Pinsar Broiler Bali Keluhkan Tersendatnya Pasokan dan Menumpuknya Stok Ayam | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 5 April 2020 19:45
Arief Wibisono - Bali Tribune
Bali Tribune / AYAM - Para peternak ikut mengalami tekanan akibat menumpuknya stok. Serapan ayam saat ini hanya 40% (sekitar 60.000 ekor/hari) jika dibandingkan dengan situasi biasa, normalnya 180.000-200.000 ekor/ hari.

balitribune.co.id | Denpasar - Imbas  dari merebaknya wabah covid 19 rupanya juga dirasakan para peternak ayam yang tergabung dalam Pinsar Broiler Bali (PBB). Menurut Ketua Pinsar Broiler Bali, Yahya yang dihubungi melalui selulernya, Sabtu (4/4) mengatakan, kondisi saat ini sangat tidak menguntungkan, apalagi ditambah dengan adanya pembatasan masyarakat yang akan pergi ke pasar, akibatnya sudah bisa ditebak, serapan ayam di pasar tidak seperti biasanya. 

“Situasi terpuruk yang kami hadapi sebenarnya terjadi sama diseluruh Indonesia. Ayam  tidak terserap dengan baik, terjadi penumpukkan stok dikandang dan harga ditawar sangat-sangat murah, bahkan kalau di Jawa terendah sampai 6.000/kg ayam hidup,” ungkap Yahya. 

Sama halnya  di Bali, para peternak juga ikut mengalami tekanan akibat menumpuknya stok. Serapan ayam saat ini hanya 40% (sekitar 60.000 ekor/hari) jika dibandingkan dengan situasi biasa, normalnya 180.000-200.000 ekor/ hari.

“Akibat pembatasan pembukaan pasar tradisional, warung-warung, sangat nyata berefek terhadap serapan daging ayam yang menjadi sumber protein masyarakat,” tuturnya.

Lantas ia mengatakan, harga daging ayam Sabtu (4/4) ditingkat peternak sampai menyentuh 14.000/ kg, padahal Harga Pokok Produksi  (HPP) sebenanrnya Rp 19.500/kilogram dan kemungkinan akan terus tertekan lagi. Kondisi akan semakin parah bila pasokan  daging ayam dari jawa tidak dihentikan bisa dipastikan daging ayam akan membanjiri Bali, jelas situasi ini semakin menambah berat kondisi dan kerugian para peternak di Bali.

“Sudah banyak peternak yang menghentikkan usahannya alias gulung tikar akibat tertekannya harga dan pasokan,” sebutnya.

Untuk itulah Yahya selaku Ketua PBB Bali yang membawahinpara peternak ayam di Bali berharap beberapa hal kepada pemerintah yang antara lain;

1. Meninjau kembali kebijakkan  jam buka pasar tradisional. Pasalnya, dengan dibatasi jam buka, justru pihaknya melihat adanya penumpukan pembeli di pasar. Namun bila jam buka diperpanjang, misal dari jam 7 s.d jam 4 sore, maksudnya memberi peluang masyarakat untuk tidak  berkerumun ke pasar dan hal ini dapat memberi peluang pedagang daging, sayur dan kebutuhan pokok lain, sehingga masyarakat bisa beraktivitas dengan tenang.

2. Menyikapi kembali maraknya daging dari Jawa dengan kwalitas yang tidak baik masuk ke Bali, kami berharap pemerintah (Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan) dapat berkoordinasi dengan pihak Karantina Gilimanuk dan satgas pangan, agar melakukan monitoring dan sidak.

Dari pantauannya harga daging dipasar yang di ecer masih tinggi  40.000/ kg. Mestinya dengan kondisi harga dipeternak 14.000-15.000/ kg, harga daging di pasar harusnya 25.000-30.000/kg.

“Kita mesti bersikap mencari solusi untuk persoalan ini, jangan sampai nanti timbul kesan , sudah kondisi sulit, harga justru melambung,” pungkasnya.