Denpasar, Bali Tribune
Peristiwa duka menimpa Yohanes Jeraman, Minggu pagi (23/10). Pria asal Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur ini tewas ditikam rekannya sesama perantauan asal Manggarai, yakni Wili Brodus Rambi (21) di Lapangan Puputan Badung (I Gusti Ngurah Made Agung). Kejadian pembunuhan ini tak hanya menyisakan duka bagi keluarga, namun juga mengakibatkan kawasan Lapangan Puputan Badung menjadi leteh. Akibat kejadian itu, Pemerintah Kota Denpasar pun terpaksa melakukan upacara pecaruan alit untuk mengembalikan kesucian kawasan bersejarah di Denpasar ini, Senin (24/10) sore.
Pantauan wartawan, upacara pecaruan alit yang bertujuan untuk pembersihan ini dimulai sekitar pukul 18.00 Wita. Upacara caru alit ini dipimpin Jero Mangku IB Widia selaku Jan Banggul Pura Agung Jagatnatha. Tampak sejumlah sesajen dipersiapkan dalam upacara ini. Tampak hadir dalam pelaksanaan upacara yakni para kerabat korban maupun ikatan keluarga Manggarai Barat di Bali. “Upacara pecaruan alit ini digelar untuk mengembalikan kesucian tempat dan mengembalikan roh kepada sang pencipta. Terlebih tempat ini merupakan tempat yang kami sucikan sehingga pemerintah bertanggungjawab untuk melakukan pembersihan,” kata Kabag Kesra Pemkot Denpasar, I Gusti Ngurah Mataram di sela-sela upacara, kemarin.
Dikatakan Mataram, upacara ini merupakan inisiatif Pemerintah Kota Denpasar atas koordinasi dengan ikatan keluarga Mangarai Barat di Bali. Menurut Mataram, upacara pecaruan alit wajib digelar pemerintah lantaran kejadian pembunuhan dilakukan oleh pelaku yang berbeda keyakinan. “Ini sifatnya sementara melalui caru alit (kecil),” kata Mataram. Dijelaskannya, di lokasi kejadian pembunuhan memang sudah pernah terjadi kejadian lain yang merenggut korban jiwa. Sebelumnya pernah terjadi orang tenggelam di seitar kolam lapangan Puputan Badung. “ Sudah tiga kali kejadian dan tempatnya sama. Kami segera kami akan buatkan pelinggih. Supaya makhluk yang tidak kelihatan (niskala) tidak mengganggu,” katanya.
Sementara Ketua Ikatan Keluarga Manggarai Barat di Bali, Dominikus Ngabut mengaku prihatin terhadap kejadian yang menimpa warga perantau asal Manggarai Barat. Pihaknya juga sangat menyesalkan kejadian tersebut dan mengaharpkan kejadian seperti ini menjadi yang pertama dan terakhir. “Harapan kami jangan terjadi seperti ini. kami sangat sesalkan dan kami harapkan ini menjadi yang pertama dan terakhir,” ujarnya didampingi Penasihat Ikatan Keluarga Manggarai Barat di Bali Jon Kadis. Pihaknya sangat menyesalkan kejadian pembunuhan antar sesama warga Manggarai Barat terlebih kejadian terjadi di tanah rantauan.
“Korban dan pelaku satu kabupaten. Mereka datang untuk kuliah dan bekerja. Tetapi karena pengaruh miras kejadian ini terjadi,” ujarnya. Pihaknya pun mengharapkan semua keluarga perantau Manggarai Barat agar dapat tergabung dalam organisasi. Hal ini dilakukan agar ikatan lkeluarga dapat memantau setap kegiatan yang dilakukan warga perantau asal Manggarai Barat. Selain itu juga dengan masuk ke dalam organisasi dapat meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.
Tertibkan Pemabuk di Lapangan Puputan
Sementara itu adanya kejadian pembunuhan yang terjadi di Lapangan Puputan Badung menadapat perhatian warga. Menurut warga, kejadian tersebut akibat dari lalainya pengawasan yang dilakukan pemerintah terutama pada kegiatan-kegiatan nongkrong yang dilakukan muda mudi di tempat umum hingga larut malam. “Ini pemerintah juga lalai. Kenapa dibiarkan orang nongkrong sampai pagi dan minum-minuman keras. Seharusnya ini ditindak, jangan dibiarkan sampai nongkrong di tempat umum dan mabuk. Jangan sampai ada korban lagi,” kata salah satu warga Putu Yuda Ariyanta di sekitar lokasi.
Menurutnya, selain kegiatan nongkrong dan mabuk, pemerintah juga sebaiknya melakukan pengawasan terhadap adanya prilaku menyimpang yang dilakukan pasangan muda-mudi seperti pacaran berlebihan. “Ini kan kalau malam sampai pagi banyak pasangan muda-mudi yang disini. Mereka ongrong sampai pagi, jangan sampai ada prilaku menyimpang dilakukan. ini harus diawasi dan jangan sampai lapangan puputan malah jadi tempat mesum,” ujarnya.
Harapan agar pemerintah Kota Denpasar dan instansi terkait untuk melakukan pengawasan di kawasan Lapangan Puputan Badung juga disampaikan anggota DPRD Denpasar, Putu Oka Mahendra. Menurut Oka Mahendra, Pemerintah Kota Denpasar melalui pihak terkait harus melakukan pengawasan terhadap adanya aksi nongkrong hingga larut malam di Lapangan Puputan Badung. Apabila ada indikasi mengganggu keamanan dan ketertiban, maka Pemerintah melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dseharusnya apat melakukan penertiban. “Pemerintah melalui instansi terkait yakni Satpol PP dapat melakukan langkah penertiban. Kalau hanya nongkrong tidak masalah, tetapi jika minum-minuman keras dan menganggu kenyamanan harus ditertibkan,” kata politisi Golkar ini.
Pihaknya juga meminta pihak keluarga dapat melakukan pengawasan terhadap adanya anak-anak atau pemuda yang berkeliaran hingga larut malam. “Peran keluarga juga sangat penting untuk pengawasan. Kita tidak melarang warga untuk berkumpul, tetapi tetap mengutamakan ketertiban dan kenyamanan. Jangan sampai arena berkumpul tersebut menjadi ajang untuk berbuat yang negatif. Intinya pengawasan harus dilakukan oleh berbagai pihak. Terkait di Lapangan Puputan Badung, maka pemerintah menjadi peran penting pengawasan. Meskipun pemerintah kota belum memiliki Perda terkait larangan berkumpul pada zona tertentu dan jam tertentu, namun dalam hal ini, jika sudah mengganggu ketertiban dan kenyamanan, Satpol PP bisa menertibkan,” kata Mahendra.
Seperti diketahui Aksi pembunuhan terjadi seusai pesta minuman keras (Miras) di Lapangan Puputan Badung, di Denpasar, Minggu (23/10) dinihari pukul 02.30 Wita. Aksi pembunuhan merenggut nyawa Yohanes Jeraman, (22) yang tewas ditikam rekannya sesama perantauan asal Manggarai, yakni Wili Brodus Rambi (21). Informasi di lapangan, sebelum insiden pembunuhan terjadi, korban Yohanes Jeraman dan pelaku Wli Brodus Rambi kumpul-kumpul sambil main gitar dan bernyanyi di tiang bendera Lapangan Puputan Badung.