Menengok Kapasitas Dua Pasangan Calon Dalam Pilgub Bali 2024 | Bali Tribune
Diposting : 28 September 2024 10:40
Umar Ibnu Alkhatab - Bali Tribune
Bali Tribune / Umar Ibnu Alkhatab - Analis Kebijakan Publik

balitribune.co.id | Pada hari Senin 23 September 2024, semua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) di Bali melakukan pengambilan nomor urut setiap pasangan calon kepala daerah yang bakal berlaga dalam pilkada serentak pada bulan November 2024 mendatang. Khusus pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Bali, KPUD Bali telah menerbitkan berita acara nomor 32/PL.02.3-BA/51/2024 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Bali 2024. Dalam berita acara itu, Wayan Koster yang berpasangan dengan Nyoman Giri Prasta (Koster-Giri) mendapatkan nomor urut dua. Sementara Made Muliawan Arya dan pasangannya Putu Agus Suradnyana mendapatkan nomor urut satu. Dengan penetapan nomor urut ini, maka para kandidat akan dengan mudah mensosialisasikan dirinya kepada publik yang bakal memilih. Para kandidat hanya dengan mengacungkan jumlah jarinya sebagai simbol personifikasi dirinya, maka publik dengan gampang masuk ke dalam atmosfir yang mereka ciptakan. Tentu saja, nomor urut akan melahirkan tafsiran filosofis yang oleh para kandidat akan diinternalisasikan ke dalam pikiran dan tindakan para pemilihnya.

Sekarang, dengan sudah ditetapkan nomor urut sebagai personifikasi masing-masing kandidat, maka perlu dilihat bagaimana kapasitas masing-masing kandidat yang memegang nomor urut itu. Nomor urut satu, Made Muliawan Arya dan Putu Agus Suradnyana, selanjutnya disebut Mulia-PAS, merupakan duet politisi Partai Gerindra dan politisi ex-PDIP yang memiliki jam terbang yang cukup banyak dalam dunia politik di Bali. Mulia pernah duduk sebagai anggota DPRD Kota Denpasar selama dua periode, 2014-2019 dan 2019-2024. Saat duduk di DPRD Kota Denpasar, Mulia sempat didapuk menjadi Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar. Pada pemilihan umum legislatif 2024, alumni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Malangkucecwara, Malang, itu bertarung ke level provinsi dan terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Bali, 2024-2029. Karir politiknya di Partai Gerindra dimulai dengan bergabungnya ia di organisasi sayap Partai Gerindra, yaitu Tunas Muda Raya (Tidar) Bali sebagai wakil ketua. Selepas itu ia dipercaya menjadi Ketua DPC Partai Gerindra Denpasar periode 2017-2021. Setelah sukses memimpin Partai Gerindra Kota Denpasar, Mulia dipilih menjadi Ketua DPD Partai Gerindra Bali periode 2021-2026. Kiprahnya di tubuh Partai Gerindra di Bali terbilang sukses dengan meningkatnya jumlah perolehan kursi Partai Gerindra di DPRD Kabupaten/kota dan DPRD Provinsi di Bali dan diperkuat dengan keberhasilannya mengantarkan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) menjadi pemenang di Bali. Keberhasilannya itu membuat Ketua DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menjagokan anggota DPRD Bali daerah pemilihan (dapil) Denpasar dengan perolehan suara tertinggi di dapil Denpasar yakni 49.091 suara itu sebagai Calon Gubernur Bali yang akan berlaga pada bulan November 2024 mendatang.

