BALI TRIBUNE - Pasca selesainya proses evakuasi para korban meninggal dalam kecelakaan tunggal di ruas jalan Desa Trunyan, Selasa (18/7), giliran mobil APV Nopol DK 712 YB yang ditumpangi para korban di angkut menuju Mapolres Bangli, Rabu (19/7). Proses evakuasi berjalan cukup lama, dimuali pukul 09,00 wita hingga sampai di Mapolres Bangli pukul 15.00 wita.
“Kondisi mobil yang penyok dan ditambah lagi kondisi ban mobilil pecah menyulitkan mengakat mobil ke atas bak truk,” ujar salah seorang buruh, Latif. Menurutnya, kondisi ban mobil yang pecah menyulitkan mobil untuk di dorong saat akan mau ditarik ke atas truk menggunakan katrol.
Susahnya lagi, kata pria asal Bayuwangi ini, ketika proses memasukkan kedalam bak truk, tidak ada ruang antara penyokan pada body mobil dan bak pada truk. "Akhirnya, agar bisa masuk, kami paksa, begitupula mobil akan diturunkan perlu tenaga ekstra,” sebutnya.
Kasat Lantas Polres Bangli AKP I Gusti Ayu Udayani Addi mengatakan, proses evakuasi sebenarnya sudah dilakukan ketika mobil berhasil diangkat dari Danau Batur pada hari Selasa lalu. Hanya saja, untuk memasukkan ke dalam truk, pihaknya sempat mengalami kesusahan lantaran jarak antara bak truk dengan mobil terlalu tinggi. Sebab itulah proses evakuasi dilanjutkan pada hari Rabu (19/7).
Udayani melanjutkan, evakuasi hari ini dimulai pada pukul 09.00 Wita dengan menggunakan katrol sederhana. "Proses evakuasi hari ini memakan waktu hampir 2 jam untuk memasukkan mobil kedalam truk. Selanjutnya, mobil naas ini di bawa ke Polres Bangli untuk dilakukan penyidikan. "Selama proses penyidikan berlangsung, mobil kami jadikan barang bukti disini," jelas Udayani.
Di lain pihak, masyarakatdesa Trunyan berencanakan akan melangsungkan upacara “Mecaru” sebagai bentuk pembersihan secara niskala, pasca kecelakaan mobil yang menggegerkan masyarakt Desa Trunyan. "Upacara tersebut merupakan langkah pembersihan secara niskala atas musibah yang terjadi di desa kami, walaupun musibah tersebut tidak menimpa warga desa," ujar salah seorang warga, I Ketut Jaksa.
Sementara Jero Bendesa Adat Desa Terunyan, Jero Puji Nyarikan Nada, mengungkapkan bahwa pihaknya sudah melakukan paruman dengan warga, untuk melaksanakan ritual pembersihan itu. “Tinggal mencari hari baik untuk melaksnakan ritual pembersihan itu,” ujar Jero Puji Nyarikan Nada.
Lanjut Jero Puji, karena upacara ini bertujuan untuk pembersihan, maka upacara akan melibatkan seluruh warga desa untuk sarana upcara caru akan menggunakan ulam i angsa, bebek, kambing, babi. “Untuk masalah biaya upacara dari urunan warga, kalau dirinci biaya yang dihabiskan berkisar 20 juta,” sebutnya.