balitribune.co.id |Denpasar - paya mendorong peningkatan ekspor dari Bali saat ini terus dilakukan pemerintah, baik itu melalui pengiriman udara ataupun melalui moda transportasi laut. Salah satu upaya tersebut dilakukan Pelindo III Benoa. Salah satu yang tengah dikembamgkan Pelindo III menyiapkan fasilitas terminal kargo yang saat ini pembangunannya juga sedang dikembangkan, akan tetapi itu perlu penataan seperti lahan dan fasilitas.
"Apalagi keberadaan terminal kargo inikan jangka panjang, jadi tahap demi tahap kita siapkan agar nantinya bisa memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi Bali melalui terminal kargo ini nantinya," sebut GM Pelindo III Benoa, Wayan Eka Saputra di Denpasar, Jum'at (31/5) sembari menambahkan, Benoa selaku penyedia moda transportasi laut akan memberikan imbas bagi masyarakat.
"Kita sudah siapkan lahan untuk terminal kargo seluas 85 hektar sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) dan itu sudah ditetapkan oleh pemerintah," tukasnya.
Ia juga berharap kehadiran terminal kargo di Benoa mampu mendorong peningkatan ekspor dari Bali. Apalagi nantinya ekspor tidak lagi melalui pelabuhan yang ada diluar Bali, tapi langsung dari Benoa.
"Jelas disini nantinya akan tercipta efisiensi, terutama biaya yang dikeluarkan," tandasnya.
Moda transportasi laut ini menurut Wayan Eka bisa jadi pilhan transportasi yang utama ketika mereka akan mengirim barang ke luar Bali baik itu dari pelaku industri ataupun wisatawan.
Berdasarkam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Februari 2019, nilai ekspor barang Provinsi Bali yang dikirim lewat beberapa pelabuhan di Indonesia tercatat mencapai US$ 48.637.402. Nilai ini mengalami penurunan sedalam -2,84 persen dibandingkan nilai ekspor bulan Januari 2019 (m-to-m) yang mencapai US$ 50.057.354. Sementara itu, capaian Februari 2019 tercatat mengalami peningkatan sebesar 7,46 persen dari kondisi bulan yang sama tahun sebelumnya (y-on-y) yang mencapai US$ 45.260.970.
Sebagian besar ekspor pada bulan Februari 2019 ditujukan ke Amerika Serikat (28,10 persen), Singapura (6,90 persen), Australia (5,91 persen), Perancis (5,58 persen), dan Jepang (5,48 persen).
Lima komoditas utama yang diekspor pada bulan Februari 2019 antara lain produk ikan dan udang (21,15 persen), produk pakaian jadi bukan rajutan (16,96 persen), produk perhiasan/permata (11,36 persen), produk kayu, barang dari kayu (7,86 persen), dan produk perabot, penerangan rumah (5,59 persen).
Kumulatif ekspor barang asal Provinsi Bali periode Januari– Februari 2019 mencapai US$ 98.694.757, nilai ini mengalami peningkatan sebesar 3,93 persen dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2018 (y-on-y) yang mencapai US$ 94.962.491.
Disamping itu, kedepannya pembangunan pelabuhan Benoa yang berada di bawah Pelindo III diharapkan juga mampu memberikan perhatian lebih pada keberadaan UMKM yang ada di wilayahnya, khususnya Kota Denpasar. Bahkan kehadiran UMKM ini menjadi prioritas Pelindo III Benoa.
"Pengembangan pelabuhan Benoa mesti memberikan dampak positif pada masyarakat sekitar terutama UMKM," tukasnya.
Pasca pembangunan pelabuhan Benoa k lokasi UMKM yang berjumlah 60 binaan dan berada di sekitar terminal internasional rencananya akan ditata kembali agar lebih bersih, tertib dan nyaman bagi wisatawan yang berkunjung.
"Kita akan siapkan ruang yang cukup bagi UMKM kedepannya, seperti fasilitas penunjang lainnya. Jadi sementara existing dulu sampai semuanya terwujud agar inline dengan pembangunan yang kita siapkan," katanya lagi.
Ia berharap dengan semakin berkembangnya Pelabuhan Benoa dan banyaknya kunjungan kapal pesiar, UMKM juga turut berkembang. Apalagi nantinya kata Wayan Eka para UMKM akan dibuatkan zonasi khusus sehingga memudahkan para wisatawan menjangkau mereka.
Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Provinsi Bali Maret 2019 tercatat mencapai 449.637 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak 441.775 kunjungan, dan yang melalui pelabuhan laut sebesar 7.862 kunjungan. (Sumber data BPS Provinsi Bali).