Tandem Mulia adalah mantan Bupati Buleleng dua periode, 2012-2022, Putu Agus Suradnyana (PAS). PAS adalah sarjana teknik jebolan Universitas Udayana Bali yang kemudian mengambil master ekonomi di universitas yang sama. Lelaki kelahiran Singaraja 1963 ini adalah seorang pengusaha yang bergerak dalam banyak sektor melalui Bali Utama Grup, yakni PT Khrisna Bali Utama dan PT Nadia Kencana. Bisnis-bisnis yang dikelolanya berfokus pada sektor pariwisata dan transportasi, serta beberapa sektor penting lainnya. PAS adalah kader PDIP Bali yang pernah menjadi Ketua DPC PDIP Buleleng dan pernah pula duduk sebagai anggota DPRD Bali periode 2009-2014 yang di dalam keanggotaannya itu ia juga dipercaya menjadi ketua komisi tiga. Namun belum sempat menyelesaikan masa tugasnya di DPRD Bali, sosok yang dikenal luas sebagai Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Bali tahun 2002-2005 itu terpilih menjadi Bupati Buleleng pada pilkada tahun 2012. Di dalam kepengurusan DPD PDIP Bali, mantan pegiat OSIS SMA Negeri 1 Denpasar tahun 1979-1981 itu pernah dipercayakan menjadi Bendahara DPD PDIP Bali (2000-2005), Wakil Ketua Bidang UKM DPD PDIP Bali (2005-2010), dan Wakil Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi DPD PDIP Bali (2010-2015). Namun karir politik PAS bersama PDIP berakhir setelah ia diberhentikan dari PDIP karena maju sebagai calon Wakil Gubernur Bali melalui kendaraan Partai Gerindra. Pemberhentian dirinya dari PDIP tertuang dalam Surat Keputusan DPP PDI-Perjuangan Nomor 1079/KPTS/DPP/VIII/2024. Selama menjadi Bupati Buleleng, PAS dikenal sebagai bupati yang memiliki visi yang kuat di sektor pertanian dan mempunyai strategi yang jitu untuk pemberdayaan BUMDes agar lebih kontributif bagi para petani.

Sementara nomor urut dua, Wayan Koster dan Nyoman Giri Prasta adalah dua kader PDIP yang memiliki posisi yang penting di dalam PDIP Bali dan memiliki track record sebagai politisi yang mumpuni dan loyal kepada partai yang membesarkan mereka. Wayan Koster adalah Ketua DPD PDIP Bali dan Nyoman Giri Prasta adalah Ketua DPC PDIP Badung yang masih menjabat hingga saat ini. Wayan Koster sendiri adalah Gubernur Bali periode 2018-2023 yang kembali ditunjuk DPP PDIP untuk maju sebagai calon gubernur Bali dalam pilkada serentak pada bulan November 2024 mendatang. Ia akan didampingi oleh Nyoman Giri Prasta yang notabene adalah Bupati Badung dua periode, 2014-2019 dan 2020-2025, sebagai Wakil Gubernur. Wayan Koster yang lahir di Singaraja 1962 adalah lulusan Institut Teknologi Bandung pada tahun 1987 yang kemudian mengambil gelar doktoralnya di Universitas Negeri Jakarta pada tahun 1999. Setamat ITB, Koster berkarir sebagai peneliti dan pengajar di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (1988-2004). Namun dunia politik rupanya lebih menarik minatnya sehingga alumni SMAN Singaraja tahun 1981 itu terjun dalam pemilihan anggota DPR RI melalui PDIP dan terpilih untuk pertama kalinya pada tahun 2004. Putra Desa Sembiran Buleleng itu kembali terpilih sebagai anggota DPR RI periode berikutnya secara berturut-turut, yakni 2009-2014 dan 2014-2019. Sebelum mengakhiri jabatannya sebagai anggota DPR RI periode ketiga, ia didapuk jadi calon Gubernur Bali 2018-2023 dan terpilih bersama tandemnya Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati. Selama menjadi Gubernur Bali, banyak produk monumental yang dilahirkannya, di antaranya UU Provinsi Bali dan Konsep Pembangunan Bali 100 Tahun Ke Depan. Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang diusungnya saat menjadi Gubernur Bali 2018-2023 telah membentuk sebuah karakter pembangunan Bali yang lebih terpola, terencana, terarah, dan terintegrasi. Visinya yang jauh ke depan telah mendorongnya membuat banyak produk hukum untuk menata secara fundamental dan komprehensif pembangunan Bali. Keberhasilan utamanya adalah mampu membawa Bali keluar dari masalah Covid 19 yang pelik karena ekonomi Bali luluh lantak dan sangat tertekan karena ekonominya minus 9,31%. Namun sekarang ekonomi Bali telah membaik seperti yang dicatat oleh Statistik (BPS) Provinsi Bali bahwa pertumbuhan ekonomi Bali sepanjang 2023 mencapai 5,71 persen. Angka itu menandakan pertumbuhan ekonomi Bali telah pulih seperti pada 2019 lalu sebelum pandemi Covid-19 sebesar 5,60 persen. Perbaikan ekonomi Bali ini tidak terlepas dari kerja keras Koster dan karena itu tidak heran beliau menerima banyak penghargaan atas kerja kerasnya itu, di antaranya Sustainability Leadership Award dari Universitas Trisakti Jakarta tahun 2023 dan People of The Year 2021 untuk kategori Best Governor for Healthcare and Action Against Pandemic dari Metro TV. Dan karena kerja kerasnya itu pula ia dijuluki sebagai Strong Leader oleh Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Menurut Tito, Koster adalah pemimpin yang kuat karena Koster memiliki kemampuan membuat konsep untuk menentukan arah pembangunan Bali.

