BALI TRIBUNE - Hujan deras yang mengguyur Bangli, menyebakan terjadinya tanah longsor di beberpa titik, Rabu (18/10) lalu. Longsor terparah terjadi di ruas jalan menuju Pura Pucak Demulih, Desa Demulih, Kecamatan Susut.
Tebing setinggi hampir 40 meter itu ambrol, selain menutup akses jalan menuju Pura Pucak Demulih, juga menghancurkan pelinggih milik warga I Nengah Jawa (60). Tertutupnya akses jalan menuju Pura Pucak Demulih mengakibatkan 30 KK terisolir.
Kepala Desa Demulih Nyoman Wijana saat dikonfirmasi, Kamis (19/10) mengungkapkan terkait musibah tanah longsor yang terjadi, pihaknya sudah langsung melapor ke Dinas PU, kecamatan dan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangli.
“Kita sudah melaporkan musibah longsor yang terjadi, kemungkinan material longsor yang menutup akses jalan akan dievakuasi besok (Jumat,red),“ ujarnya.
Sejatinya, kata dia, pihak Dinas PU sempat menurunkan alat berat berupa louder. Namun karena jalan licin, alat berat tidak bisa berfungsi. “Alat berat yang diturunkan berupa louder dengan suspense roda karet sehingga tidak bisa normal bekerja karena jalan licin, makanya besok (hari ini) rencananya diturunkan alat berat jenis lain,“ ujar Nyoman Wijana.
Disinggung dampak longsor, kata Nyoman Wijana, panjang longsor hampir 25 meter dengan dengan lebar hampir 8 meter serta ketebalan tanah hampir 1 meter, menutup akses jalan. Karena akses jalan tidak bisa dilewati baik itu kendaraan roda empat maupun roda dua, praktis bisa dibilang warga yang tinggal di utara dari titik longsor terancam terisolir.
“Sebanyak 30 KK atau sekitar 80 jiwa tinggal di sebelah utara titik longsor, praktis mereka terancam terisolir,“ ungkapnya dan menambahkan, untuk bisa menuju pusat desa, warga yang tinggal di sebelah utara titik longsor harus melintas di atas gundukan material longsor.