Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Mencari Pemimpin

Bali Tribune

BALI TRIBUNE - Meski sudah 20-an tahun di alam reformasi untuk menguatkan prinsip demokrasi dalam kehidupan bernegara, namun sebagian warga bangsa belum mendalami hakikat demokrasi Pancasila. Pilpres dan Pileg yang harusnya kita songsong dengan meriah sebagai bagian dari pesta demokrasi, malah diwarnai dengan fitnah dan caci maki. Hiruk pikuk itu tidak hanya muncul dalam media sosial,  tetapi juga mengemuka di ruang publik;  di pasar, tempat kerja, terminal bahkan hingga ke dalam rumah ibadah. Padahal, tujuan pokoknya satu: mencari pemimpin ideal untuk kemaslahatan bangsa. Pemimpin seperti apa yang kita cari? Jawabannya; kita mencari pemimpin peradaban. Sudah 73 tahun lebih negeri ini merdeka. Dengan kedaulatan yang kita miliki, banyak predikat dunia yang melekat pada Indonesia; Negara demokrasi nomor tiga, jumlah penduduk terbesar nomor empat, gas alam dan emas terbesar dan berkualitas dunia, negeri terkaya sumber daya alam,  serta predikat-predikat utama lainnya. Kini saatnya, Indonesia harus tampil memimpin peradaban dunia. Jika itu yang kita cari, maka hiruk pikuk menyongsong Pilpres yang tahapan pertama sudah kita lalui ini, tidak semata-mata menguras energi bangsa untuk merebut kekuasaan politik. Harusnya, yang mulai kita pikirkan adalah  yang selain memenuhi kriteria dasar seperti kemampuan intelektual, kematangan spiritual dan emosional, serta penguasaan masalah bangsa, dia juga menjadi teladan membangun peradaban dengan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Ada alasan kuat bagi Indonesia untuk bangkit memimpin peradaban. Sebab, di tengah benturan ideologi komunis vs. kapitalis, sosialis vs. individualis, ideologi Pancasila kita berada di tengah. Dalam ideologi Pancasila, negara tidak merampas hak-hak privat, juga tidak memberikan kebebasan individual yang terlampau liar. Dengan keunggulan yang menjadi warisan leluhur bangsa itu, maka lahir juga manusia-manusia unggul, yang yang bersama manusua unggul di belahan dunia lainnya, ikut mencerahkan dunia dengan pemikiran-pemikiran mereka. Sejarah mencatat; di luar para nabi dan orang-orang suci, sebenarnya ada sejumlah nama besar yang pernah memimpin peradaban dunia. Beberapa di antaranya adalah Umar ibn Abdul Azis di tanah Arab, Mahatma Gandhi di India, Mao Zedong di China, Soekarno di Indonesia. Para pemimpin peradaban ini tidak menghabiskan waktu untuk memikirkan kekuasaan dipundak siapa, tetapi kekuasaan untuk apa. Mereka tidak hanya memimpin, tetapi menjadi inspirasi bagi rakyatnya. Di era kepemimpinan Umar ibn Abdul Azis misalnya, banyak catatan sejarah menunjukan Abdul Azis demikian dicintai dan mencintai rakyatnya. Dia senantiasa menghindar dari penghormatan yang berlebihan. Kehidupan keluarganya yang sangat sederhana dan jauh dari kesan memupuk harta. Kewibawaannya membuat lembaga-lembaga negara yang berada di dalam lingkar kekuasaan tak pernah berniat memperkaya diri dengan korupsi. Disegani oleh rakyatnya karena kesediaannya menjadi tameng untuk melindungi rakyat dari semua masalah. Contoh lain adalah Mahatma Gandhi. Gandhi sebagai seorang pemimpin peradaban, ketika itu,  berpadu dengan Nehru sebagai pemimpin negara untuk membawa “India Baru”. Gerakan Ahimsa yang dicetuskannya membuat interaksi negara dan rakyat berlangsung dalam kasih sayang. Bahkan, kepada prajurit yang hendak terjun ke medan perang sekalipun, Gandhi masih berpesan; “Janganlah kau merdekakan negeri ini tidak dengan cinta kasih, karena itulah tujuan kita meneruskan kehidupan dalam negeri berdaulat. Satu lagi contoh pemimpin peradaban muncul di negeri tirai ambu. Dia adalalah Mao Zedong. Lahir di Shaoshan, Hunan, 26 Desember 1893 – meninggal di Beijing, 9 September 1976 pada umur 82 tahun. Dia seorang filsuf dan pendiri negara Republik Rakyat Tiongkok. Ia memerintah sebagai Ketua Partai Komunis China dari berdirinya negara tersebut pada tahun 1949 sampai kematiannya pada tahun 1976. Lahir dari anak seorang petani kaya di Shaoshan, Hunan, Mao mengadopsi seorang nasionalis Cina. Orientasi anti-imperialis pada awal kehidupan, membuat dia disegani di dalam maupun luar negeri.Peran Mao juga harus diberi garis merah tebal untuk mewujudkan wajah China seperti saat ini. Meski langkahnya banyak dikritik, dia sebenarnya mulai mencoba menjadi pemimpin peradaban sekaligus sebagai pemimpin negara. Mirip dengan apa yang sudah dilakukan Soekarno untuk menjadikan Indonesia sebagai sebuah negara bangsa yang berperadaban mulia. Indonesia dengan Soekarno telah mendobrak nafsu imperelisme dunia dan mengumabdangkan kemerdekaan ke seluruh penjuru sebagai hak segala bangsa. Dia tampil memimpin peradaban dunia yang bebas dari hegemoni dan kolonialialisasi negeri kuat terhadap yang lemah. Dengan berkaca pada sejarah itu, kita sebagai anak bangsa, sudah mesti mengembangkan praktik politik yang sehat dalam ajang kontestasi Pilpres 2019 mendatang. Bahwa rivalitas dalam panggung Pilpres sesungguhnya adalah seleksi dimana kita semua sebagai bangsa menjadi saksi sekaligus subyek dalam menentukan mana pemimpin terbaik. Pemilu 2019 bakal menjadi laboratorium politik bagi rakyat. Di ruang tak bertepi itu, rakyat bisa belajar menghayati bagaimana pemimpin negara demokrasi nomor tiga terbesar dunia ini dilahirkan melalui proses politik konstitusional. Peta rivalitas Capres-Cawapres sudah jelas: head to head Jokowi-Ma'ruf vs. Prabowo-Sandi.  Dengan hanya dua pasangan calon (Paslon), maka harusnya pemilih diberi kemudahan untuk menilai, minimal karena mengerucutnya ruang pertimbangan.

