BALI TRIBUNE - Abu vulkanik Gunung Agung berdampak pada aktivitas penerbangan yang mengakibatkan operasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dinyatakan tutup sementara sejak Senin (27/11) pukul 07.15 Wita hingga Selasa (28/11) pukul 07.00 Wita sesuai Notice to Airmen (Notam) nomor A4242/17.
GM PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Yanus Suprayogi mengungkapkan jika keputusan penutupan tersebut dikarenakan adanya indikasi abu vulkanik di area bandara dan faktor-faktor lainnya dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Menurutnya, lamanya waktu penutupan bandara dipicu data dari BMKG yang menunjukkan bahwa pergeseran awan sampai Senin sore mengarah ke bandara. "Kita pertimbangkan lagi dari pengalaman yang sudah terjadi kita memberikan kepastian kepada pengguna jasa jangan sampai menunggu tanpa kepastian. Begitu BMKG mengatakan pergerakan sampai sore itu mengarah ke bandara, kita tutup saja sampai Selasa (28/11) jam 7 pagi," beber Yanus.
Ditutupnya operasional Bandara I Gusti Ngurah Rai mengakibatkan sebanyak 445 pergerakan pesawat yang cancel di antaranya 196 rute internasional dan 249 domestik dengan perkiraan 59 ribu penumpang. Jumlah penumpang tersebut berdasarkan asumsi rata-rata penumpang per hari. "Memang berdampak pada penumpang namun demikian dari bandara kita menangani dengan baik bahwa semua memahami bahwa ini diakibatkan bencana alam," katanya.
Kepala Otoritas Bandara (Otban) Wilayah IV Bali dan Nusa Tenggara, Herson menyatakan penutupan operasional bandara sudah berdasarkan data-data Darwin Volcanic Ash Advisory Centre, hasil laporan-laporan pilot dan paper test dari BMKG, AirNav Angkasa Pura dan Otban. "Jadi dari data-data itu kami dari jam 5 pagi sampai jam 7 pagi (Senin, 27 November 2017) mengambil satu kesimpulan bahwa bandara ini sudah selayaknya ditutup," jelas Herson.
Selama penutupan bandara, lanjut dia, setiap 6 jam sekali akan dilakukan evaluasi apakah abu vulkanik masih beredar di antara sekitar Bandara Ngurah Rai. "Kalau misalnya sudah tidak ada abunya kita evaluasi kembali kita adakan rapat segera untuk pencabutan Notam penutupan itu," imbuhnya.
Manajemen Bandara I Gusti Ngurah Rai menyediakan beberapa fasilitas di antaranya, 300 bus gratis untuk alih moda transportasi para calon penumpang dengan tujuan Terminal Mengwi dan Pelabuhan Padangbai, pusat informasi layanan refund dan reschedule tiket, counter khusus konsulat untuk melayani kebutuhan warga negaranya masing-masing, memberikan hiburan berupa musik dan tarian tradisional Bali serta layanan tambahan berupa minuman dan makanan ringan.
Selain itu juga menyiagakan bus bagi penumpang yang akan menuju ke Bandara Juanda Surabaya dengan biaya Rp 300 ribu/orang. Pihak Bandara I Gusti Ngurah Rai juga menyediakan bus di area kedatangan internasional untuk membawa penumpang kembali ke hotel.
Terkait proses pelayanan imigrasi, penumpang internasional yang sudah melewati proses imigrasi keluar, akan diberikan exit pass yang berlaku selama 1 minggu. Untuk selanjutnya, pengurusan perpanjangan selama 1 bulan dilakukan di Kantor Imigrasi. Bagi penumpang internasional yang belum melewati proses imigrasi, dapat mengurus perpanjangan selama 1 bulan di Kantor Imigrasi.
Seluruh aktivitas penanganan penumpang, baik domestik maupun internasional, telah direlokasi ke area publik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kepadatan di lantai 2 airlines counter dalam melayani penumpang internasional untuk melakukan reschedule. Beberapa titik di terminal juga telah kosong seperti boarding lounge dan commercial area.
Pantauan Bali Tribune, para calon penumpang yang gagal berangkat, tampak memadati konter maskapai untuk melakukan refund (pengembalian uang tiket) dan mencari informasi terkait kebijakan maskapai dan jadwal keberangkatan. Sebagian calon penumpang ada yang memilih tetap berada di bandara, begitu pula ada yang kembali ke hotel, bahkan mengalihkan perjalanannya dengan moda transportasi alternatif.
Salah seorang penumpang yang batal berangkat ke Jakarta, Siwi memilih menggunakan bus yang disediakan di Bandara Ngurah Rai menuju Bandara Juanda di Surabaya untuk melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Dia mengaku mengambil langkah tersebut karena harus kembali ke daerahnya untuk segera bekerja. "Saya sudah empat hari berada di Bali liburan. Pesawat saya sudah dicancel dari kemarin (Minggu 26 November). Hari ini sebenarnya jadwal ulang penerbangan saya ke Jakarta," ujarnya.
Penumpang domestik lainnya yang ditemui saat antri untuk refund di counter Garuda di Terminal Domestik Bandara Ngurah Rai, Ayur Niza asal Palembang mengaku akan menunda kepulangannya dan menunggu hingga bandara kembali dibuka. Dia pun mengaku tidak takut dengan kondisi ini sebab Ayur tahu pasti letak Gunung Agung yang cukup jauh dengan bandara.
Sementara penumpang rute internasional, I Putu Astawa asal Gianyar mengaku jika dirinya tidak mendapatkan pemberitahuan penutupan bandara dari pihak maskapai. Dia yang harusnya melakukan penerbangan ke Singapura pukul 13.45 Wita untuk kembali bekerja di Negeri Singa tersebut nampak kebingungan mendapatkan informasi dari maskapai bersangkutan.