Diposting : 13 August 2018 20:47
redaksi - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Meski semua penumpang, truk naas dinnyatakan selamat, sopir kruk I Made Sara (60), hingga Minggu (12/8) merasa dihantui rasa bersalah dan truma. Warga Banjar Peteluan, Temesi, Gianyar ini mengakui, pengalaman diri bukan sebuah ukuran dalam mengemudi. Namun, kemampuan mesin truk yang sulit diprediksi juga harus dipertimbangkan untuk menghindari musibah.
Dari penuturannya, Sara selama ini sering mengemudikan truk dengan muatan beras raskin ke pelbagai pelosok di Bali. Bahkan dalam beberapa pengiriman, dirinya harus melintasi jalan tanjakan ekstrem dan membahayakan. Karena sudah sering dihadapinya, jalan tanjakan paling berbahayapun dia lintasi dengan selamat. Namun, nyatanya usai kundangan adat di Desa Pakraman Manuaba, Kenderan Tegalalang, dirinya nyaris mengorbankan muatan orang berjumlah 45 orang yang semuanya adalah kerabatnya. “Pikiran saya saya ngambang, saya tidak bisa fokus. Tidur dna makan opun saya tidak bisa,” terangnya.
Disebutnya, lintasan dari Desa Kenderan menuju Banjar Gentong, Tegalalang, sepintas memang terlihat tidak membahayakan. Karena itu, sebelum mencapaai tanjakan, dirinya tidak was-was. Seperti biasa, sebelum menanjak, dari dataran bawah, diriny sudah tanjak gas. Namun, setelah dipertengahan tanjakan yang disertai tikungan tajam, dirinya baru menyadari jika lintasannya itu cukup berbahaya. Tanpa dinyana, mesin truk yang dikemudikannya tiba-tiba mati dan Sara pun harus membuat keputusan. “Saat mesin mati, saya yakin akan menjadi musibah. Nyawa kerabat saya ada ditangan saya. Saya pun berusaha sekuat tenaga banting kemudi biar arah mundur truk ke kanan yang saya lihat bada temboknya,” terangnya sembari memegang kepala.
Hingga muibah puntk terelakkan. Truk bermuatan 45 orang itu akhirnya terperosok mundur hingga menimpa bangunan gudang di pinggir jurang. Atas musibah ini, tiga orang kritis sempat mendapat perawatan intensif, dan lainnya menderita luka lecet. Semua korban itu adalah kerabatnya satu banjar. Selain RSU Sanjiwani Gianyar, sebagian korban juga ada yang dirawat di Rumah Sakit Ari Santhi, Mas, Ubud. Syukurnya, hingga Minggu kemarin, semua korban sudah diperbolehkan pulang.
Tidak hanya Made Sara, atas musibah ini seluruh korban juga mengalami shock, karena mereka bertumpukan diatas truk, saat terseret mundur dari tanjakan hingga sepuluh meter. Namun demikian, mereka juga berharap agar aparat kepolisian tidak memproses hukum sopir truk, yang juga dari desa setempat. Terlebih, keluarga si pengemudi juga ikut menjadi korban “Kalau sopir truk salah arah membanting kemudinya, mungkin kami semua sudah terperosok ke jurang,” jelas salah satu korban, Ni Wayan Ariadi.