Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Membajak Demokrasi

Bali Tribune / IGMPujastana - Pemimpin Redaksi Bali Tribune

balitribune.co.id | “…. Kita tahu Para Demagog (provokator) ekstremis bermunculan dari waktu ke waktu  di semua masayarakat, bahkan di (masyarakat) dengan demokrasi sehat…” tulis  peneliti demokrasi terkenal Steven Levitsky dan Daniel Ziblat dalam bukunya “How Democarcy Die” yang diterjemahkan menjadi “Bagaimana Demokrasi Mati” dan diterbitkan Gramedia Pustaka Utama tahun lalu (2019).

Dunia saat ini  tengah mengalami paceklik  demokrasi. Para politisi cenderung memilik identitas povokator dalam usahanya menempuh jalan pintas mengunpulkan massa. Calon pemimpin politik yang berawal dari karakter provokator bermunculan dan mengancam demokrasi dunia  persis seperti masyarakat provokator masa lalu  yang kemudian melahirkan para diktaktor yang ingin dilupakan sejarah.

Sebagaimana juga di tulis Steven Levitsky dan Daniel Ziblat, para demagog ada di semua negara demokrasi dan kadang salah seorang di antaranya dapat meraih perhatian publik. Masalah demokrasi saat ini bukanlah cara mencegah munculnya sosok seperti itu melainkan menemukan  cara mencegah mereka menduduki tempat sentral dalam partai politik mapan sehingga  dapat menjadi filter bagi mewabahnya provokator di lingkaran elit politik.

Partai politik merupakan filter utama dalam menghadang  kebangkitan demagog ekstremis dan menjaga mereka agar  tetap berada di tepi panggung elit politik. Partai politik, dalam hal ini, harus tampil paling depan dan sama-sama mengisolasi mereka (calon demagog itu) dari pusat elit pemerintahan. Memang tanggapan massa rakyat juga hal yang penting dalam analisa mengenai  kebangkitan provokator tetapi yang jauh lebih penting adalah persoalan, apakah elit  dan partai politik dapat tampil menjadi filter yang ampuh bagi kemunculan mereka di lingkaran kekuasaan?

Sejarah menunjukan partai politik milik ditaktor, macam Hitler dan Mussolini, hanya memiliki anggota pendukung tak lebih dari 2 persen  populasi.  Partai politik milik kedua ditaktor hebat itu  tidak pernah menjadi partai mayoritas dalam pemilihan umum yang bebas dan adil. ‘’Justru mayoritas pemilih  mentang keduanya - sebelum keduanya meraih kekuasaan karena dukungan orang dalam (partai) politik yang buta akan bahaya ambisi mereka.”   Keduanya akhirnya sukses membajak demokrasi dan merubahnya menjadi masyarakat fasis yang mengerikan. 

Beberapa negara macam Belgia, Britania, Kosta Rika dan Finlandia juga menghadapi ancaman  dari para demagog tapi berhasil  mencegah mereka meraih kekuasaan dan mengisolasi  mereka di pinggir arena. “Barangkali karena orang Kosta Rika dan Belgia lebih demokratis dibandingkan orang Italia  dan Jerman,” tulis Steven Levitsky dan Daniel Ziblat.

Indonesia sudah memasuki sekitar dua dasawarsa  menapaki demokrasi sejak Reformasi 1998. Tapi apakah sesungguhnya demokrasi negeri ini sudah aman, jauh dari bahaya pembajakan demokrasi yang melahirkan  otoritarianisme? Demokrasi mati saat sekarang dengan cara yang berbeda dari tahun 1930-an atau 1960 - 1990-an. Sistem politik tidak  secara vulgar ditodong senapan tentara.

Sebagaimana terungkap dalam buku How Democracy Die, “Kediktaktoran yang mencolok - dalam bentuk fasisme, komunisme atau kekuasaan militer - sudah hilang di sebagaian negara. Kudeta militer dan perebutan kekuasaan sudah  dengan cara kekerasan sudah jarang terjadi. Sebagian besar negara menyelenggarakan pemilu secara teratur. Tapi  demokrasi kini bertumbangan dengan cara yang berbeda. Sejak akhir Perang Dingin, sebagian besar kehancuran  demokrasi  bukan disebabkan oleh para jendral dan serdadu melainkan pemerintahan hasil pemilu.”

