Gianyar, Bali Tribune
Meksi Gianyar termasuk kabupaten di Bali yang menjadi daerah tujuan urbaninasi, namun warga di bumi seni masih banyak yang berkeinginan untuk bertransmigrasi. Bahkan para calon transmigran ini harus bersaing ketat untuk bisa lolos, lantaran kuota tahun ini hanya berjumlah 5 KK.
Dari data yang diterima Bali Tribune dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Gianyar, untuk tahun 2016 Gianyar hanya mendapatkan jatah 5 KK untuk bertransmigrasi. Daerah tujuan transmirgrasi yang ditentukan oleh pusat adalah di Kabupaten Mamase, Provinsi Sulawesi Barat. Sementara calon transmigrasi yang sudah mengajukan permohonan, berjumlah 14 orang. Dari belasan calon transmigran ini, harus menjalani seleksi secara ketat, mulai darai keahlaian, kondisi fisik, hingga latar belakang keluarga melalui cros check ke lapangan.
Kadisnakertran Kab. Gianyar Gede Widarma Suharta, Rabu (31/8), membenarkan tingginya minta warga Gianyar untuk bertrasmigrasi ini. Bahkan dari catatannya, sejak Tahun 1953 lalu sampai tahun ini terdapat 14.172 KK asal Kabupaten Gianyar telah bertransmigrasi ke luar Bali. Di antara wilayah yang disasar ini adalah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan daerah lainnya.
Untuk tahun 2016 ini, pihaknya memastikan akan melakukan seleksi lebih ketat lagi. Selain jatah yang sedikit, yakni 5 KK, pihaknya juga tidak ingin warga yang bertansmigarsi ini gagal dan akhirnya balik ke kampung halamannya. “Hingga Agustus 2016 yang sudah mengajukan permintaan untuk transmigrasi sebanyak 14 KK. Ada yang berasal dari Ubud, Payangan, Tegallalang dan Gianyar Kota. Lokasi yang disasar Tahun 2016 ini adalah di Kabupaten Mamase, Provinsi Sulawesi Barat,” terangnya.
Untuk penjaringan calon transmigarsi ini semakin diperketat. Contohnya, calon transmigran yang berlatar belakang tukang ojek, buruh bangunan dan tidak pernah bertani, tentu sulit lolos untuk ikut transmigrasi. Calon yang dipriorotaskan adalah warga yang memang berprofesi petani, baik penggarap atau memiliki lahan sendiri. Karena tantangannya di wilayah transmigrasi sangat banyak, mengingat lahan yang akan digarap sangat luas dengan jatah 2 hektar untuk lawan pertanian dan 75 are untuk pemukiman. “Bila ada calon yang ingin bertransmigrasi karena ada masalah dengan keluarga atau lingkungan. Tanpa memiliki kemampuan untuk bertani, sulit untuk lolos,” tegasnya lagi.
Setelah dilakukan seleksi, Disnakertrans juga akan melakukan survey dan diikuti oleh salah satu perwakilan peserta transmigrasi. Tujuannya, agar peserta banr-banar mengetahui lokasi yang akan dihadapi agar tidak kaget lagi sampai di lokasi. “Kalau lokasinya tidak cocok, bisa ditolak,” tegasnya.