
balitribune.co.id | Bangli - Kabut duka menyelimuti keluarga besar PS Tira Persikabo, setelah salah satu official Ihya Nurudin Zain (43) meninggal dunia saat lakukan pendakian di Gunung Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli, Selasa (15/3/) sekitar pukul 07.20 wita. Diduga pria asal Bogor, Jawa Barat ini mengalami gagal jantung. Jenazah Ihya Nuruddin dievakuasi dari pucak Gunung Batur menuju RSU Bangli menggunakan ambulance.
Kasi Humas Polres Bangli Iptu I Wayan Sarta mengatakan kronologis kejadian berawal korban bersama rombongan yang terdiri dari Sahrul Trisna (pemain), Gustur Cahyo (pemain) Didik Wahyu (pemain) Ahmad Mundir (official), Frank Suya Nugroho (official), Muhamad Iksan (tim medis) dan Brahmadi Jiwandana (fotografer), pada Senin (14/3) sekitar pukul 22.00 wita meninggalkan hotel Taman Suci tempat menginap dan berangkat menuju Gunung Batur Kintamani. Akhirnya rombongan sampai di pos pendakian pada Selasa (15/3/) sekitar pukul 01.00 wita.
Dari areal parkir rombongan menuju pos 1 pendakian Gunung Batur. Saat itu salah satu anggota rombongan menganjurkan agar Ihya Nurudin untuk tidak ikut mendaki karena terlihat lelah. Salah satu anggota rombongan adalah seorang dokter yang notabene tim medis PS Tira Persikabo. "Korban sempat disarankan agar tidak memaksa diri lakukan pendakian,” ujar Iptu Wayan Sarta.
Namun korban tetap bersikukuh ikut lakukan pendakian. Hanya saja korban naik menggunakan sepeda motor trail, sedangkan anggota rombongan lain jalan kaki.
Sebut Iptu Wayan Sarta, rombongan pendaki ini melewati tiga pos, dan pada pos ketiga sempat istirahat sebelum sampai di puncak gunung. Seluruh rombongan termasuk Ihya Nuruddin ini akhirnya tiba dipuncak Gunung Batur. "Saat di puncak mereka sempat foto-foto. Kemudian tiba-tiba korban ini kondisi lemas. Dokter yang ada disana mencoba melakukan resusitasi jantung paru (RJP)," jelasnya.
Berbagai cara telah dilakukan namun, Ihya Nuruddin dinyatakan meninggal dunia. Kejadian tersebut akhirnya dilaporkan ke pihak kepolisian. Mendapat laporan petugas dari Polsek Kintamani dan Polres Bangli mendatangi lokasi kejadian. Saat petugas sampai, posisi jenasah masih di puncak gunung. Selanjutnya jenasah dievakuasi menuju RSU Bangli.
Berdasarkan hasil pemeriksaan luar yang dilakukan tim medis, kata Iptu Wayan Sarta tidak ditemukan luka pada tubuh korban. Diduga korban mengalami gagal jantung. “Pada bagian dada kondisi sudah membiru. Selain itu keluar sprema dari kemaluan korban,” ungkap Iptu Wayan Sarta.
Disisi lain, dokter dari Official PS Tira Persikabo yakni Muhammad Iksan menjelaskan pendakian di Gunung Batur merupakan recovery dan untuk refeshing. Yang ikut mendaki ada 3 orang pemain dan 5 orang official. Dalam pendakian ada beberapa pos yang harus dilalui. Perjalanan dimulai pukul 01.00 wita.
Ketika akan lakukan pendakian, Iksan Muhammad melihat jika Ihya Nuruddin kondisi kurang fit. Sehingga direkomendasikan untuk tidak ikut mendaki. "Pak jangan dipaksa, perjalanan kita panjang. Apalagi kondisi dingin, semakin diatas oksigen makin menipis ," ujarnya.
Namun Ihya Nurrudin ngotot ikut mendaki. Karena itu rombongan mencari solusi dengan menyewa trail. Almarhum ini ingin sekali melihat sunrice. Dengan menggunakan trail dari pos satu hingga pos tiga. Diputuskan Ihya Nurrudin naik trail dari pos 1 sementara yang lainya melanjutkan pendakian dengan jalan kaki.
Rombongan berjalan kaki hingga pos kedua, namun saat itu rekan-rekan merasa kasihan jika almarhum menunggu sendiri di pos ketiga. Akhirnya satu orang dari rombongan sewa trail untuk menyusul ke pos ketiga. "Satu rekan sewa trail untuk naik ke pos ketiga. Kami koordinasi dan saat itu almarhum kondisi baik," sebutnya.
Sampai akhirnya seluruh rombongan tiba di pos ketiga dan semua beristirahat karena masih ada waktu sampai muncul sunrice. Dari pos ketiga menuju puncak perjalanan sekitar 15 menit.
Karena merasa khawatir dengan kondisi kesehatan, Iksan Muhammad mengaku menanyakan kondisi almarhum, apakah masih merasa nyeri di dada, namun almarhum menjawab tidak ada rasa nyeri. Karena melihat masih mengantuk, almarhum dibiarkan tidur dan ditemani satu rekan lainya. Enam orang lain naik ke puncak," tuturnya.
Tidak berselang lama Ihya Nuruddin tiba juga dipuncak. Seluruh rombongan sempat mengabadikan momen saat muncul sunrice dengan foto-foto. Karena kondisi lemas, Ihya Nurruddin duduk. Tidak lama posisi tergeletak dengan kondisi sadar.
Iksan Muhammad melakukan observasi dan dilakukan RJP. Kondisi mulai tidak sadarkan diri. "Saya lakukan RJP karena mulai tanda-tanda tidak sadarkan diri. Pada akhirnya menit ke 70 tepat pukul 07.20 almarhum dinyatakan meninggal," terangnya.
Pihaknya langsung berkoordinasi dengan pihak terkait untuk meminta bantuan evakuasi.
Disinggung apakah almarhum memilki riwayat sakit jantung, selama diajak kerjasama selama 3 tahun almarhum tidak pernah mengeluhkan sakit jatung, darah tinggi atau struk. Bahkan saat pandemic Covid -19 hanya almarhum saja tidak terpapar Covid-19 dan justru beberpa orang di lingkungan kita yang terkontaminasi Covid-19.
Sebelum dikafani jenasah akan dimandikan dan disholatkan di ruang jenasah RSU Bangli. Selanjutnya jenasah akan diterbangkan ke Jakarta. ”Untuk lokasi peristirahatan terakhir alamarhum diserahkan kepada pihak keluarga,” tegasnya.