Sementara itu, Nyoman Giri Prasta adalah Bupati Badung dua periode, 2015-2020 dan 2020-2025, dan dikenal sebagai Bupati yang bares, yakni bupati yang memiliki hati yang baik dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Kebaresannya itu ditunjukkan dengan program-program yang langsung ditujukan kepada masyarakat dengan asas dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Lelaki yang lahir di Pelaga Badung tahun 1972 itu berpandangan bahwa sifat baresnya itu merupakan wujud dari kehadiran negara di tengah masyarakatnya, artinya ia sebagai Bupati yang adalah representasi negara itu harus ada di tengah-tengah masyarakatnya guna menyelesaikan problem yang mereka hadapi. Sifat baresnya telah membuat alumni STISIP Margarana Tabanan itu sangat populer di kalangan masyarakat akar rumput sehingga ia dikenal pula sebagai pemimpin yang populis, yang pro rakyat. Salah satu programnya yang sangat diapresiasi masyarakat akar rumput adalah santunan penunggu pasien dengan maksud meringankan beban masyarakat Badung yang sakit. Tidak heran jika ia banyak diganjar penghargaan dari berbagai pihak dan lembaga kala menjadi Bupati Badung, di antaranya Outstanding Leadership Governance dari CNN Indonesia karena dianggap sukses mewujudkan kedaulatan di bidang sandang, pangan, dan papan, serta bidang pendidikan dan kesehatan, jaminan sosial dan ketenagakerjaan, adat, agama serta pariwisata dan infrastruktur di Kabupaten Badung. Pencapaian dirinya sebagai kader PDIP pun terbilang sangat moncer. Sebelum menjadi Bupati Badung dua periode, mantan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan DPC PDIP Badung itu duduk sebagai anggota DPRD Badung dan bahkan sempat pula menjadi Ketua DPRD Badung dua periode. Lulusan SMAN Abiansemal Badung inipun kini duduk sebagai Ketua DPC PDIP Badung, dan posisi itu ia pegang sejak tahun 2015. Tentu saja, dengan karir politik yang sangat moncer ini, Giri sangat cakap menjadi tandem Koster untuk bersaing memperebutkan kursi Gubernur dan Wakil Gubernur pada pilkada serentak November mendatang.

Akhirnya, beberapa minggu ke depan, kedua pasangan kandidat ini akan dinilai oleh masyarakat Bali, siapakah yang layak menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Bali untuk periode 2025-2030 mendatang. Paling tidak, kedua kandidat ini memiliki kans yang sama dengan melihat catatan politik yang mereka miliki. Publik yang memiliki hak suara lah yang akan memberikan tiket kepada yang lebih berhak melalui pertimbangan yang tentu saja rasional. Wallahu a'lamu bish-shawab.


Tabanan, 28 September 2024.