan Direktur PT Bali Coklat IB Nama Rupa. Ida Bagus Sidartha berharap ketiga pembicara dalam memberi sumbang pikiran tentang arah kebijakan pembangunan pariwisata Bali kedepan.