BALI TRIBUNE - Pola pembangunan di Bangli dari kaca mata anggota DPRD Bangli I Ketut Swastika kurang terintegrasi. Terkesan tiap-tiap OPD bekerja dan bergerak sendiri-sendiri, sehingga hasilnya kurang maksimal. Sepatutnya sebelum sebuah kegiatan dilaksanakan harus didahului dengan proses perencanaan yang matang dengan melibatkan insatnsi terkait. “Kalau sekarang terlihat ada kesan OPD jalan sendiri- sendiri dan ingin menujukan egonya,” kata Ketut Swastika, Jumat (6/4).
Kata politisi asal PDIP ini tidak terintegrasinya pola pembangunan selain menimbulkan tumpang tindih kepentingan juga akan menimbulkan persolan kedepanya. Selain itu pola pembangunan yang tidak teritegrasi atau menjadi satu kesatuan, berdampak pada anggran keuangan daerah yang telah dikucurkan tidak ada manfaatnya bagi masyarakat. Ia mencontohkan penempatan pot bunga di atas trotoar depan Kantor Pemkab Bangli. Penempatan pot bunga menurutnya tidak tepatnya karena fungsi trotoar sendiri adalah untuk pejalan kaki. Keberadaan pot bunga akan mengganggu bagi penggunanya. “Masih banyak kegiatan yang diluncurkan OPD tidak ngemet dengan realita dilapangan,” sebutnya.
Oleh karena itu anggota komisi III DPRD Bangli ini meminta kedepanya dalam sebuah perencanaan kegiatan harus melalui kajian yang matang dan teritegrasi, artinya dalam membuat sebuah perencanaan harus melibatkan antar lintas OPD, sehingga kegiatan yang dibuat bisa sinkron.
Sekertaris Dinas PU Bangli,I Made Some saat dikonfirmasi mengatakan fungsi trotoar adalah untuk pejalan kaki. Selayaknya trotoar harus streil dari apapun karena keberadaanya dapat menggagu penggunanya. ”Kalau sampai dimanfaatkan untuk kepentingan lain atau diluar pejalan kaki maka sudah menyalahi aturan,” sebutnya.
Kadis Lingkungan Hidup Ida Ayu Gde Yudi Suta saat dikonfirmasi terkait penempatan pot bunga diatas trotoar belum bisa dihubungi.