Demokrasi tetap saja bertumbangan tetapi dengan cara yang mengecoh. Demokrasi mati dengan cara yang unik, di tangannya sendiri!

Indonesia, sebagaimana halnya negara demokrasi lain, tak bisa  punya agenda mencegah kemunculan para provokator (demagog) sekalipun resikonya  mengancam demokrasi itu sendiri. Rumitnya lagi, para demagog ini sering menggunakan isu suku, agama, ras dan antar golongan   dalama usaha meraih  perhatian publik. Kombinasi antara isu SARA dan Para Demagog tentu saja merupakan ancaman serius bagi Demokrasi. Sekali isu identitas digunakan dalam politik,  bola salju yang muncul dan menggelinding  akan sulit dikendalikan untuk tidak mencabik-cabik ketenangan kita sebagai bangsa heterogen.

wartawan
IGM Pujastana
Category

Crosser Astra Honda Kembali Melesat Bawa CRF Raih ‘Back To Back’ Podium di Kejurnas Motocross

balitribune.co.id | Jakarta – Crosser muda Astra Honda Racing Team (AHRT), Arsenio Algifari, kembali menunjukkan performa konsisten dengan meraih double podium pada seri kelima Kejurnas Motocross Indonesia 2025 kelas MX2. Balapan di Sirkuit MX Akarmas Sumbing Mountain, Wonosobo, Jawa Tengah, 23–24 Agustus 2025, menjadi ajang pembuktian Arsenio yang semakin konsisten melesat kencang bersama CRF250R andalannya

Baca Selengkapnya icon click

Astra Motor Bali Kembali Dukung Bali United Musim 2025–2026, Perkuat Sinergi dengan Klub Kebanggaan Pulau Dewata

balitribune.co.id | Denpasar – Astra Motor Bali selaku main dealer sepeda motor Honda kembali menunjukkan komitmennya dalam memajukan sepak bola Indonesia dengan menjadi sponsor resmi Bali United di Liga 1 musim 2025–2026. Dukungan ini ditandai melalui penyerahan jersey yang berlangsung bertepatan dengan laga uji coba perdana Bali United melawan PSIM Yogyakarta di Stadion Kapten I Wayan Dipta akhir Juli 2025

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Sambut Hari Pelanggan Nasional 2025, Astra Motor Bali Jalin Silaturahmi dengan BPSK Bali

balitribune.co.id | Denpasar – Memanfaatkan momentum Hari Pelanggan Nasional yang jatuh pada 4 September 2025, Astra Motor Bali menggelar kegiatan silaturahmi ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Bali pada 28 Agustus 2025. Kunjungan ini menjadi wujud apresiasi Astra Motor Bali terhadap masyarakat, khususnya pengguna setia sepeda motor Honda.

Baca Selengkapnya icon click

MLT Beri Peluang Peserta BPJS Ketenagakerjaan Punya Rumah

balitribune.co.id | Gianyar - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan hadir lewat program Manfaat Layanan Tambahan (MLT) memberikan kemudahan pembiayaan rumah bagi pekerja dengan bunga kompetitif, syarat ringan, dan tenor panjang hingga 30 tahun. Hal ini sebagai bukti kehadiran negara dalam membantu pekerja mewujudkan impian memiliki rumah. Program tersebut menyediakan skema pembiayaan rumah yang lebih terjangkau dan mudah diakses.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Bupati Adi Arnawa dan Wabup Bagus Alit Sucipta Hadiri Pelebon Ida Pedanda Gede Sadhawa Jelantik Putra

balitribune.co.id | Mangupura - Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa bersama Wakil Bupati Bagus Alit Sucipta menghadiri Upacara Pelebon Ida Pedanda Gede Sadhawa Jelantik Putra, di Griya Sedawa, Desa Adat Tegal Tugu, Kecamatan/Kabupaten Gianyar, Kamis (28/8). Kehadiran Bupati dan Wabup Badung sebagai bentuk penghormatan dan rasa turut berduka cita yang mendalam atas wafatnya almarhum.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.