BALI TRIBUNE - Musibah laut kembali terjadi, Senin (31/7), di perairan selatan Bumi Makepung Jembrana. Salah seorang nelayan kembali diketahui hilang saat melaut. Abdul Latif (41) asal Dusun Ketapang Muara, Desa Pengambengan, Negara diduga hilang setelah menjadi korban ombak besar yang disertai dengan angin kencang serta arus deras yang terjadi diperairan Selat Bali sejak beberapa pekan belakangan ini.
Dari informasi yang diperoleh Senin siang disebutkan nelayan tangkap ini hilang saat dalam perjalanan pulang usai menarik jaring. Nelayan lainnya hanya menemukan jukungnya tanpa awak.
Kepala Dusun Ketapang Muara, Jamal Asik dikonfirmasi, Senin kemarin, membenarkan salah satu warganya itu hilang saat melaut. Kejadian itu diketahui pertamakali oleh salah satu nelayan yang juga ipar korban, Nurhakim (35) saat melaut sekitar pukul 09.00 Wita melihat sampan berwarna kuning berputar-putar tanpa ada orangnya dengan mesin tempel dalam keadaan hidup di wilayah perairan laut perbatasan antara Desa Air Kuning dengan Desa Perancak. Mengatahui sampan itu milik kakaknya, setelah berusaha memberhentikan jukung tersebut, lantas ia meminta tolong kepada nelayan lain untuk membantu mencari korban serta menarik jukung tanpa awak itu ke daratan. "Waktu ia berangkat, sempat berpapasan dengan adiknya. Sehingga diduga, ia tercebur ke laut saat dalam perjalanan pulang," tutur Jamal Asik.
Sampan warna kuning milik korban yang ditemukan itu kondisinya masih utuh dan berisi jaring yang sudah dinaikkan dan telah berisi ikan dan hanya bagian cadik sampannya saja yang patah. Sejumlah nelayan setempat mengatakan perairan di sekitar lokasi ditemukannya jukung korban itu dikalangan nelayan memang terkenal sering muncul ombak besar yang datang secara tiba-tiba yang lebih dikenal dengan sebutan yak buntut.
Salah seorang nelayan, Naf’an mengatakan hilangnya korban diduga setelah tubuhnya sempat terpental terhempas gelombang tinggi dari atas jukung yang ia tumpangi. "Biasanya nelayan mengendalikan kemudi dengan cara menjepitnya di ketiak agar kuat. Mungkin saat ombak besar menerjang dan menghantam sampannya, kemudinya patah dan membuat tubuhnya terpental," jelas nelayan yang juga sahabat korban.
Setelah adanya informasi mengenai adanya nelayan yang hilang di tengah laut itu, sekitar pukul 11.00 Wita pencarian mulai dilakukan oleh personel Pos SAR Jembrana bersama personil Sat Pol Air Polres Jermbrana serta sejumlah nelayan lainnya. Hingga kini korban belum ditemukan dan operasi pencarian masih terus dilaksanakan. Kordinator Pos SAR Jembrana, Ida Bagus Surya Wirawan membenarkan pihaknya masih terus melangsungkan operasi pencarian terhadap korban nelayan yang hilang diperairan selatan Jembrana tersebut.
Selain melibatkan personil Basarnas, operasi pencarian terhadap korban juga melibatkan potensi SAR lainnya baik dari kepolisian maupun dari masyarakat nelayan sekitar. Pencarian dilakukan dengan penyisiran tengah laut di sekitar lokasi ditemukan jukung milik korban serta penyisiran di bibir pantai.
Anak pertama korban, Holidin didampingi istri korban, Nur Aisyah ditemui saat menunggu pencarian terhadap ayahnya di Pantai Ketapang Muara mengatakan ayahnya sudah berangkat melaut pada Senin dini hari sekitar pukul 04.00 Wita namun hingga siang hari belum datang dan ia malah mendapat kabar buruk. Saat berangkat orangtuanya itu memang dalam kondisi tubuh kurang fit.
Kini pihak keluarg korban tampak bersedih dan cemas menunggu informasi dari Tim SAR Gabungan yang melaksanakan operasi pencarian. Bahkan Nur Aisyah yang sempat histeris dan jatuh pinsan saat mengetahui suaminya hilang ditengah laut berharap bisa segera ditemukan.