Diposting : 18 February 2019 13:02
Arief Wibisono - Bali Tribune
Bali Tribune, Nusa Dua - Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara dan 50 km dari Parapat, sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba.
Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, Siantar begitu kerap disebut masyarakat, kota ini cukup terkenal di kalangan wisatawan. Di kota ini masih banyak terdapat sepeda motor BSA model lama sebagai becak bermesin yang menimbulkan bunyi keras.
Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-3 Adam Malik, lahir di kota ini pada 22 Juli 1917. Warga Siantar sendiri selain berdomisili di Siantar dan sekitarnya banyak juga yang merantau ke luar daerah, seluruh nusantara bahkan info terakhir banyak pula yang tinggal di luar negeri.
Untuk menyatukan warga yang tersebar di seluruh pelosok negeri, mengikat mereka secara emosi terhadap tanah leluhur, rencananya warga Siantar yang ada di perantauan akan menggelar "Gathering". "Kalau tidak ada aral melintang tanggal 18 hingga 19 Februari 2019 kita menggelar pertemuan di Bali, tepatnya di Hotel Plago Taman Mumbul, Nusa Dua," ucap ketua panitia pelaksana, Jonson Krisman yang ditemui di sela persiapan acara, di Nusa Dua, Minggu (17/2).
Kegiatan ini akan dihadiri seluruh warga Siantar perantauan. Menurut Jonson yang pernah menjadi ketua paguyuban warga Siantar tiga periode ini, sekitar lima ratusan lebih warga Siantar akan hadir. "Memang tidak mudah awalnya mengumpulkan mereka apalagi mereka tersebar di seluruh pelosok negeri. Perlu kerja ekstra," kata tokoh masyarakat Siantar yang juga pengusaha jasa konstruksi ini.
Ia mengakui tidak semua warga Siantar di rantau tahu akan kegiatan ini, namun melalui kegiatan di Bali diharapkan informasinya akan tersebar dan lebih banyak lagi yang merespon kelak. "Melalui paguyuban ini kita bisa saling mengenal, saling memperhatikan. Mungkin kemarin mereka tahu tapi tidak kenal. Nah melalui kegiatan ini mereka kita satukan kembali," imbuhnya.
Jonson berharap kegiatan ini akan dihadiri generasi muda Siantar, tujuannya tidak lain agar mereka kenal leluhur mereka, mengenal budaya mereka. "Saya kuatir nantinya budaya Siantar akan tergerus jika generasi muda kita tidak tahu. Terutama bagaimana mereka bisa mengerti dan faham menggunakan bahasa Siantar, karena bahasa Siantar itu unik, lain dari bahasa Mandarin umumnya," ujar Jonson sembari mengisahkan ketika dirinya tampil di Kedutaan Indonesia di Hong Kong, ia menggunakan bahasa Siantar sebagai bahasa pengantar.
Ia menjelaskan rangkaian acara tanggal 18 Februari hari ini yaitu penuh kegiatan gathering, sedangkan keesokan harinya adalah pelantikan pengurus baru paguyuban warga Siantar.
"Jadi ini baru pertama kali kita buat acara pelantikan pengurus di luar Jabodetabek," tutupnya sembari mengimbau warga Siantar yang ada di Denpasar bisa datang ke acara tersebut, baik di tanggal 18 Februari ataupun tanggal 19 Februari.