wartawan
Mohammad S. Gawi
Category

Jadikan Nusa Penida 'Green Island', Bupati Klungkung Ajak Warga Stop Buang Sampah Sembarangan

balitribune.co.id | Semarapura - Mari bersama-sama peduli kebersihan lingkungan jangan membuang sampah sembarangan agar Nusa Penida selalu bersih dari sampah. Hal tersebut disampaikan Bupati Klungkung, I Made Satria saat membuka kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Waste Management Ecosystem di Mandawa Creative Speace Amerta Penida, Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Kamis (6/11/). 

Baca Selengkapnya icon click

Dekranasda Tabanan Tampilkan Karya Triwastra dalam Bali Fashion Week 2025 Season 1

balitribune.co.id | Tabanan - Selaku Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Tabanan, Ny. Rai Wahyuni Sanjaya diwakili Ny. Budiasih Dirga menghadiri ajang Dekranasda Bali Fashion Week 2025 Season 1, yang digelar di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Selasa (4/11). 

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Matangkan Keterbukaan Informasi, Diskominfosan Bangli Terima Visitasi Komisi Informasi Bali

balitribune.co.id | Bangli – Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian (Diskominfosan) Kabupaten Bangli menunjukkan keseriusan dalam mengelola keterbukaan informasi publik dengan menerima kunjungan penting dari Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) Komisi Informasi (KI) Bali, Kamis (6/11).

Baca Selengkapnya icon click

Serangan Tikus di Tegalalang: Petani Pasrah Gagal Panen 3 Kali Musim, Merugi Tanpa Jaminan Asuransi

balitribune.co.id | Gianyar - Di tengah usaha petani mempertahankan lahan sawahnya dari alih fungsi, justru hama tikus menggerogoti. Di Subak Pujung Kaja, Desa Sebatu, Tegallaalang, Gianyar, bahkan ada petani yang mengalamai gagal panen dalam tiga musim berturut-turut. Hal ini sangat ironis, kerugian material dan inmaterial cukup siginifikan tanpa jaminan asuransi.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Wamen Isyana: GENTING Wujudkan Jamban Sehat untuk Keluarga Berisiko Stunting di Karangasem

balitribune.co.id | Amlapura - Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mempercepat penurunan stunting. Saat meninjau dua keluarga berisiko stunting di Banjar Dinas Kebon, Desa Bukit, Kecamatan Karangasem, Wamen Isyana menyoroti peran masyarakat dan dunia usaha yang bergotong royong melalui Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING).

Baca Selengkapnya icon click

Danamon: #JanganKasihCelah Terhadap Ancaman Penipuan Berbasis AI Deepfake

balitribune.co.id | Jakarta - Kemajuan teknologi tidak hanya membuat hidup semakin mudah, tetapi juga memunculkan tantangan baru. Salah satu ancaman nyata yang kini semakin berkembang adalah penipuan yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) dengan teknik deepfake yang mampu meniru wajah dan suara seseorang secara sangat realistis.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.